NovelToon NovelToon
Larasati Untuk Arjuna

Larasati Untuk Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami ideal
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Eed Reniati

Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.

Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"

"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.

"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.

"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.

Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Jebakan

Laras tidak suka orang tahu siapa dirinya, tidak seperti waktu masih sekolah dasar dulu. Laras sangat membanggakan Rio pada teman-temannya, dan sangat mencintai papanya itu. Papa adalah cinta pertamanya, bahkan saat Rio tidak dinas waktu Laras selalu di habiskan berdua dengan Rio. Camping, naik gunung, ke wahana permainan dan masih banyak lagi, tapi semuanya langsung berubah saat semua dia ketahui.

Dan setelah sekian lama, pagi ini untuk pertama kalinya lagi setelah sekian tahun. Laras menghabiskan waktu berdua dengan Rio, dengan bersedia di antara Rio ke rumah sakit, meski awalnya Laras sempat menolak.

"Usiamu sudah hampir 31 tahun, jika ada yang kamu suka bilang papa." ucap Rio, yang pagi ini memilih mengendarai mobil sendiri tanpa sopir dan tanpa ajudan, karena ingin menikmati waktu berdua dengan putrinya.

"Tidak ada."

"Apa mau papa kenalkan dengan anak buah papa, atau anak teman papa non militer?"

"Aku belum minat untuk menikah, aku belum ada setahu jadi dokter spesialis."

"Kalau Juna, menurut kamu bagaimana? Papa juga lihat kalian lumayan deket."

"Kata siapa kami dekat, kami tidak ada hubungan apa-apa."

"Tapi kemarin dia nganter kamu pulang, pasti dia takut kamu di persulit penjaga makanya nganter kamu."

"Ah, masak iya, gak mungkin deh." pikir Laras.

"Hanya kebetulan kami bertemu di rumah sakit, tidak usah berpikir macam-macam deh.'

"Tapi jika iya, papa gak keberatan." ucap Rio, yang bertepatan dengan bunyi pesan masuk ke ponsel Laras, membuat Laras punya alasan untuk tidak menjawab Rio.

"Dari Juna, ya. Kelihatan serius banget?" tanya Rio, setelah beberapa saat Laras sibuk berkirim pesan dengan seseorang.

"Aku tidak punya nomor ponselnya." ucap Laras tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponselnya.

"Mau papa kasih, papa punya nomornya?"

"Tidak perlu, gak penting."

"Kami bukan rekan kerja, atau teman baik yang harus berbagai nomor ponsel." sambung Laras di dalam hatinya.

Rio tersenyum tipis, dan mengangguk pelan sambil sesekali melirik Laras.

Selama perjalanan Rio selalu memulai pembicaraan, meski tak semua Laras jawab, tapi Rio sudah cukup puas paling tidak Laras masih mau berbicara dan menemuinya.

"Pa, bisa minta tolong pasang CCTV di dalam rumah, terutama area yang sepi dan jarang di datangi orang."

Sebenarnya sudah ada CCTV, tapi hanya ada di ruangan tertentu dan halaman luar hingga jalan. Beberapa tidak ada CCTV, karena untuk menjaga privasi Rio.

"Ada sesuatu."

"Pasang, aja. Kalau bisa jangan ada yang tahu. Seharusnya kaki Sherly itu sudah sembuh, dan bisa berjalan normal, jadi aku merasa aneh aja."

Rio menganggukkan kepalanya, paham ada sesuatu yang tidak beres. "Papa akan lakukan. Oya, jangan lupa weekend depan kakek ulang tahun, belilah kado, menggunakan uang yang papa kirim."

"Hmm, aku turun di sini aja, gak usah sampai masuk ke dalam rumah sakit." ucap Laras mencegah mobil Rio, untuk masuk ke dalam halaman rumah sakit.

Meski kecewa, Rio tetap menuruti keinginan Laras yang minta turun di pinggir jalan depan rumah sakit. "Hati-hati."

"Assalamu'alaikum," ucap Laras, sambil mencium punggung tangan Rio.

"Walaikumsalam."

"Maaf, karena kesalahan masa muda papa, kamu ikut menanggungnya." sesal Rio, memandang kepergian Laras.

**

Akhirnya tiba acara syukuran ulang tahun ayah Hanum, yang di gelar sederhana dengan serangkaian acara berbagi dengan anak-anak yatim piatu, dan makan bersama yang di hadiri keluarga besar Hanum, juga Rio yang berarti Keluarga besar Notonegoro juga datang.

Laras yang sudah lama tidak kumpul bersama di acara keluarga, menjadi pusat perhatian keluarga besar dan banyak yang menyambut baik dirinya, meski ada juga yang sebagian hanya basa basi.

"Aku tidak sangka, ternyata kamu cukup banyak yang merindukan?"

Laras tersenyum, saat Juna menghampirinya yang duduk seorang diri di kurusi santai di tepi kolam berenang. Dari awal kedatangan Juna bersama papanya, Juna tidak ada kesempatan sama sekali untuk mendekati Laras, yang sibuk dengan para sepupunya dari kelurahan Hanum.

Karena itu saat Laras menepi ke kolam renang yang terletak di belakang, membuat Juna berani menghampirinya. Meski Juna sadar kalau Laras ke belakang, karena mencari tempat yang sepi untuk mengangkat ponselnya.

