Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
Surat yang saat ini tengah dia pegang, begitu rapi tulisanya dengan tinta hitam yang memenuhi ruang kosong kertas putih tersebut. Masih seperti mimpi, yang dirasakannya saat ini. Aisyah mengambil pena, untuk segera menandatangani surat panggilan sidang pertamanya, yang akan digelar lusa.
"Mbak akan menemanimu, besok!! Tidak ada yang perlu kamu cemaskan. Yakinlah, semua akan baik-baik saja!!" seru Meisya seraya berpindah posisi, duduk disebelah adik iparnya.
Aisyah mengangguk, terlihat jelas dari pancaran netranya, jika dosen cantik itu sangat berterima kasih terhadap kakak iparnya saat ini.
"Sekarang masuklah!! Mbak tahu, kamu pasti lelah seharian bekerja!! Jangan pikirkan Narendra, dia sudah makan dengan Bima tadi!!" kata Meisya kembali, karena dia tahu apa yang sedang di khawatirkan oleh Aisyah.
"Terimakasih mbak!! Kalau begitu aku masuk dulu!" pamitnya, lalau bangkit dari posisi duduknya, dan langsung melenggang masuk kedalam.
Aisyah terdiam duduk ditepi ranjang, setelah dia meletakan paperbag tadi diatas meja riasnya. Batin serta fisiknya hari ini benar-benar merasa lelah, bagai bunga yang tengah layu ditepi aliran sungai.
'Entah pria mana lagi yang harus aku percaya saat ini! Mas Bagas, dia yang sudah aku anggap sebagai semesta saja, tega berkhianat dibelakangku, hingga memaduku secara diam-diam!!' gumam batin Aisyah, ditengah lelahnya menjalani kehidupan.
Aisyah memejamkan mata sejenak, mencoba mengusir rasa lelah didalam tubuhnya. Matanya terbuka kembali, dan seketika langsung menatap kearah paperbag bewarna navy, yang kini tengah berdiri tegap diatas meja rias.
Dia hampir melupakan sesuatu pemberian dari Bastian. Dengan cepat, dia lalu bangkit kembali untuk mengambil paperbag tersebut.
"Pak Bastian begitu memperhatikan Narendra, sampai hal-hal kecil seperti ini telah dia siapkan!" lirih Aisyah, setelah berhasil mengeluarkan barang dari dalam paperbag tersebut.
Didalamnya terdapat Mainan, dua buah mantel untuknya dan sang putra, lalu terdapat beberapa peralatan sekolah untuk Narendra juga. Aisyah tidak membolakan mata, karena pria dewasa itu begitu detail memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi putranya.
"Ada surat?? Surat apa ini?!" Aisyah mengernyit, setelah dia menemukan secarik kertas bewarna navy, disela-sela barang tersebut.
'Sampaikan salam saya pada Narendra, maaf karena saya belum sempat memenuhi janji untuk mengajaknya bermain!! Pakailah mantel kalian berdua, karena KOTA BATU sebentar lagi akan mengalami musim dingin'
Begitulah isi surat yang tertera. Senyum simpul terbit dibibir Aisyah, lalu ditutupnya kembali surat tersebut.
Tepat pukul 11 malam
Sementara dikediaman Basalamah, Bagas yang siang tadi juga mendapatkan surat gugatan dari sang istri, kini masih menggenggam surat tersebut, dengan dada bergemuruh hebat.
Ayah Narendra itu duduk sendiri diteras depan rumah, karena dia baru pulang, dan rasanya enggan sekali untuk masuk kedalam.
Seumur-umur, dia tidak pernah membayangkan akan mendapat surat keramat tersebut, apalagi menyangkut masalah rumah tangganya. Bagas benar-benar kacau dengan penampilanya sekarang.
"Aku tidak ingin berpisah darimu, Aisyah!!" teriak Dava membelah kesunyian malam. Nafasnya naik turun, diiringi tangisanya yang seketika pecah.
"Arrgghhhh....!!" teriaknya melampiaskan kekesalan, dengan membanting surat terdebut diatas lantai.
Dia yang merasa lelah dengan amarahnya sendiri, sontak langsung membuka ponselnya, dan memilih kumpulan beberapa video lawas Aisyah bersama putranya, yang sempat dia rekam disaat hubungan rumah tangga mereka masih bahagia.
"Hai sayang, coba lihat kesini!!" tegur Bagas di dalam video tersebut.
Aisyah yang baru saja menyuapi Narendra makan, tiba-tiba menoleh kearah sang suami, dia mengayunkan tangan Narendra serta menirukan suara anak kecil, "Hallo ayah, hari ini pertama kali Rendra coba maem mpasi!! Rendra sebentar lagi tumbuh jadi superhero!! Yee......"
"Bunda masak apa sih buat Narendra?! Kok lahap gitu makanya," tanya Bagas yang pada saat itu masih merekam aktivitas istri dan putranya.
Aisyah memajukan mangkok buburnya, agar kelihatan di ponsel sang suami, "Pagi ini bikin menu bubur ayam pakai wortel, ayah!!" kata Aisyah dengan wajah bahagianya.
