Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26.
Laras meringis melihat Juna yang di siram seember air supaya sadar, begitu tersadar Juna mengedarkan pandangannya ke sekitar, dan melihat Sherly menundukkan kepalanya di dalam dekapan Hanum.
Laras hanya tersenyum miring melihatnya, "Drama murahan," gumam Laras.
Satu jam sebelumnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan! Kalian berzina di rumahku?" marah Hanum.
Sherly langsung menggeser tubuh Juna, dan menurunkan gaunnya yang tersikap serta atasannya yang hampir memperlihatkan buahnya. "Maaf tante, Juna gak sabaran."
"Kalian!" geram Hanum, yang langsung pergi.
Sherly yang melihat kepergian Hanum tersenyum miring, lalu memberikan beberapa bekas lipstik di krah baju Juna dan membuka ikat pinggang serta resleting Juna. Sebelum akhirnya duduk di samping Juna, dengan menundukkan kepalanya seperti orang malu meski kenyataannya, dia sangat senang karena rencananya berhasil.
Hanya dalam hitungan menit Hanum kembali dengan Haidar, Rio dan beberapa keluarga inti.
"Lihat kelakuan anakmu, yang satu anak angkat dan satu anak kandung." geram Hanum. "Apa yang harus aku bilang, pada Cindy."
"Tinggal nikah kan, mereka. Daripada tambah bikin malu." ucap kakek.
"Tunggu kenapa Juna diam aja, apa dia tidur?" heran Haidar. Instingnya sebagai pengacara handal, merasakan ada kejanggalan yang terjadi di sini. Sherly emang pernah dia besarkan, dan sudah di anggap anaknya sendiri, tapi dia juga tahu karakter anaknya Juna dan bagaimana keperibadian Juna, meski dia tidak pernah membesarkan Juna.
"Juna tidur, sepertinya kecapean, om."
Laras mendekat dan memeriksa Juna. "Iya dia tidur."
"Sepertinya dia terlalu kelelahan, setelah permainan panas kami." ucap Sherly yang tidak tahu malu, membuat beberapa orang yang mendengarnya menjadi malu dan geram. "Apa yang kamu lakukan?" heran Sherly saat Laras mengeluarkan jarum suntik.
"Tidak ada, aku takut dia pingsan karena keracunan makanan yang bisa mencemarkan nama baik papaku nanti." ucapnya santai, sambil mengambil darah Juna lalu berjalan mendekat pada ajudan Rio sambil membisikkan sesuatu.
"Bangunkan dia!" perintah Rio.
Sekarang.
Juna yang sudah sadar dengan situasinya langsung berdiri, dan merapikan penampilannya bahkan melepas kemejanya, yang basah menyisakan kaos pas body yang melekat di tubuhnya.
"Jangan di buang, bisa buat kenang-kenangan dan bukti kalau pernah di grebek." canda Laras, dengan menekankan kata bukti.
"Laras, jangan bercanda. Kamu harusnya prihatin dengan Sherly." tegur Hanum. "Kamu harus tanggung jawab dan segera menikahi Sherly, Jun."
"Saya bersedia menikahinya, kalau emang saya berbuat, tapi saya tidak melakukan apapun." ucap Juna yang di sambung, dengan menceritakan apa yang dialami setelah di beri Sherly air jeruk dingin.
"Bohong, kenapa kamu memfitnah aku, Jun. Kamu lupa, bagaimana tadi merayuku, lagian di sini aku yang di rugikan Jun, bukan kamu." ucap Sherly dengan menangis tersedu-sedu.
"Tapi aku juga tidak mau menikah dan menyerahkan masa depan karena terpaksa, apalagi bertanggungjawab atas apa yang tidak pernah aku lakukan." tegas Juna.
"Kamu menuduh aku, menjebakmu? Jangan gila, tidak mungkin aku membuat malu diriku sendiri, lagian aku cuma wanita lumpuh." marah Sherly.
"Jika tidak ada niat menjebak, kenapa di lakukan di luar? Kenapa tidak dilakukan di kamar saja yang tertutup, yang tidak akan ada orang yang tahu. Bukannya ini terkesan, biar orang lain tahu, ya." ucap Haidar.
"Papa tega menuduh aku?" sedih Sherly.
"Papa tidak menuduh, papa hanya ingin berada di pihak tengah. Karena kamu dan Juna sama-sama anak papa, meski kamu bukan anak kandung." ucap Haidar, yang terlihat lebih tenang, daripada di awal tadi. "Coba minuman itu masih sisa, kita bisa melakukan pemeriksaan terhadap kandungan air minum itu."
"Berarti kita tunggu hasil tes darah Juna, jika bersih berati kalian melakukan karena suka sama suka, yang berarti Juna harus bertanggung jawab." ucap Hanum, yang mulai terpengaruh dengan ucapan Haidar. Karena Hanum juga ingat, kalau Cindy sangat ingin menikahkan Sherly dengan Juna.
