NovelToon NovelToon
Mari Kita Menikah! Tapi...

Mari Kita Menikah! Tapi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Bercocok tanam
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: CatVelvet

"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.

Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.

Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.

Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.

Yuk simak keseruan ^⁠_⁠^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Molly

Tubuh Jasmine berada tepat diatas tubuh Gyan. Ada debaran yang mulai terasa berdetak cepat saat menatap wajah pria itu dari dekat. Wajahnya mulai memanas.

Kenapa wajahnya sangat tampan?

Alis yang tegas, hidung mancung serta matanya yang tajam. Kenapa baru menyadari bahwa suaminya memang setampan ini? wajah Jasmine bersemu memerah. Sikapnya langsung salting dan menyingkir dari tubuh pria itu.

"Ma, makannya kalau suruh lepas kaos dalam itu nurut! Bagaimana aku bisa memijat dan mengoleskan minyaknya."

Jasmine memalingkan wajah saat mengatakan hal itu. Gyan menyunggingkan senyumnya dan melepas pakaiannya dihadapan Jasmine.

"Sudah ku lepas. Jadi... Kapan kau bisa memulainya?"

Jasmine masih tak berani menatap pria yang tengah bertelanjang dada itu. Ia langsung berdiri membelakangi Gyan.

"Ka, kalau gitu berbaringlah di kasur," perintahnya.

Gyan berdiri dan menatap gadis yang membelakanginya.

"Kenapa tak berani menatap tubuhku? Kau gugup ya?" tanyanya terang-terangan.

Jasmine langsung menoleh dengan cepat dan membantah meskipun sebenarnya, ya.

"Enak saja! Ayo cepat ke kasur. Ini sudah malam. Mari kita selesaikan dengan cepat." ujar Jasmine sambil mendorong tubuh pria dihadapannya dan menggiringnya ke kasur. Alhasil Gyan yang terdesak pun menurutinya sambil tersenyum.

Sejak tadi jantung Jasmine terus berdetak dengan cepat. Ditambah saat menatap punggung pria itu yang tengah tengkurap. Bisa dirasakan otot-ototnya yang keras dengan bentuk tubuh yang ideal.

Tubuhnya bagus, apa dia sering olahraga?

Astaga... Kenapa aku jadi memikirkan tubuhnya?

Jasmine menggelengkan kepalanya dengan cepat menghapus pikirannya sebelum berpikir lebih jauh.

"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Jasmine tiba-tiba.

"Apa?"

"Asisten rumah tangga yang bernama Molly, apa dia sudah lama kerja disini?"

"Oh, dia baru bekerja 2 bulan. Kenapa?"

"Nggak, cuma tanya?"

"Dia keponakan mbok Narsih, art lama. Dia membutuhkan pekerjaan dan kebetulan waktu itu memang ada lowongan."

Jasmine mengangguk pelan. "Oh... Lalu dimana mbok Narsih sekarang?"

"Dia kecelakaan sebelum kita menikah, dia jatuh dari tangga, rencananya dia akan berhenti bekerja dan digantikan oleh cucunya."

"Benarkah? Sayang sekali."

"Ya, mau bagaimana lagi. Minggu depan cucunya baru bisa kemari."

"Baiklah."

Suasana hening sejenak. Gyan mengganti topik pembicaraan.

"Bagaimana hubunganmu dengan ibuku? Apa terjadi sesuatu."

Jasmine menjawabnya dengan ragu. "Sejujurnya, memang sulit untuk menghadapinya," ucap Jasmine dengan lesu.

Gyan mengernyitkan dahinya. Menoleh melihat wajah yang cemberut itu.

"Apa dia melakukan sesuatu padamu?" ada rasa khawatir yang cukup kentara ditampilkan dari raut wajah Gyan yang nyaris tak bisa disembunyikan.

Ia langsung bangkit dan duduk melipat kedua kakinya menghadap Jasmine. Hal itu membuat Jasmine merasa pria ini bisa diandalkan sebagai teman baik. Bukan lagi musuh bebuyutannya.

"Ya... hanya sedikit galak saja. Tapi untuk kedepannya aku akan berusaha agar hubungan kami menjadi baik," ucap Jasmine tersenyum yakin.

Tetap saja hal itu membuat Gyan merasa cemas.

"Baiklah."

Malam berlalu dengan cepat. Keesokan paginya. Jasmine bangun pagi-pagi sekali. Jujur saja, ia merasa tak cocok dengan masakan Molly. Ia mengajak Molly untuk berbelanja di pasar.

Pembantu itu nampak sesekali menampakkan ekspresi malas dan tak senang mengikuti Jasmine ke pasar. Namun Jasmine masih tetap terdiam dan pura-pura tak tau. Mereka akhirnya pulang menggunakan mobil serta supir pribadi.

Sesampainya di rumah. Jasmine meminta agar Molly melakukan pekerjaan yang lain. Urusan memasak, agar dirinya saja yang melakukan.

"Mol, kamu kerjakan yang lain saja ya, biar aku yang memasak untuk semua orang dirumah," ucap Jasmine seraya memasak celemek bersiap memasak.

Mengingat hari ini adalah hari Minggu. Semua orang sedang berada dirumah. Dan bangun agak siang.

Molly lagi-lagi memasang ekspresi malas dan kesalnya.

