Kisah yang menceritakan tentang keteguhan hati seorang gadis sederhana, yang bernama Hanindya ningrum (24 tahun) dalam menghadapi kemelut rumah tangga, yang dibinanya bersama sang suami Albert kenan Alfarizi (31 tahun)
Mereka pasangan. Akan tetapi, selalu bersikap seperti orang asing.
Bahkan, pria itu tak segan bermesraan dengan kekasihnya di hadapan sang istri.
Karena, bagi Albert Kenan Alfarizi, pernikahan mereka hanyalah sebuah skenario yang ditulisnya. Namun, tidak bagi Hanin.
Gadis manis itu, selalu ikhlas menjalani perannya sebagai istri. Dan selalu ridho dengan nasib yang dituliskan tuhan untuknya.
Apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka?
Dan bagaimana caranya Hanin bisa bertahan dengan sikap dingin dan tak berperasaan suaminya?
***
Di sini juga ada Season lanjutan ya say. Lebih tepatnya ada 3 kisah rumah tangga yang akan aku ceritakan. Dan, cerita ini saling berkaitan.
Selamat menikmati!
Mohon vote, like, dan komennya ya. Makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Siang menjelang, Hanin tengah sibuk berperang dengan bahan makanan yang ada didapur. Memasak sup daging di campur dengan beberapa macam sayuran. Makanan yang sekiranya cocok buat Kenan yang berada dalam kondisi sakit.
"Ting, tong.." Suara bel.
"Bik, tolong buka pintu yah, liat siapa yang datang!" Hanin memberi perintah pada bik Yem yang berdiri disampingnya.
"Iya non." Wanita paruh baya itu manjawab, lalu melangkah menuju pintu.
Tak lama setelahnya.
"Selamat siang nona," Asisten Berryl menyapa. Pria itu berdiri disamping tangga.
Karena memang, tangga letaknya bersebelahan dengan dapur.
"Siang juga, apa anda mau melihat keadaannya mas Kenan?" Tangan Hanin yang tadinya sibuk memotong daun saledri, sekarang sudah terhenti.
"Iya nona, selain itu ada sesuatu yang ingin saya laporkan pada tuan." Jawab pria tadi.
"Oh, tapi dokter baru saja datang memeriksa. Kata dokter, mas Kenan butuh istirahat total. Tulang lehernya sedikit cedera. Jadi, bisakah anda tidak usah melaporkan sesuatu yang membuatnya risau." Ucap Hanin lagi.
"Baiklah nona, saya permisi dulu." Berryl menunduk hormat, kamudian berlalu menaiki anak tangga. Dan Hanin kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Jadi, apa kau sudah tau apa penyebab kecelakaan ku?" Kenan bertanya begitu melihat Berryl sudah berdiri dihadapannya.
"Sudah tuan, kecelakaan anda murni masalah biasa. Rem mobil anda hanya sedikit tersangkut." Berryl menjelaskan.
"Benarkah? Tapi, aku merasa kalau remku bukan hanya tersangkut. Tapi rem itu blong. Tidak berfungsi sama sekali." Kenan melotot kearah sang asisten.
"Tapi, orang bengkel sudah memeriksanya, dan tidak ada yang salah tuan." Berryl mengangkat kepalanya, menatap Kenan. Meyakinkan.
"Entahlah. Tapi aku merasa ada sesuatu yang janggal."
Kenan berdiri, berjalan menuju balkon kamar.
"Saya akan memeriksanya lagi tuan." Berryl dengan sigap mengikuti arah kaki Kenan.
"Tok, tok, tok." Suara ketukan pintu menghentikan percakapan 2 orang tadi.
Dan tanpa di perintah. Hanin sudah melangkah memasuki kamar.
"Waktunya makan siang mas." Hanin berucap sambil menaruh nampan di atas meja yang ada di balkon. Kenan hanya diam. Pria itu meperhatikan gerak istrinya.
"Asisten Berryl, saya sudah menyiapkan makan siang untuk anda di ruang makan. Silahkan makan siang dulu, setelah itu baru lanjutkan lagi laporan anda." Hanin berucap.
"Kenapa kau bersikap seperti seorang bos?" Kenan menyela.
"Bukan menjadi bos mas, tapi menjadi perawat. Kata dokter, mas harus makan obat tepat waktu. Sekarang sudah siang, waktunya mas minum obat. Makanya saya menyuruh asisten Berryl untuk makan siang sambil menunggu." Jelasnya.
Kenan melirik Berryl "Pergilah." Dia memerintah sang asisten, mengiyakan perintah istrinya.
Sepeninggal Berryl, Kenan makan dengan lahabnya. Dia menikmati setiap suapan yang masuk kemulutnya. Meski dalam keadaan sakit, nafsu makan pria itu tidak berkurang.
"Apa kau tidak pergi ke cafemu?" Kenan bertanya.
"Mas kan sedang sakit, aku akan dirumah dulu hingga mas pulih." Hanin mengambil pil obat, sesuai dosis. Lalu memberikannya pada Kenan.
