Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Willy meminta ijin pada kedua orang tua Cyara agar bisa keluar bersama untuk makan malam. Tentu hal itu di perbolehkan oleh kedua orang tuanya. Mereka memang menginginkan kedua pemuda pemudi itu saling mengenal lebih dekat.
Calon tunangan Cyara itu juga sudah menceritakan perihal keputusan Cyara dan Shaka berpisah. Berita bagus bukan?
''Boleh kan, Tante...om?!''
Willy terkesan memaksa di banding meminta ijin.
''Boleh. Jangan pulang terlalu malam ya?!", pinta Mami.
"Siap, Tante."
Meski terpaksa, Cyara pun setuju untuk ikut makan malam dengan Willy. Dari pada di rumah, ia hanya akan mendengar petuah mami papinya.
Usai mendapatkan lampu hijau, Cyara dan Willy pun melesat menuju ke sebuah restoran yang sudah Willy booking sebelumnya.
Willy sesekali melirik Cyara yang diam. Sepertinya gadis itu memang ingin menunjukkan bahwa ia terpaksa ikut Willy.
"Kenapa muka mu di tekuk seperti itu, Cya?", tanya Willy. Cyara tetap bergeming tak mau menjawab pertanyaan Willy.
Karena tak ada respon apa pun dari Cyara, Willy menepikan mobilnya ke tempat yang tak terlalu ramai hingga menarik atensi Cyara.
"Kenapa berhenti di sini?", tanya Cyara. Willy melepaskan sabuk pengamannya dan duduk menghadap Cyara.
"Kamu tak menjawab pertanyaan ku satu pun sejak dari rumah tadi. Tapi saat mobil berhenti, kamu baru buka suara!", jawab Willy.
"Pertanyaan mu tidak penting!", sahut Cyara ketus. Gadis itu memalingkan wajahnya tak ingin menatap Willy yang tengah menatapnya.
Tapi justru karena hal itu, Willy sedikit mencengkram dagu Cyara sampai gadis itu menoleh padanya.
"Tolong jangan membuatku bertindak kasar sama kamu, Cyara?!!", kata Willy pelan namun terdengar tegas dan seolah sedang mengintimidasi gadis itu.
Cyara berusaha melepaskan cengkeraman tangan Willy dari dagunya tapi tak bisa.
"Lo kasar!", kata Cyara sedikit susah berbicara.
"Kamu yang membuatku seperti ini. Bisa kan jadi kucing manis? Heum? Menurut jauh lebih baik Cyara. Baik untuk kamu, juga mami papi kamu!", kata Willy melepas dagu Cyara.
Cyara pun terdiam mendengar ancaman Willy.
"Gadis pintar!", Willy menepuk puncak kepala Cyara pelan. Cyara pun berusaha menghindar.
"Kamu harus ingat baik-baik Cya, Shaka yang sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan tak jelas kalian. Setidaknya, kamu harus sadar kalau posisi kamu sekarang adalah calon tunangan ku!"
Cyara menatap Willy dengan pandangan yang penuh kebencian.
"Dan sepertinya Lo lupa, cowok tukang selingkuh kaya Lo ngga mungkin bisa setia!", kata Cyara.
Willy menghela nafas panjang lalu menjalankan lagi kendaraannya.
"Aku setia sama kamu Cya, aku janji!", ujar Willy. Cyara memalingkan wajahnya memilih menatap lampu-lampu yang menghiasi malam ibu kota.
💜💜💜💜💜💜💜💜
Hujan deras mengguyur bumi. Sore tadi di ibu kota hanya gerimis. Tapi tidak saat ini. Kereta yang melaju ke kota-kota di Jawa Tengah juga ke Jawa Timur berjalan sesuai perhitungan waktu tempuh agar tiba sesuai jadwal.
Galang di temani asisten masinis pun mengobrol untuk membuang rasa bosan. Namun meski begitu, mata kedua nya tentu tetap awas ke jalur kereta mereka.
Tanggung jawab yang mereka emban tentu sangat besar karena membawa ratusan penumpang dalam gerbong-gerbong yang mereka bawa.
"Mas, denger-denger tadi yang ke ness kantor itu pacarnya ya?", tanya rekan Galang.
Galang yang di tanya seperti itu pun mengangguk sambil tersenyum.
"Iya, insyaallah mau di bawa serius sih ngga cuma pacar-pacaran."
