NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Penyesalan

Lily menoleh ke ruang depan. Lavender dan Doni sedang mengamati dia dan ibunya.

"Itu teman-temanmu, Ly?" tanya Gendis.

"Iya, Bu," jawab Lily sambil mengangguk.

Gendis menghela nafasnya. Dalam hati berkata, mereka pastinya anak-anak orang kaya. Bagaimana aku bisa menjamu mereka?

"Boleh kita masuk?" tanya Doni.

Lily menoleh ke Gendis.

Gendis mengangguk pasrah.

"Biarkan mereka masuk, Ly," ucap Gendis.

Lily pun mengangguk ke arah teman-temannya.

Perlahan Lavender dan Doni masuk.

Aroma anyir darah menyeruak masuk ke hidung dua tamu mereka.

Bahkan Lavender yang trauma dengan bau darah, merasa kepalanya pusing. Dia pegang erat-erat lengan Doni.

Suasana di ruang tengah itu terasa mencekam bagi Lavender. Tak ada penerangan, karena kalau sudah siang, demi menghemat pemakaian listrik, Gendis selalu mematikan lampunya.

"Kalian teman-teman Lily?" tanya Gendis yang bersandar di dinding.

"Iya, Tante," sahut keduanya kompak.

Gendis mengangguk.

"Tapi maaf, tempat kami hanya seperti ini," ucap Gendis.

"Tak apa, Tante," sahut Doni.

"Mm. Apa Tante lagi sakit?" tanya Lavender pelan.

Gendis menggeleng.

"Hanya kurang enak badan aja." Seperti biasanya, Gendis selalu menyembunyikan sakitnya.

Jangankan pada orang lain, pada Lily pun dia selalu bilang kalau kondisinya baik-baik saja.

Lily pada akhirnya tahu tentang penyakit ibunya, setelah dia mengantarkan periksa.

"Tante sakit apa?" tanya Levender yang masih pada posisi berdiri.

Dia dan Doni kebingungan mau duduk di mana.

Di ruangan itu tak ada sofa bahkan sekedar karpet. Hanya lantai keramik putih yang sudah kusam dan pecah-pecah.

Untungnya Lavender dan Doni tak membuka kaus kakinya. Hingga tak merasakan lengket akibat darah Gendis yang tadi baru dilap dengan kain gombalan.

"Masuk angin biasa aja," jawab Gendis.

Lily menghela nafasnya.

"Ly. Ambilkan minum buat teman-temanmu," perintah Gendis.

"Oh, enggak usah, Tan. Tadi kami sudah minum di jalan," tolak Lavender.

Lavender yang anak orang tajir, merasa geli juga kalau minum di tempat yang terlihat kotor dan bau.

"Oh iya. Kami juga kebetulan lagi enggak ada apa-apa. Maaf, ya," ucap Gendis penuh rasa penyesalan.

Menyesal karena kondisi ekonominya yang tak memungkinkan menjamu tamu-tamunya Lily.

"Enggak apa-apa, Tante. Kami hanya ingin melihat tempat tinggal Lily saja," sahut Doni.

"Ibu duduk di sini aja, ya. Lily di luar sama mereka," ucap Lily pada Gendis.

Gendis mengangguk.

Lily paham, kedua temannya tak mau duduk di lantai karena lantainya kotor.

Dan Lily berinisiatif mengajak keduanya duduk di ruang depan. Meski kosong melompong, setidaknya tak terlalu kotor.

"Kita duduk di depan saja," ajak Lily pada keduanya.

Lavender dan Doni mengangguk. Lavender juga sudah merasa sangat risi dan hidungnya terasa tersumbat bau darah yang menyengat.

Gendis yang merasa kepalanya berkunang-kunang, kembali merebahkan diri.

Sampai di ruang depan, Lily duduk di lantai. Diikuti Lavender dan Doni.

"Beginilah kondisi kami. Tak ada apapun," ucap Lily dengan sedih.

Lavender yang duduk di sebelah Lily, menepuk-nepuk lengannya.

"Sabar, Ly," ucap Lavender berusaha menguatkan.

Lily mengangguk.

Kami sudah sangat sabar selama ini. Batin Lily.

"Kalau boleh tau, ibumu sakit apa, Ly?" tanya Doni perlahan. Agar tak terdengar Gendis.

Lily menatap Doni dan Levender bergantian.

Doni dan Lavender mengangguk. Memberi kode kalau mereka benar-benar ingin tahu.