Bagas tidak sanggup meneruskan penggalan video tersebut. Dia langsung mematikan ponselnya, dan kedua netranya seketika memanas kembali. Airmata pun sudah menggumpal dibalik pelupuk matanya, yang mungkin sekali kedipan saja akan tumpah berjatuhan.
"Mas Bagas kemana sih?? Masak udah jam 11 lebih belum pulang??" geram Melati yang masih mondar mandir sembari menggenggam ponselnya.
Melati mendekat kearah tirai besar dikamarnya, bermaksud ingin mengintip, apa mobil Bagas sudah ada atau belum juga datang. Dan benar, mata Melati menajam setelah dia melihat mobil Bagas sudah terparkir sembarangan, dan dia juga melihat suaminya yang kini tengah duduk menunduk, diteras depan.
"Mas Bagas, ngapain dia duduk disana, bukanya langsung masuk?!" heran Melati. Detik kemudian dia langsung turun kebawah, untuk menyusul suaminya.
Melati tiba didepan pintu, menarik nafas dalam, merasa tidak habis pikir dengan perbuatan suaminya saat ini.
"Kamu ngapain diluar, mas? Aku kira kamu belum pulang tadi!" Melati mendekat dengan wajah menahan geram.
Bagas hanya terdiam, masih sama seperti yang dia lakukan tadi. Tatapanya kosong kedepan, seakan tidak punya selera hidup.
Merasa terabaikan, Melati sontak menepuk pelan punggung suaminya, dan betapa terkejutnya, wajah Bagas begitu pucat seolah tiada darah yang mengalir dalam tubuhnya.
"Astaga mas, apa yang terjadi denganmu?!" teriak Melati yang merasa terkejut.
Bagas yang sudah merasa darahnya naik, malah mendengar suara istri keduanya yang begitu mengganggu, lagsung saja menyalangkan tatapan membunuh, dan membanting kembali surat gugatan cerai dihadapan sang istri.
"Sekarang, puas kamu Melati?!" bentak Bagas yang seketika emosinya mulai kembali.
Belum sampai Melati menjelaskan tentang kehadiran Dava padanya, dia malah lebih dulu mendapat kejutan tentang gugatan madunya, yakni Aisyah.
Melati segera memungut surat tersebut, dan betapa bahagianya hatinya, karena sekarang dia akan menjadi istri Bagas seutuhnya.
"Mbak Aisyah memang keterlaluan mas!! Aku saja berusaha menerima pernikahan ini, walaupun menjadi yang kedua. Sedangkan mbak Aisyah, dia selalu membuatmu sakit akibat perbuatanya!! Istri macam apa dia!!" cerca Melati, berharap amarah Bagas akan berkobar untuk membenci istri pertamanya.
"DIAM.....!!" bentak Bagas kembali. Dia yang sudah naik darah, seketika mendekat ke arah istri keduanya, sambil mencengkram kuat rahang Melati.
"Le..lepaskan aku mas!! Kamu bisa membunuhku jika seperti ini!!" suara Melati tercekat ditenggorokan, akibat cengkraman suaminya. Dia mencoba melepaskan dengan kedua tanganya, namun tenaganya kalah jauh dari Bagas.
"Jikapun aku berpisah dengan Aisyah, maka aku juga akan segera menceraikanmu, Melati!! Lebih baik aku tidak memiliki istri, jika harus berpisah dengan Aisyah!!" teriak Bagas tepat didepan wajah istrinya.
Setelah itu, Bagas langsung menghempas wajah istrinya, sehingga membuat Melati terhuyung kesamping, akibat kuatnya tenaga Bagas.
"Uhukk...uhukk...!!"
Melati terbatuk, karena rahang bawahnya teramat sakit, akibat cengkraman itu. Dia yang sudah tidak terima, langsung saja mendekat, "Aku tidak mau berpisah denganmu, mas!! Entah bagaimana caranya, yang jelas aku akan mempertahankan rumah tangga ini!!" teriak Melati, "Aku sangat mencintaimu, mas!! Aku yang selalu ada disampingmu, bukan mbak Aisyah!!" balasnya tidak terima.
"Tapi, aku tidak pernah mencintaimu, Melati!!" sergah Bagas menahan amarah, hingga urat dilehernya terlihat menonjol.
Melati menggelengkan kepala kuat, "Nggak....nggak mas!! Kamu pasti bohong, kan?! Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu, bahwa pada akhirnya akulah yang selalu ada disampingmu!!" tolak Melati, dengan air mata yang sudah berjatuhan.
"Begitu aku benar-benar cerai dengan Aisyah, maka saat itu juga AKU AKAN MENCERAIKANMU!!" bentak Bagas kembali, dan langsung melenggang pergi begitu saja.
Melati masih terkejut dengan ucapan suaminya barusan. dia menangis terisak dengan badan yang ikut luruh diatas lantai.
"Aku tidak mau pisah, mas Bagas!! Hiks...hiks...!! Kamu jahat, mas!!" teriak Melati yang sudah merasa frustasi.
** **
semoga franda tau kebenarannya kl itu ulah ortunya dan bisa rujuk dng Harsa kasian korban fitnah ortu franda biar mereka pisah.
tanpa mikirin anak dan cucu. obsesi ortu gila ya bgini.
Lebih baik kl yg franda dan Harsa bisa rujuk krn sebetulnya mereka korban ortu franda.