"Dulu kami sering menghabiskan waktu bersama, sejak dewasa baru kami berpisah dan mulai sibuk sendiri." Laras muda yang ceria, emang banyak di sukai banyak orang meski dia kadang tidak sandar orang lain menyukainya.

"Sepertinya mereka suka sama kamu, sebagai pasangan."

Laras tertawa kecil mendengar ucapan Juna, yang terdengar ngawur menurutnya. "Paman Hafiz hanya punya 2 anak laki-laki, jadi aku sudah akrab kepada mereka seperti saudara dari kecil. Jangan ngaco deh, sudah ah aku haus mau minum dulu." Laras pergi meninggalkan Juna sambil tertawa kecil.

"Ternyata kamu bodoh juga ya, Ras. Tidak tahu kalau pandangan, dan perhatian kedua kakak sepupumu itu beda, bukan terhadap perempuan biasa." kesal Juna melihat kepergian Laras. "Kenapa denganku," heran Juna dengan dirinya sendiri, yang perduli dengan Laras. Juna yang masih duduk di kursi santai di tepi kolam berenang, mengeluarkan sebatang rokok hendak menenangkan dirinya, tapi gagal karena kedatangan Sherly.

"Jangan merokok, merokok tidak baik untuk kesehatan. Ini ada es jeruk, supaya bisa mendinginkan pikiranmu."

Juna tersenyum, dan menerima es jeruk yang Sherly tawarkan yang langsung habis dalam sekali teguk. "Terimakasih."

"Baru sekarang aku bisa melihat senyuman di wajahmu, ternyata ganteng juga kamu. Pantas dulu Laras menyukai dan mengejarmu." canda Sherly. "Tapi sekarang aku merasa kamu lebih, keren dan macho. karena selain wajah dan senyum mu, tubuhmu juga menggoda."

Juna tidak menanggapi ucapan Sherly, karena kepalanya sedikit pusing. Hingga Juna menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi santai.

"Kenapa Jun?"

"Tidak ada, kepalaku sedikit pusing, tolong tinggal aku. Aku mau istirahat sebentar di sini," ucap Juna yang mengangkat kakinya, dan memposisikan tubuhnya tiduran di kursi santai.

"Apa mau istirahat di dalam, biar bibi siapkan kamu kamar tamu untukmu?"

"Tidak terimakasih, aku lebih nyaman di sini." ucap Juna yang sudah memejamkan matanya.

"Bagaimana kalau aku temani," bisik Sherly dengan meraba dada bidang Juna yang terbungkus kemeja.

"Apa yang kamu lakukan," marah Juna, saat sadar tubuhnya ada yang meraba.

Sherly terkekeh kecil melihat mata Juna yang melotot dan memerah. "Santai aja, aku hanya ingin menikah denganmu." ucapnya sambil membuka 2 kancing kemeja teratas Juna.

"Jauhkan tangan dan tubuhmu," marah Juna saat Sherly merebahkan tubuhnya di sampingnya. "Kenapa tubuhku terasa lemas, dan tidak bertenaga. Sialan! kamu menjebakku?"

"Good, salah sendiri tidak pernah melirikku, padahal aku sudah bersedia untuk menikah denganmu."

"Aku bukan papa yang bodoh mau, menikah dengan mamamu." ucap Juna yang berusaha bangun dengan sekuat tenaga yang di milikinya, meski tubuhnya merasa tidak bertulang.

Sherly tersenyum dan menarik tubuh Juna yang hendak berdiri, hingga menimpa tubuhnya. "Tapi pada akhirnya kamu, tetap akan menikah denganku." kalimat terakhir Sherly, yang Juna denger sebelum kesadaran Juna menghilang.

"Mari kita mulai dramanya," ucap Sherly, sambil mengacak-acak rambutnya, dan mengoyak sedikit bagian depan gaun yang dia gunakan, sebelum menarik wajah Juna supaya tepat berada di atas buahnya. "Kita tinggal tunggu, siapa yang akan menangkap basah aksi kita." ucapnya sambil mengambil selfie aksinya.

1
Rita Rita
dasar lacur murahan, ga tau dia kalo ada banyak cctv tersembunyi. pengen lihat kehancuran seorang Serly .
Rita Rita
anak dan emak sama sama ular
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
Nene di Oon
semangat KK author
eed: Semangat kakak, terimakasih 🙏💕
total 1 replies
Nene di Oon
ceritanya seru dan tidak bertele²👍👍👍
Nene di Oon
menurut sy ceritanya seru tidak bertele² semangat terus author
eed: Terima kasih, kak 🙏💕.
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
Hanum masih aja bloon dan jahat
kalea rizuky
jahat bgt Hanum
Rita Rita
gimana kalo Arjuna tau Laras ikut di tim dokter yg jelas " berbahaya. 🤔🤭
Rita Rita
Juna pergi untuk pendidikan dan pulang setelah selesai langsung nikah sama Laras,,
Rita Rita
suka banget dengan sikap tegas Juna. ga tau malu banget si Cindy . udah ibu Juna dihancurkan mau nikahin lagi anaknya dengan anak sendiri
dasar jalang
Rita Rita
keknya paling banyak ulet bulu disini 🤔🤭
Rita Rita
wah taktik licik nih kalo ketahuan bakalan hancur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!