NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:558
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

Usai shalat subuh, harsa kembali ke kamar. seperti biasa dia mulai membantu menyetrika baju suaminya. kali ini dia tidak ke kamar asrama, karena neng elsa sudah mengembalikan setrika ndalem.

"mana mas baju mu kemarin?, nanti biar aku cuci."

harsa mulai membiasakan diri memanggil mas untuk axel, setelah mendapatkan tekanan yang cukup dramatis.

"di gantungan."

jawaban singkat dan padat. Harsa sudah menyelesaikan tugas pertamanya.

"apa ada yang lain lagi?."

tanya harsa sebelum mencabut kabel dari stop kontak.

"tidak."

Axel sedang duduk di ranjang sambil bersandar, tangan dan matanya sibuk dengan laptop diatas pahanya itu.

Harsa yang tahu suaminya sibuk itu memberikan ruang untuk sendiri. dia bergegas keluar untuk membantu umma halimah di dapur.

namun dapur pribadi itu hanya dihuni sepasang suami istri yang sepertinya membuat sarapan pagi.

"ada dek harsa mas."

Ucap neng elsa pelan.

harsa hanya tersenyum canggung pada neng elsa, dia menghindar dari gus abid, mengingat kejadian semalam yang membuatnya harus menanggung malu.

"kemana umma mbak?."

tanya harsa untuk menghilangkan kecanggungan.

"umma dan abah keluar."

harsa mengangguk mengerti.

"airnya sudah panas dek."

gus abid mengingatkan istrinya pada air yang sudah mendidih.

neng elsa segera menuangkan air pada cangkir yang sudah terisi kopi.

"apa suamimu juga sekalian dibuatkan?."

tanya neng elsa pada harsa.

"tidak perlu. itu kewajiban harsa. sayang buatkan aku kopi."

Tiba-tiba axel sudah berada dibelakang istrinya, bagaikan Jaelangkung yang datang tak diundang.

neng elsa jadi tidak enak. dia segera memberikan tempat untuk harsa.

sedangkan harsa bersikap santai.

apa dia sedang mengajak berdrama sebagai pasangan pengantin romantis di pagi hari.

batin harsa, mengingat tingkah suaminya yang merangkul pundak nya dengan mesra.

harsa jadi penasaran tujuan suaminya itu, dia menepis pelan tanggan axel yang nangkring di bahunya.

"baiklah sayang."

balas harsa, dia sebenarnya ingin muntah dengan ucapannya sendiri.

Harsa melangkah kedepan kompor, mengambil panci yang digunakan neng elsa tadi.

setelah memanaskan air, dia meracik kopi dalam gelas, Tiba-tiba bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

ah rasakan pembalasan ku...

hihihi..

dalam pikirannya harsa terkikik. entah mengapa dia jadi tersenyum jahat.

tak membutuhkan waktu lama, air mendidih.

neng elsa yang baru saja mengambil bahan masakan dari kulkas melirik harsa.

"bukannya itu kurang gula ya dek."

komen neng elsa.

"ah, enggak mbak. kurasa suamiku suka kopi pahit."

neng elsa tak berkomentar lagi, dia lebih memilih melanjutkan aktivitasnya.

sedangkan harsa segera mengambil nampan dan mengantarkan pesanan kopi untuk suami tersayangnya.

Harsa menuju ruang keluarga, diaman suaminya duduk di singel sofa sambil membaca berkas di tangannya. sedangkan gus abid membaca kitab di sofa bed. sungguh pemandangan yang sama, namun beda tema saja, satu pengajar dan satu pebisnis.

"Hemm, kopinya mas."

Axel menoleh sekilas istrinya, sedangkan gus abid melirik sekilas.

Harsa meletakkan cangkir dengan pelan.

Harsa masih berdiri sambil menunggu, axel menyicipi kopi buatan-nya.

"kenapa masih berdiri disitu yang."

Panggilan itu, lagi-lagi ingin membuat harsa muntah, dia melirik suami sekilas dengan tajam.

"kopinya."

Axel begitu peka, dia mencicipi kopi buatan harsa.

"ya sesuai selera saya, kamu bisa lanjutkan masak."

harsa melebarkan matanya, menatap kopi hitam pekat, kini tatapannya menelisik pada axel. kini wajahnya cemberut.

dia pura-pura bukan? kopi itu kan pahit.

batin harsa.

"ada apa lagi?."

tanya axel yang melihat harsa masih berdiri.

"tidak."

akhirnya harsa memilih pergi dengan rasa kecewa karena gagal mengerjai Axel.

diam-diam gus abid mengamati interaksi pengantin baru tiga hari itu. Dia jengkel dengan interaksi mereka berdua yang terlihat begitu dekat. sedangkan dirinya dan harsa semakin asing.

Harsa melirik neng elsa yang sedang masak nasi goreng seafood yang tidak begitu banyak.

kini harsa yang termenung, memikirkan masakan yang akan dibuat. tentu menu masakan simpel dan tidak memakan waktu lama.