"Ada tumor di rahim ibuku." Lily menundukan wajahnya. Dia tahan air mata yang seakan memaksa keluar.

Lavender dan Doni terbelalak, meskipun mereka tak begitu paham apa artinya.

Tapi mendengar kata tumor saja sudah membuat keduanya merinding. Apalagi tumor itu ada di dalam rahim.

"Terus?" tanya Lavender.

Lily menggeleng. Dia pun tak tahu apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

"Udah dibawa ke dokter?" tanya Doni.

Lily menggeleng.

"Kami hanya mampu memeriksakan penyakit ibu ke Puskesmas. Kami tak ada uang untuk ke dokter," jawab Lily sambil menyeka ingusnya.

Rupanya Lily menahan air mata, tapi hidungnya malah berair.

"Ya ampun, Ly. Terus penyakit ibumu gimana?" tanya Lavender prihatin.

Lily menggeleng lagi.

"Ly. Mamaku seorang dokter spesialis kandungan. Nanti malam aku coba bilang ke mamaku, ya. Siapa tau ada jalan keluarnya," ucap Doni.

Lily menatap Doni.

Doni pun mengangguk.

"Iya, Ly. Nanti kami akan coba membantu kalian. Kamu yang sabar, ya." Lavender memeluk lengan Lily.

"Kalian benar-benar ingin membantu kami?" tanya Lily tak percaya. Karena selama ini dia selalu diabaikan oleh teman-temannya. Bahkan tak pernah dipandang sebelah matapun.

"Iya, Ly. Kami akan coba bantu kamu semampu kami," ucap Doni meyakinkan.

Doni yang tadinya paling hobi mem-bully Lily, jadi merasa sangat berdosa.

Ya Tuhan, ternyata aku jahat sekali. Aku selalu menyakiti orang yang hidupnya sangat memprihatinkan.

Maafkan aku, Ly. Aku janji akan menebus semua dosaku padamu. Gumam Doni dalam hati dengan penuh penyesalan.

Lavender pun sangat menyesal karena selama ini selalu jutek pada Lily. Bahkan dia selalu berpikiran negatif.

Selama ini Lavender menganggap Lily seperti sampah. Yang hanya mengotori ruang kelas saja.

Karena pakaian seragam Lily yang sudah kusam. Tas yang dibawa Lily pun sudah lusuh. Apalagi sepatu yang dipakai Lily, sudah jebol di bagian depannya.

"Bagaimana kalian akan membantu kami?" tanya Lily.

Meskipun uang saku mereka banyak, tapi rasanya tak mungkin cukup untuk membantu menyembuhkan penyakit ibunya.

"Kan aku udah bilang, mamaku dokter. Nanti aku yang akan bilang ke mamaku, ya?" jawab Doni.

"Papa dan mamaku juga punya uang banyak, Ly. Pasti mereka mau membantumu. Nanti aku juga akan bilang ke mereka," ucap Lavender tak mau kalah.

Meski kedua orang tuanya selalu sibuk, tapi setiap pagi mereka menyempatkan diri sarapan bersama.

Momen itulah yang akan dimanfaatkan oleh Lavender.

"Tapi nanti kami malah merepotkan," ujar Lily.

Selama ini Gendis selalu melarang Lily merepotkan orang lain. Biarlah hidup mereka susah, yang penting tidak jadi beban buat orang lain. Begitu yang selalu diajarkan Gendis.

"Enggak, Ly. Kamu kan teman kami. Kami punya kewajiban menolongmu dan ibumu. Ya?" Lavender meyakinkan Lily.

Lily mengangguk. Tak terasa air matanya mengalir perlahan ke pipi tirusnya.

Lavender memeluk Lily semakin erat. Dia merasa sangat trenyuh dengan kehidupan yang dijalani Lily.

Doni pun mendekat. Dia genggam tangan Lily dengan erat. Dalam hatinya berkali-kali mengucapkan kata maaf.

Gendis yang sudah rebahan, memasang baik-baik telinganya.

Dia mendengar semua yang dibicarakan mereka.

Gendis merasa terharu dengan kebaikan hati teman-teman Lily, yang selama ini dianggapnya tak pernah peduli.

"Terima kasih Tuhan. Semoga ini jadi jalan kesembuhan bagiku. Dan semoga ini tidak jadi beban buat mereka yang akan menolongku," gumam Gendis lirih.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!