Beberapa pria berkumpul di meja bundar besar di hadapan masing-masing duduk melingkar, berpakaian hitam-putih layaknya Mafia. Memang mafia, 8 pria itu adalah mafia terbesar di kota ini namun saat ini mereka sedang menjalankan sebuah misi jadi mereka tinggal di tempat yang tak di ketahui oleh siapapun. Layaknya seperti seorang pebisnis yang sedang meeting, membicarakan rencana ini itu agar mendapatkan hasil yang sukses.
Sama hal nya dengan mereka yang menyusun rencana untuk musuh mereka, sudah tidak heran mafia memang wajib punya musuh ntah itu lawannya sama-sama mafia atau orang biasa.
"Hey, di posisi seperti ini serasa bukan mafia melainkan perampokan" decih salah satu pria berambut pirang.
"Bukan perampokan, yang sudah jadi milik kita kenapa tidak? Aku bahkan bersemangat dalam misi ini, selain mendapatkan nya namun nyawa nya ada di genggaman ku" ujar salah satunya sambil menunjukan kepalan tangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rianti Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"A–apa yang kau lakukan?! Menyingkir!" Kedua tangan Liana mendorong dada Marvin, tapi itu tak berhasil ingat bahwa kekuatan Marvin tak sebanding tubuh nya bahkan pria mana pun, apalagi tenaga.
"Kau harus tanggung jawab gadis kecil"
"A–apa?! Aku tak menghamili mu! Lepasin!"
"Ck, yang akan hamil itu kau bukan aku. Tapi sayang, aku tak menginginkan belahan diri dari mu" Marvin langsung melahap b1bir Liana dengan sensual. Gadis itu tak merasakan kenikmatan malah merasa sakit di b1birnya dan kesulitan bernapas, pria ini sangat lihai dalam melakukannya.
Gadis itu hanya bisa memberontak dengan tenaga seadanya yang ia punya, walau 90% tak mungkin. Mana bisa gadis ini mengimbangi permainan, lebih tepatnya kewalahan. Marvin jahat! Jika ingin mencari lawan, carilah sepadan nya ya kali gadis berumur 23 tahun ia ajak main dewasa? Sebenarnya sudah dewasa, cuma jangan Liana juga kali.
Tapi... Marvin juga pernah bermain pada gadis SMA.
Bahkan malah menyerahkan keperawanannya.
"Mmmhh... Lep~asin.... Hwaaaaa!!" secara terang-terangan Liana menangis keras membuat Marvin terhenti dan menahan suara tangisan keras masuk ke telinga nya yang tajam.
"Bisa kau hentikan suara tangisan mu?!" Suara tinggi Marvin, namun Liana tetap menangis seperti bocah.. Marvin terpaksa menjauh dari atas tubuh Liana dan menutup telinganya.
"Aaagghkkk! Hentikan bocah! Jika kau tak berhenti, aku potong pita suara mu!" Ancam Marvin dengan suara lantang, Liana pun langsung terdiam sesegukan melirik Marvin. Pria itu tampak kesal, padahal yang salah adalah Liana karena sudah membangunkan hasrat nya tapi tak mau tanggung jawab malah menangis keras.
Marvin pun berdiri bukannya pergi malah ia mengambil 2 dasi yang tergantung kemudian kembali lagi ke kasur menatap kesal ke arah Liana.
"Kau pikir ini akan selesai?! Hukuman mu baru saja di mulai!" Marvin membungkam mulut Liana dengan dasinya, gadis itu membulatkan mata memberontak untuk melepaskan dasi di mulutnya.
"Tidak masalah jika aku tak bisa bermain b1bir mu, tapi tubuh mu bisa menjamin" senyum Marvin.
"Mmmm!" Liana menggelengkan kepalanya kuat, Marvin menarik tangan Liana agar gadis ini berposisikan terduduk.
Kedua tangan Liana di cengkram kemudian di ikat menggunakan dasi agar tak bisa memberontak, berkali-kali Liana berusaha menarik tangannya tapi malah ia yang tertarik akibat tarikan kuat dari Marvin. Keduanya saling bertatapan, Marvin menatap tajam sedangkan Liana menatap sendu untuk memberi kode ‘𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯’ seakan Marvin tak peduli.
Marvin menaruh kedua tangan Liana yang di ikat ke lehernya, layaknya Liana sedang mengalungkan tangannya.
Leher mulus milik Liana sudah di penuhi bercak merah milik Marvin, menurut Marvin ini adalah lukisan yang indah setiap melihat lukisannya ia merasa sangat senang dan puas. Tangan Marvin mulai masuk ke dalam baju milik Liana mengusapnya dari perut hingga punggung.
𝘊𝘬𝘭𝘦𝘬
Pintu kamar terbuka nampaklah seorang pria menatap datar ke arah 2 pasang di atas kasur, sudah tidak heran baginya melihat adiknya melakukan hal seperti itu.
"Marvin, siapkan diri mu. Kita pergi ke rumah ayah" datar Arvin, Marvin menghentikan aktivitas nya lalu menolehkan kepalanya.
"Untuk apa?" Ketus Marvin, Arvin hanya menatap saja tanpa menjawab.
"Apa pria tua itu ingin membahas pernikahan? Tidak! Aku tidak mau menikah jika bukan keinginan ku!" Bantah Marvin.
"Kau pikir aku mau? Jika bukan karena ancamannya, aku tidak akan menemuinya!"
"Memang apa ancamannya?"
"Semua aset yang kita miliki hingga jabatan sebagai mafia, dia cabut" mendengar ancaman itu membuat Marvin semakin kesal dan ingin sekali meluapkan emosi nya pada gadis ini, tapi ia tau mana bisa gadis polos bisa memuaskan nya? Pagi ini adalah pagi yang sial untuk diri nya.
"Bersiap lah! Beberapa menit lagi kita berangkat"
"Lalu gadis ini?" Tanya Marvin dengan kesal, Arvin menatap gadis yang seperti meminta tolong pada nya untuk membebaskan diri nya. Ntah Arvin pura-pura tidak tau atau memang tidak mengerti arti kode ia malah biasa aja.
"Tinggal saja di sini!" Kemudian Arvin pun pergi, Liana pun merasa kecewa karena kode yang ia berikan hanya lah seperti angin yang lewat tanpa terlihat.
Marvin mengeluarkan kepalanya dari kalungan tangan Liana, ia melepaskan dasi yang masih terikat di pergelangan tangan. Gadis itu hanya diam termenung tak peduli ia lepas atau tidak, seperti pasrah-pasrah aja
"Aku anggap ini adalah hari keberuntungan mu dan sial bagi ku. Aku akan meninggalkan mu disini, jika sampai kau mencoba kabur dari sini... Lihat lah, hukuman ini tak seberapa untuk mu. Bisa jadi aku akan menyiksa mu" ancam Marvin sembari melepas ikatan dasi di mulut Liana.
"Aku akan menyuruh asisten ku untuk menjaga mu agar tidak kabur, inget! Sampai aku dengar kabar dari asisten ku bahwa kau mencoba kabur,... Aku akan membunuh mu langsung detik itu juga!" Ancam Marvin, gadis itu tak menatapnya malah tetap diam menunduk menatap selimut tebal lembut.
Marvin pun bangkit dari kasurnya dan keluar dari kamar.
semangt bikin ny thorr sehat selalu