"Tidak usah berusaha mengambil hatiku. Kau pasti tau kalau usahamu akan sia-sia." Kenan menerima obatnya, kemudian menelan 4 pil tadi bersamaan.
"Hah, (hembusan nafas) mas tidak usah khawatir, hatiku masih belum tersentuh olehmu. Semua yang kulakukan ini, hanya karena kewajibanku sebagai istri." Hanin mengambil kembali gelas kosong dari tangan Kenan.
"Baguslah, aku tidak mau terbebani dengan perasaan cintamu." Pria itu memalingkan wajahnya.
"Aku tau kalau mas tidak nyaman berdekatan denganku. Aku akan menelpon Nesya, supaya dia bisa datang menggantikanku." Hanin tersenyum, kemudian berjalan menuju pintu keluar.
Kenan menatap punggung gadis itu. "Kenapa dia tidak marah, bukankah ucapanku tadi sangat kejam?" Kenan bergumam.
Hanin mendudukkan dirinya di tepi kolam renang. Mengusap air mata yang mulai menetes. "Ada apa dengannya, bukankah tadi pagi dia sudah bersifat manusiawi? Dia bahkan membelai rambut dan wajahku. Lalu, kenapa tiba-tiba berubah kejam kembali." Hanin bergumam.
Waktu berlalu, sore menjelang. Hanin berdiri di depan pintu kamar sang suami. Menarik nafas beberapa kali, menenangkan jantung yang mulai tak karuan. Mengukir senyum seindah mungkin. Mengatakan pada hatinya, bahwa apapun yang akan dilihatnya nanti, maka dia akan baik-baik saja.
"Tok, tok, tok" Dia mengetuk pintu.
"Masuk," Terdengar suara wanita dari dalam.
Hanin menarik gagang pintu, melirik kedalam sekilas. kemudian melangkah masuk.
"Nes, ini buah dan minum untuk kalian." Hanin menaruh nampan di meja.
"Makasih Nin." Nesya mengambil buah tadi, lalu mulai menyuapinya pada Kenan.
"Makasih sayang."Terdengar pria itu berucap.
"Nin, nanti malam bisa tolong bikinin Kenan sandwich. Katanya dia lagi nggak selera makan nasi." Nesya kembali berucap.
"Maaf Nes, nanti malam aku mau pergi. Ada seauatu yang mau aku urus." Hanin berjalan mendekat kearah Nesya.
"Kamu aja yang bikinin ya, bahannya ada di kulkas." Hanin menepuk pundak sahabatnya pelan. Melirik kearah Kenan. Kemudian berlalu keluar dari sana.
Nesya melihat kearah pintu, kemudian beralih menatap Kenan.
"Tumben, Hanin keluar malam. Apa dia mau pergi berkencan? Ini kan malam minggu." Ucap Nesya dengan wajah semringah.
"Entahlah, itu bukan urusanku." Kenan membaringkan tubuhnya.
"Lo sayang, kok sudah berbaring? Buahnya belum habis nih." Protes Nesya.
"Kau saja yang habiskan, aku sudah kenyang." Pria itu menarik selimut hingga kedadanya.
"Baiklah, selamat istirahat sayang.. muach." Nesya mengecup kening kekasihnya. Kemudian berjalan ke sofa. Menikmati buah sambil memainkan HP nya.
Malam harinya, di sebuah restoran.
Hanin berdiri di depan pintu masuk, melihat sekeliling. Mencari orang yang sedang menunggunya. Tak lama, senyum gadis itu mulai terukir indah, saat melihat 3 orang yang melambai padanya.
"Maaf Hanin terlambat bukde" Gadis itu mendudukkan dirinya.
"Ndak papa nak, bukde senang kamu mau datang." Buk Nanik ibunya Sakala membelai lengan gadis itu.
"Kami juga baru sampai," Sakala menimpali.
"Tapi tante, Shanum udah laper nih tante." gadis kecil yang duduk diseberang meja Hanin ikut berucap, dengan nada manja. Membuat 3 orang tadi serentak tertawa, merasa gemas mendengar ucapannya.
Akhirnya mereka memesan makanan, menikmati setiap momen dengan suka cita. Hanin sesekali terlihat memeluk dan mencium pipi chabby anak mantan kekasihnya itu.
Sungguh seperti keluarga kecil yang sangat harmonis.
Di tempat lain, terlihat seorang pria yang tersulut emosi. Dia baru saja menerima kiriman poto dari orang suruhannya, dalam poto itu terlihat 4 orang yang sedang asik bercanda riang. Dengan berbagai macam pose.
"Istri seperti apa dirimu itu? Ketika suamimu terbaring sakit, kau malah tersenyum bahagia dengan pria lain, kau bahkan tidak pernah tersenyum secerah itu saat dihadapanku. Apa semua itu yang kau sebut menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri? Dasar wanita munafik."
Pria itu memaki pada poto dalam HP yang dipegangnya.
"Bruak," Akhirnya benda pintar itu melayang ke lantai, hancur berkeping-keping.
TBC
Mohon bantu vote, like dan jadikan favorite ya teaders.
Aku tggu komennya. Makasih dan selamat membaca.
sorry gwa baca sampe sini