PARASIT

Celina tertawa lepas saat ia sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di samping sang suami.

" Kau lihat tadi gimana ekspresi wajah Donna kan?"

Celina semakin ngakak mendengar pertanyaan suaminya, wajah kecewa campur kesal itu sangat membuat Celina puas.

" Nggak nyangka banget kalau kamu bakal cium kening aku sayang " Ujar Celina setelah tawa nya mereda.

" Ya siapa juga yang mau cium dia " Balas Andara Pala .

" Ah masa??"

Celina melirik nakal, Andara Pala cukup tersenyum saja.

" Ohya, hari pernikahan kalian sudah dekat. Usahaku untuk menggagalkan nya tidak berhasil "

" Menggagalkan ? Bukan nya ini semua rencana mu sayang ?" Andara Pala bingung.

" Iya emang kamu pikir aku mau dimadu ?" Kilah Celina , Andara Pala semakin tidak mengerti. Dia menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal.

" Atau kamu emang suka menikah dengan dia?"

Celina berbalik menyudutkan suaminya, Andara Pala langsung terkesiap.

" Loh?? Kok malah ngomong gitu ? Ya udah batalkan aja semua nya" Cetus Andara Pala.

Celina mendengus, hal itu mana mungkin bisa dibatalkan begitu saja. Bisa-bisa para investor akan kabur.

***

Di lain tempat, Syafa Namata menemui Dokter Andrew yang baru saja keluar dari rumah sakit.

Syafa Namata sengaja menunggu pria itu di tempat parkir. Dan dia berdiri tidak jauh dari mobil Dokter Andrew berada.

" Kau ??? Bukankah kau saudara Celina ?"

Syafa Namata tersenyum tipis, ia mendekat lalu mengulurkan tangannya.

" Syafa Namata " Ucapnya memperkenalkan diri. Dokter Andrew menyambut uluran tangan Syafa Namata dengan sedikit ragu.

" Andrew " Ia menyebutkan namanya.

" Bisa kita bicara di tempat yang lebih nyaman ?" Sengaja Syafa Namata mengajak pria itu, dan berharap tidak ada penolakan disana.

Dokter Andrew tidak langsung menjawab, namun akhirnya ia mengiyakan.

Setelah memesan minuman, Dokter Andrew langsung memulai topik pembicaraan.

" Ada apa Nona Syafa mengajak saya bicara ?"

Syafa Namata tersenyum, ia menyesap sedikit minumannya .

" Anda adalah pasangan Nirmala bukan ?"

Dokter Andrew sedikit memicingkan matanya, ia seperti tahu kemana arah pembicaraan Syafa Namata .

" Dan saya adalah pasangan Marcell Siahaan , baru saja saya mengalami keguguran karena ulah mereka berdua " Sambung Syafa Namata .

" Saya turut berdukacita Nona" Balas Dokter Andrew.

" Apa anda tidak ingin membalas perbuatan Nirmala yang sudah berkhianat ?"

Dokter Andrew mengulum senyum, Syafa Namata sedikit bingung kenapa pria ini tidak terlihat sedih ataupun marah ?

" Saya terlalu sibuk untuk memikirkan hal itu, biarlah. Karma akan datang sendiri disaat waktu yang tepat, seperti contoh nya yang terjadi pada anda "

Syafa Namata terkesiap, apakah Dokter Andrew mengatakan jika semua ini adalah karma bagi nya?

" Jaga bicara anda Dokter !!"

Tangan Syafa Namata mengepal di atas meja, sorot matanya tajam menyala.

" Bukankah itu benar Nona, Anda dan Marcell Siahaan pun tidak jauh berbeda dengan Nirmala. Kalian adalah sekumpulan para pecundang "

" DIAM!!!"

Syafa Namata berteriak tegas, ia lupa jika dirinya berada di tempat umum sehingga banyak mata yang menoleh ke arah nya.

Dokter Andrew tersenyum, ia bangkit dari duduknya.

" Terimakasih atas jamuan nya "

Tidak lupa sebelum pergi, Dokter Andrew menyelipkan uang di atas meja. Kemudian melenggang meninggalkan Syafa Namata yang geram sendiri.

" Bajin9an !!! Sok suci !!!" Umpat Syafa Namata .