"Tapi Bu, biasanya saya yang masak buat Mas Gyan. Yang lain juga kalo sedang main kesini juga saya yang masak. Jadi, lebih baik saya aja yang menyiapkan makanannya."

Jasmine menatapnya sedikit sinis dan menyunggingkan senyumnya. "Ya terus apa masalahnya kalau saya yang masak?"

Molly dengan berani menjawab. "Ya bukan apa-apa Bu, takutnya nggak enak aja. Soalnya Mas Gyan itu nggak sembarangan makan. Dan udah cocok sama masakan saya. Kalau Mas Gyan nggak cocok sama masakan ibu kan, takutnya nanti dia marah-marah. Nggak enak kan kalo pagi udah marah-marah? Jadi lebih baik saya aja yang masak."

Jasmine menatapnya dengan tajam. Kenapa rasanya kesal sekali menatap wajah Molly? Dari cara bicaranya seolah dia merasa sedang mengatur dirinya dan merasa tau banyak hal soal Gyan. Dan itu yang membuat dirinya semakin kesal.

"Gini aja, kamu masak setengahnya dan aku juga masak setengahnya. Kamu mau masak apa? biar aku bisa menyeimbangkan sisanya."

Molly menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan melemparkan senyum masam.

"Haduh gimana ya bu, udah saya aja yang masak semuanya. Tapi kalo Ibu Vivian yang nyuruh Bu Jasmine yang masak baru saya serahkan ke ibu soal masak memasak. Bu Jasmine kan juga tau kalo Bu Vivian agak sensi sama ibu. terus kalau beliau nggak cocok sama masakan Bu Jasmine gimana? Saya juga yang kena marah."

Uuugh! Kesal! Batin Jasmine.

Jasmine menghela napas panjang menahan kesal. Seandainya mertuanya tak ada disini mungkin ia akan langsung meledak pada pembantu dihadapannya. Akan tetapi kali ini ia akan mengalah demi menghindari keributan dipagi hari agar mertuanya tidak terganggu.

"Baiklah, kalau begitu aku mau masak untuk sarapanku sendiri," Jasmine mengambil beberapa bahan makanan dari belanjaannya barusan. Dia berencana membuat nasi goreng dengan slice beef.

Aku akan masak nasi goreng super pedas!!

Molly mengangguk sambil tersenyum diam-diam mengulum bibirnya menahan tawa. Seolah dia telah berhasil mengatur nyonya baru dirumah itu.

Jasmine memasak dengan perasaan kesal. Dan harum dari nasi goreng itu telah menyebar keseluruhan ruangan. Jasmine mencicipi masakannya.

"Hem! Enak!" rasa yang sedap dan gurih itu berhasil membuat mood-nya kembali ceria.

Tak lupa membuat jamu tradisional yang terdiri dari sereh, jahe, kunyit, lemon dan juga madu.

Jasmine menikmati hasil masakannya di meja makan kecil yang ada di dapur. Meja makan yang biasa digunakan oleh pembantu.

Tak berselang lama Molly datang ke dapur untuk memasak. Ia mencium aroma yang nikmat. Perutnya mulai keroncongan saat melintas dan melirik masakan Jasmine.

Jujur saja, nasi goreng itu terlihat sangat menggiurkan. Namun Molly memilih bersikap cuek. Dan melakukan aktivitas mempersiapkan bahan masakannya.

"Molly, sini sarapan bersamaku," ucap Jasmine masih baik hati menawarkan.

Molly tak menoleh sama sekali. Ia masih sibuk mengupas bawang merah dan bawang putih.

"Ah tidak perlu, saya akan sarapan nanti."

"Memangnya art tidak boleh sarapan duluan sebelum memasak? maksudku mungkin memakan beberapa cemilan untuk mengganjal perut selagi memasak."

"Disini itu punya aturan. Nggak bisa melakukan sesuatu sembarangan. Kalau saya biasanya nggak akan makan sebelum Mas Gyan makan terlebih dahulu. Jadi, saya akan memikirkan orang lain terlebih dahulu sebelum saya. Dengan begitu saya tidak akan menjadi orang yang egois," tukasnya sedikit menyindir.

Jasmine menggenggam erat sendok dan garpunya. Kata-kata yang barusan terdengar menyebalkan baginya.

Ingin sekali, aku merobek mulutnya yang menyebalkan itu! Batin Jasmine.

Jasmine tertawa ringan. "Baiklah, baiklah. Haha... aku memang egois mendahulukan perutku yang lapar. Tetapi mereka semua masih tidur. Aku rasa hal itu tidak akan jadi masalah besar."

Molly tersenyum sinis. "Saya hanya berusaha yang terbaik untuk Mas Gyan dan keluarga ini, itu saja."

"Haha..." Jasmine tertawa garing sambil melanjutkan sarapannya.

Aku rasa dia menyukai majikannya sendiri. Batin Jasmine mengingat gadis itu selalu menyebutkan nama Gyan.

...----------------...

1
Roxanne MA
yuk bantu ramein karya ku jugaa💖
Roxanne MA
akhirnya up jugaa
ARM
oke kak siyap 👍🏻
ARM
Terima kasih banyak kak🙏🏻 btw aku masih pemula, banyak kesalahan yg perlu ku koreksi 🙏🏻☺️
Roxanne MA
lanjut thor
Roxanne MA
baru awalan bab sudah sebagus inii
riniasyifa
Semangat terus berkarya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!