Bukan Dia Tapi Aku Lawanmu

Sesampai di rumah aku menyusun semua barang - barang dan bahan- bahan dapur dengan rapi.

Membuka satu persatu bumbu dan memasukkannya dalam wadah, serta menyusunnya dekat dengan kompor tuk memasak. Maksudnya agar mudah di gunakan ketika memasak.

Sayur mayur aku masukkan ke kulkas.

Sedangkan daging, ayam dan ikan aku masukkan ke freezer.

Telur aku susun rapi, minuman juga tertata rapi di pintu kulkas.

Sedangakan peralatan masak dan dapur lainnya aku cuci terlebih dahulu kemudian aku keringkan dan aku simpan di dalam lemari. Agar saat menggunakan nanti sudah bersih.

Beras aku masukkan ke dalam ricebox, begitu juga minyak goreng aku tuang ke dalam wadah khusus untuk minyak.

Aku tidak terlalu  suka menggunakan oliv oil. Aromanya kurang enak ku cium.

Setelah selesai menyusun semuanya, aku rebahkan diriku si sofa yang ada di ruang tivi.

Uhhh, punggung yang lelah terasa nyaman saat di sandarkan ke sandaran sofa yang empuk.

'Kira - kira siapa yang memilih sofa ini ya, kok nyaman sekali' pikirku sambil memejamkan mataku untuk menikmati istirahatku yang kelelahan dari belanja.

Tapi tiba - tiba aku teringat akan tatapan mata Bela saat bertemu di supermarket tadi.

Kenapa dia seperti ketakutan? Apa yang terjadi padanya selama ini.

Dan dia sedikit kurusan? Apakah dia sakit? Tapi orang tuanya kan kaya, tidak mungkin dia di biarkan sakit oleh papa mamanya.

Dia sangat ketakutan ketika anaknya menyebut Rio? Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

Dan dia tidak ingin aku menghubunginya terlebih dahulu. Dia sangat berhati - hati agar suaminya tidak mengetahui apa yang akan dia lakukan denganku.

Tapi biarlah, itu urusan rumah tangga mereka.

"Oya, aku hampir lupa untuk menghubungi si bos" ucapku dengan tersentak dan berdiri dari sofa.

Aku naik ke atas untuk mengambil leptop ku.

Aku harus vido call sama dia.

Aku masuk ke ruangn kerja ku dan mulai menyalakan layar leptopku.

Aku mulai menghubungi si bos.

"Hei, bajingan kenapa kau menghubungiku pagi - pagi sekali !" Seru suara serak dari  sana menandakan baru terbangun dari tidur yang memperlihatkan layar leptop gelap.

'Mungkin dia menaruh di kupingnya' batinku lucu

"Sorry bos, aku kira kau sudah bangun, nanti aku hubungi kembali, silahkan tidur lagi bos."

Ucapku buru buru mengakhiri panggilan.

Aku hanya bisa melongo, salah perhitungan jam. Pikirku dan aku malah tertawa membayangkan bagaimana raut si bos marah.

Aku meregangkan tubuhku, ahh mandi dulu baru aku tidur.

Ya perbedaan 12 jam, di sini baru mulai tidur di sana bangun tidur.

Selesai mandi aku kembali ke ruang kantorku, hendak mencek apakah hasil lukisanku hari ini sudah memenuhi permintaan dari klien.

Tak berasa sudah jam 11 malam, mataku sudah mengantuk.

Aku kembali ke kamarku untuk istirahat. Tiba - tiba aku teringat ponselku.

Aku harus kasih pedam suaranya. Biasanya si bos akan balas dendam jadi harus silent.

He he he tawaku dalam hati.

***

Ketika aku terbangun dengan sendirinya hari sudah mulai siang.

'Ahh, sungguh lelap tidurku sampai lupa sudah jam sembilan' pikirku sambil melihat jam di poselku.

Kemudian aku memeriksa siapa saja yang menelpon aku pagi ini.

Benar saja, untung aku silent.

Ha ha ha sudah ku duga  george tidak akan menerima begitu saja perbuatanku. Ha, ha,

Ku cek lagi siapa yang sudah menelpon,

'Bela?' Ada apa dia menghubungiku pagi - pagi.