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari pernikahan yang telah direncanakan sudah tiba, Donna sangat bahagia sekali. Meskipun untuk mempertahankan pernikahan ini sangat mustahil, namun Donna tidak akan pernah menyerah. Dia akan menggunakan kesempatan apapun untuk menyingkirkan Celina.

Acara ijab qobul berjalan sempurna, Celina tidak hadir dalam pesta itu. Dia memilih untuk menyibukkan diri dengan bekerja.

Pilihan Celina tepat sekali, karena Marcell Siahaan dan Nirmala datang ke acara tersebut. Pria itu berniat untuk mempermalukan Celina , tapi berhubung Celina tidak ada, Dia sedikit kecewa.

" Hemmm kasian sekali nasib mu Celina "

Celina kaget, ia tidak mengira jika Maudi Dania dan Raja Sujakna akan datang ke kantor.

" Hari ini Andara Pala menikah dengan kekasihnya, dan kau?? Harus tersisih di ruangan ini"

Celina bangkit dari duduknya, satu tangan nya terangkat ke atas.

" Cepat keluar dari sini!! Kau dan Papa sudah tidak punya hak apapun berada disini "

Maudi Dania tersenyum miring, kedua tangannya terlipat di dada.

" Sudah begini masih saja sombong, lihat lah suami dadakan mu itu? Dia sudah menghamili kekasih nya, dan sekarang menikah dengan perempuan yang sudah mengandung anaknya. Tidak lama lagi, kau akan didepak dari keluarga ARTHAMA "

Raja Sujakna memang tidak ikut bicara, tapi riak wajah pria itu seolah mendukung ucapan sang istri.

" Papa... Apa Papa mau aku mencabut jatah bulanan mu? Seperti aku mencabut hak kuasa mu terhadap perusahaan ?"

Barulah wajah pria itu terlihat panik, dia menyikut lengan Maudi Dania sebagai kode.

" Aku memperingati mu karena aku masih bersimpati kepada mu, lebih baik kau cerai kan saja Andara Pala dan menikah dengan pria yang lebih mapan dari nya" Seru Maudi Dania , menyuarakan maksud kedatangan nya ke kantor Celina .

" Terimakasih Ibu...Tiri ku" Celina sengaja menekan kata Ibu tiri agar Maudi Dania mengerti siapa dirinya.

Tapi hal tersebut justru membuat Maudi Dania terpancing emosi. Dia ingin memukul Celina , namun Raja Sujakna menahan.

" Sudah, ayo kita pulang. Apa kamu mau kehilangan jatah bulanan ?"

Maudi Dania menggertakkan gerahamnya, ia terpaksa menurut dan keluar dari ruang kerja Celina .

***

Usai resepsi Donna langsung ikut Andara Pala kembali ke rumah nya.

" Sayang, kau mau kemana ?"

Donna yang sebelumnya sangat percaya diri, bingung melihat Andara Pala melenggang pergi.

" Ke kamar " Jawab Andara Pala menunjuk ke arah kamarnya dengan Celina .

" Loh ? Malam ini adalah malam pertama kita sayang, kamu harus tidur sama aku"

" Kau sedang hamil, tidak baik melakukan hubungan suami istri " Bantah Andara Pala .

" Iya tapi... "

Donna tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena mendengar suara derap sepatu. Ia menoleh ke arah pintu, rupanya Ambarita yang datang.

Donna tersenyum licik, kebetulan saat ini dia masih memakai gaun pengantin jadi akan Donna buat perempuan tua itu masuk lagi ke rumah sakit. Atau berpindah alam sekalian.

" Oma???"

Andara Pala mulai panik, pasti saat ini sang Nenek akan sangat murka sebab pernikahannya.

Ambarita menghela nafas panjang, kedua tangannya terlipat di dada. Azka Boe muncul dan berdiri di belakang Ambarita .

" Jadi ini yang kamu lakukan terhadap Celina yang sudah membantumu ?"

" Oma... "

" Selamat datang Oma tersayang " Donna cepat menyela kalimat yang hendak diucapkan oleh Andara Pala . Ia maju mendekati Ambarita .

" Menyingkir !!! Meskipun kau sudah resmi menikah dengan cucuku, tapi Nyonya di rumah ini tetap Celina " Tegas Ambarita membekukan langkah Donna.

" Oma... Aku tidak berniat menyingkirkan Celina , aku dan dia akan menjadi istri yang baik untuk cucumu " Balas Donna, tentu hal tersebut hanya akan menyakiti wanita tua itu.