"Aamiin...semoga ya! Tapi ...banyak yang patah hati gara-gara mas Galang ngajak pacar ke kantor tadi."
Galang terkekeh sambil jemarinya menekan tombol dan mengirim sinyal bahwa kereta akan melintas di stasiun kecil.
"Patah hati kenapa?", tanya Galang.
"Contohnya tuh, mba Dira. Keliatan banget lho kalo dia suka sama Mas Galang."
Galang menggeleng dan tersenyum.
"Mba Dira kan lebih senior dari saya mas Juna. Dari segi usia sama lama nya mengabdi ,jelas dia lebih senior lah. Jadi ngga mungkin lah kalau dia suka sama saya."
Juna menggeleng pelan.
"Anak-anak juga tahu semua mas kalo mba Dira suka sama mas Galang. Tapi ya...mas Galang udah punya calon pendamping jadi...yo wes mundur alon-alon hehehe!", ujar Juna.
Galang pun ikut tertawa mendengar celetukan Juna.
💜💜💜💜💜💜💜
Shaka berdiri di balkon. Meski gerimis cenderung hujan cukup deras tak membuat sosok tampan itu beranjak dari sana.
Pertemuan dengan Cyara tadi pagi cukup melekat dalam ingatannya. Berpisah merupakan keputusan yang berat bagi mereka berdua.
Tunggu!!
Berpisah??? Putus!!!!???
Bahkan keduanya tak pernah berkomitmen untuk sekedar mengatakan jika mereka pacaran! Jadi...apa nya yang pisah? Putus??? Ya kan?
Shaka membiarkan dirinya basah terkena terpaan hujan yang terbawa angin. Matanya terpejam menyamarkan raut wajahnya yang benar-benar sedang patah hati.
Menangis? Tidak! Shaka tidak menangis. Hanya saja guyuran hujan baginya cukup menenangkan otak juga pikirannya.
Cyara...aku harap kamu bahagia bersama Willy. Tapi...masih pantas kah aku berharap jika kita masih bisa bertemu seperti sebelum-sebelumnya??!
Shaka memejamkan matanya sambil berpegangan di pembatas balkon. Angin malam mulai kencang berhembus. Semakin malam, dingin menyerang tubuh Shaka yang hanya berbalut kaos tanpa lengan.
💜💜💜💜💜💜💜
Ica membolak balik halaman demi halaman yang ada di novel pemberian Galang. Meski sebelumnya tak terlalu dekat, nyatanya Galang tahu buku-buku apa saja yang ia suka. Termasuk yang sedang ia baca ini.
"Kak...kak?!", Tata sedikit berlari menghampiri Ica yang sedang tengkurap di kasur Tata.
"Apa sih, Ta???", sahut Ica kesal seperti biasa.
"Om Shaka hujan-hujanan di balkon!", kata Tata. Ica menoleh ke Tata sebentar.
"Kakak suruh ngapain sih, Ta? Ya biarin lah. Kalo sakit juga ada umi yang ngurusin!", celetuk Ica.
Padahal Ica tahu kalau Shaka pasti sedang memikirkan perpisahannya dengan Cyara.
Sesedih itu Lo putusin pisah dari Cyara? Dia begitu berharga buat Lo, ya Ka?!
"Kak!", panggil Tata lagi.
"Heum!", gumam Ica sedikit kencang.
"Bujukin om Aka dong! Nanti kalo dia beneran demam gimana kak?"
"Dah lah, Ta! Biarinn aja!", kata Ica. Padahal di hatinya pun ia sama khawatirnya dengan Tata.
Tapi untuk apa Ica harus membujuk Shaka? Itu keinginannya sendiri kan?
Tata mendengus kesal.
"Bukannya kalian udah baikan ya? Kenapa masih....??!"
"Sssttt....!", Ica menutup mulutnya dengan jari telunjuk.
"Om kamu lagi butuh sendiri , Ta! Biarin aja ngga usah di ganggu."
"Oh ya udah deh kalo gitu!", Tata mengedikan bahunya. Lalu gadis itu pun rebahan di tempat tidur seperti biasanya.
Sedang Ica masih sibuk membaca novel tersebut.
💜💜💜💜💜💜
terimakasih 🙏
duh jgn sampai terjadi sesuatu sama ica
a.ica
b.shaka
c. mak othor...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