"Itu kelamaan," ucap Rio, sambil melirik ajudannya, membuat sang ajudan menganggukkan kepala, sebelum akhirnya berjalan pergi. "Aku tidak mau hal buruk terjadi di rumahku, dan siapapun yang berbuat harus bertanggung jawab. Jika Juna ketahuan bersalah, selain menikah dengan Sherly maka Juna harus siap mengikuti sidang kedisiplinan."
"Jika Sherly yang bersalah, bagaimana pa?" tanya Laras saat papanya hanya diam.
"Papa serahkan pada Haidar dan Juna."
"Aku mau tuntut dengan pencemaran nama baik, dan aku pastikan dia di penjara." ucap Juna tegas dengan tatapan mata tajam kearah Sherly, yang seolah tatapan itu bisa menembak jantung Sherly.
"Jika ingin menjebak, aku akan menjebak orang kaya sekalian bukan kamu yang hanya seorang tentara. Berapa sih, gaji seorang tentara." ucap Sherly dengan nada merendahkan, tapi terlihat jelas kegugupannya dari kalimat yang terbata-bata.
"Aku pegang ucapanmu, jika kamu berani menjebak putraku, aku sendiri yang akan menjebloskanmu ke dalam penjara." ancam Haidar, yang terlihat jelas kekecewaan pada Sherly yang sudah di anggap anak olehnya, bertepatan dengan kedatangan ajudan Rio.
"Kita akan lihat kebenarannya secara bersama." ucap Rio, membuat semua mata mengarah pada laptop yang di pegang ajudan Rio.
"I... itu, apa om?" gugup Sherly.
"Kamu tidak tahu itu laptop?" tawa Laras melihat wajah Sherly yang nampak pucat.
"Iya, aku tahu, tapi buat apa?" ucap Sherly yang nampak, waspada.
"Ini CCTV yang ada di area sini." jawab Rio.
Muka Sherly langsung pucat pasi, dan keringat dingin keluar dari pelipisnya. "Sejak kapan ada CCTV, di sini?" gugup Sherly.
"Sejak aku tinggal di sini," jawab Laras.
Di dalam CCTV terlihat jelas saat Juna merebahkan tubuhnya di kursi santai, tidak lama setelah menghabiskan minuman dari Sherly. Bahkan saat Sherly berdiri dari kursi rodanya, dan berjalan selangkah untuk merebahkan tubuhnya di samping Juna. Terlihat juga saat Juna yang berusaha berdiri, dan kemudian malah ditarik oleh Sherly hingga jatuh di atas tubuh Sherly.
"Itu editan," gugup Sherly. "Pasti ini ulah kamu kan, Ras. Bukannya kamu dari kecil suka Juna, tapi kamu iri karena Juna suka denganku." marah Sherly, yang langsung berdiri dan berjalan menggapai laptop, tapi gagal karena ketangkasan ajudan Rio yang membuat Sherly jatuh di lantai. Kejadian itu membuat beberapa orang yang ada di sana malah pergi menjauh, termasuk kakek yang diikuti semua keluarga besar Hanum.
"Aku sudah hubungi polisi, sebentar lagi akan datang dan mulai saat ini jangan pernah memanggilku papa lagi. Aku kecewa, aku besarkan kamu, aku perlakukan kamu seperti anak perempuanku, tapi kam menjebak putraku. Aku juga akan selidiki namamu, jika kalian terbukti merencanakan ini semua, aku tidak akan tinggal diam."
Mendengar ucapan Haidar, membuat Sherly tertawa renyah. "Kamu bilang menganggap aku sebagai anak? Bohong, buktinya kamu wariskan semua kekayaanmu pada Juna, dan aku tidak dapat apa-apa."
"Sepertinya akar masalah ini karena, hartamu. Sebaiknya selesaikan secara baik-baii," ucap Rio, sambil menepuk bahu Haidar. "Ayo, sayang kita pergi," ajak Rio pada Laras.
"Aku tidak sangka jebakan yang di buat Sherly, sekarang malah menghancurkan Sherly sendiri. Karena aku yakin, habis ini om Haidar akan sangat membencinya."
"Niat yang buruk akan berakhir buruk." ucap Rio.
"Lebih tepatnya senjata makan tuan, pa. Niat hati mau bikin Juna malu supaya menikahinya, malah dia yang di buat malu."
"Apa kamu sudah tahu sebelumnya, makanya suruh papa pasang CCTV?"
"Aku tidak sengaja denger Sherly telpon dengan tante Cindy, tapi tidak tahu rencananya seperti ini."
"Apa kamu melakukan ini semua, karena ada rasa sama Juna? Jika iya, akan papa dukung dan bantu, seperti yang di katakan Sherly tadi?"
"A...apa, ahh tidak ada pa, aku tidak ada rasa sama sekali, papa jangan terprovokasi dengan ucapan Sherly. Waktu kecil aku suka dia, tapi tidak sekarang. Sudah ah, aku mau ngobrol dulu sama mas Azam dan Zaky," ucap Laras yang langsung berlari meninggalkan Rio. Azam adalah anak pertama Hafis, Zaky anak kedua Hafiz, kakaknya Hanum.
Mang enaaaak... sukuriiiin, auto blacklist...
tetep semangat Larassss...