Terlambat

Di Yamen, Raja dikenal dengan Raja yang amat sangat mencintai Ratunya. Itu semua karena sang ratu dulunya pernah menderita karena masa lalu sang raja.

Rumor itu beredar dari mulut ke mulut, Nama Raja Xero Yamen dan Naina begitu tersihir akan kisah cintanya, bahkan terkenal sampai ke negara tetangga.

Negara itu damai sampai di tahun 207 Tahun Matahari terjadi invasi besar besar dari Benua Barat.

Yamen tidak bisa mempertahankan wilayahnya. Hampir setengah pasukan tewas. Sebagai negara yang kalah, Kekaisaran Hiya meminta upeti. Tak dapat menampik hal tersebut, Xero di desaku untuk kepentingan negara.

Xero tak kuasa, mencintai keluarganya tapi juga menemukan jalan buntu di hidupnya. Sekali lagi dia dihadapkan dengan kenyataan yang pahit . Tak bisa melindungi keluarganya adalah hukuman bagikana di tusuh sebilah pedang. Apalagi sejak berita tersebut membuat Naina yang kaget jatuh sakit-sakitan.

***

Di Istana Lavender, Pelayan yang tengah mendandani Sanya itu gugup. Berbeda dengan Sanya yang begitu tenang.

Dia sudah mendengar bahwa Kekaisaran Hiya meminta upeti yang sangat banyak. Tapi untuk menghindari kerugian negara , para tokoh mengusulkan untuk melamar dan menggunakan politik pernikahan agar wilayah tersebut aman.

Sanya (18), Chester (17), Giorgio (16), Evelyn (15) dan Madaka (14)

Dari mereka semua, tentulah para gadis yang akan dikirim. Sanya, Evelyn dan Madaka. Masalahnya hanya Sanya yang sudah dewasa dan dia pula belum memiliki tunangan.

"Antarkan aku ke Istana Bintang."

Mei, si pelayan kaget mendengar permintaan tuannya tersebut.

"Tapi Putri, Yang Mulia Ratu sedang tidak sehat."

Ibunya begitu terguncang banyak memikirkan negara dan nasib anak anaknya.

"Tuan Putri pertama telah datang..."

Pengumuman itu dibunyikan meras di kediaman Ratu.

"Sanya..."

"Ibu..." Sanya mendekat ke tempat tidur Ibunya. Naina terbaring sakit, wajahnya pucat dan bibirnya kering pecah pecah.

Hati Sanya sakit melihatnya.

Pun sebaliknya. Naina tak kuasa dan ingin menangis melihat anaknya. Sebagai orang tua yang tidak bisa melindungi anaknya, tentu itu menjadi pukulan baginya.

Berusaha bangun, tapi sudah dicegah Sanya.

"Tidak Ibu, tidak apa apa... Tolong istirahat saja dengan nyaman."

Sanya anak tertuanya, dia sangat menghormati orang tuanya, sopan dan patuh. Dia tenang dan belajar dengan cepat. Melihat kecintaan nya dengan negara pastilah Sanya akan menawarkan diri untuk berangkat ke Kekaisaran Hiya.

"Ibu... " Sanya memegang tangan Naina.

"Selama ini sebagai anak saya belum cukup berbakti, jadi...."

Naina ingin menjadi tuli untuk hari ini, dia tidak sanggup kalau harus mendengarkan Sanya lagi.

"Hm.... Saya ingin berbakti kepada Ayah dan Ibunda, juga kepada negara dan rakyat Kerajaan Yamen. Tolong ijinkan saya berangkat ke Kekaisaran Hiya."

Naina memejamkan matanya, air mata tak kuasa mengalir. Hal seperti ini sudah dia bayangkan berkali kali. Kebahagiaan yang dia peroleh setelah mengalami musibah dan nasib tragis, kini terulang kembali.

"Sanya disini ingin meminta restu Ibunda. Tolong restui aku untuk pergi ya Bu."

Naina tak bisa berkata kata dan malah menangis.

"Sanya berjanji akan bahagia disana. Juga akan mengirimkan surat sesering mungkin."

Tangis Naina pecah menggema. Naina bangun dan memeluk anaknya.

Sanya membalas pelukan ibunya. Keputusan dia sudah bulat. Dia tidak mau menangis karena itu akan semakin membuat Ibunya tambah sakit.

"Berjanjilah Nak...."

"Ka..kalau kamu tidak bahagia disana, kamu harus kembali lagi kesini!" Suara Naina bergetar.

"Mm..." Sanya mengangguk.

Setelah Ibunya tenang, Sanya beranjak untuk menemui Ayahnya.

Di kantor sang Ayah tempat bekerja. Xero menggigit daging bagian dalam mulutnya sampai berdarah. Dadanya sakit. Putrinya masih muda , jalannya masih panjang. Bahkan dia di ijinkan untuk menjadi penerus disini. Tapi hari ini dia dengan santun meminta ijin untuk berangkat menikah. Ijin tersebut bukan untuk piknik menikmati musim semi yang indah atau sekedar menikmati pantai di vila. Ijin menikah dengan orang asing yang belum pernah dia temui.

"Harap Yang Mulia pertimbangkan usulan Hamba ini."

'Yang Mulia' Itu artinya dia meminjam ijin atas kepentingan kerajaan. Sebagai Raja yang bijaksana dan seorang pahlawan yang ingin menyelamatkan negaranya.

Lidah Xero kelu, dia ingin menjawab TIDAK tapi tidak bisa. Xero sangat frustasi.

Bahkan setelah Sanya pergi Xero masih mematung, tak tau apa yang harus di lakukannya.