Ah telur ceplok aja.

harsa mengambil teflon dan empat telur dalam kulkas.

neng elsa hanya melirik harsa. mengingat penolakan axel tadi, membuat neng elsa enggan untuk menawari masakannya, meski dia tahun harsa tidak jago masak. maka dari itu dia akan mengurusi urusan perut suami masing-masing, agar harsa juga belajar memasak.

mereka sibuk masak masing-masing, untung tungku kompor ada dua, jadi mereka tidak perlu berebutan.

namun saat harsa menekan pemantik.

bug...

api menyala langsung besar.

"Aaaaaa.,.."

harsa dan neng elsa spontan menjerit.

"apar, mana apar..." teriak harsa.

gus abid segera berlari kearah dapur, begitupun dengan axel yang menyusul.

Dia melirik ke segala arah untuk mencari sesuatu yang dapat memadamkan api yang telah membakar wajah milik istrinya.

"mas abi, apinya besar..."

teriak harsa ketika melihat gus abid datang.

tentu gus abid panik.

"sebentar, kalian tenang dulu."

gus abid berlari kearah kamar mandi. tak lama axel datang, dengan sebuah apar kecil yang entah dapat dari mana.

tak membutuhkan waktu lama, akhirnya api padam. Axel melirik wajah istrinya yang merah padam karena takut.

"sudah, tenanglah harsa."

Harsa menatap suaminya.

"aku pikir aku akan membakar rumah."

Axel memeluk istrinya yang masih trauma itu. tentu penyebab kebakaran karena minyak goreng yang menetes pada bagian bawah teflon istrinya.

Gus abid keluar kamar mandi dengan handuk basah. namun dia datang terlambat, semua sudah beres, dan hanya meninggal kekacauan kecil pada dapur.

"maaf, aku tidak bisa masak."

ucap harsa pelan, dia malu pada dirinya sendiri.

Axel merangkul harsa, mengusap pelan jilbab istrinya yang berantakan yang terkena sedikit noda dari asap.

"that's okey. jangan khawatirkan itu. aku yang akan masak."

Harsa membulatkan mata, dia terdiam dengan kata-kata axel.

"kamu bisa duduk di meja makan."

Axel mendorong pelan istrinya.

ucapan dan tindakan axel, bukan hanya membuat harsa speechless, namun juga neng elsa. istri gus abid yang tinggal sedikit lagi menyelesaikan masaknya itu di buat kaku.

Axel, seorang pebisnis muda itu terjun ke dapur untuk memasak. seolah mematahkan segala hal tentang pria itu.

Harsa dan gus abid duduk ditempat masing-masing. harsa menatap suaminya yang menggulung kemejanya sampai batas lutut, entah mengapa pemandangan itu begitu sejuk dimata.

Neng elsa jadi grogi dan gak nyaman, dia segera menyelesaikan masakannya.

tak membutuhkan waktu lama juga, axel juga sudah selesai dengan masalahnya.

Harsa yang tidak enak hati, segera bangkit dari duduknya. menyiapkan dua piring untuk dia dan suaminya.

"wah, tenyata om hebat masak juga ya. eh maksudku mas axel."

harsa segera meralat panggilannya, dia memasang senyum manis yang jarang terlihat, hingga kedua lesung pipinya nampak.

Axel terdiam sebentar, jika tidak teringat pekerjaan, dia akan diam oleh pesona istrinya itu.

"hemm."

dia berdehem, menetralkan perasaanya.

"duduk lah."

"siapp."

setelah sedih, kini harsa bersemangat. perutnya sudah merasa lapar dan butuh asupan.

Harsa menatap ayam filet yang di panggang sederhana namun cukup menggoda.

apakah rasanya sama dengan penampilannya?

ekspresi wajah harsa berubah menjadi ekspresi yang tidak begitu yakin pada hidangan didepannya, dan itu diketahui oleh axel.

Axel menyodorkan piringnya yang daging ayamnya sudah dipotong-potong kecil.

"makan, dan hilangkan ekspresi wajahmu itu."

harsa mencebik, dia tak berkomentar, dan langsung menyuap makanan-nya. dalam hati dia bertanya.

tumben sekali bapak-bapak satu ini perhatian....

namun tak lama, bola matanya membulat.

axel hanya tersenyum kecil.

harsa menggembungkan pipinya, menahan senyum karena mulutnya masih mengunyah.

ekspresi wajah harsa yang enjoy, dan menikmati makanannya itu, menunjukan bahwa masakan axel memang tidak seburuk prasangka-nya.

dalam diam gus abid mengamati kebahagiaan harsa, dia jadi tidak berselera menelan makanan.

kenapa dia yang tersiksa melihat suami istri itu akur, dan sikap axel yang begitu dewasa membuat dia cemburu berat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!