Dia adalah seorang pria yang sangat tampan dan kaya raya, hidupnya merasa lebih sempurna setelah kehadiran seorang istri yang sangat cantik.
Tapi dengan teganya sang istri berselingkuh dengan kakak tirinya, kemudian mereka membunuh Bryan secara sadis demi mendapatkan seluruh kekayaan yang Bryan miliki.
Bryan diberikan kesempatan untuk hidup kembali oleh sistem, tapi dia harus menyelesaikan misi dari sistem, yaitu dia harus bisa membuat banyak wanita takluk kepadanya, dengan syarat dia harus menyembunyikan identitas aslinya dan menyamar menjadi seorang ojek online.
Apakah Bryan sanggup menaklukkan hati para wanita target sistem dalam waktu satu bulan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Bryan memacu motor maticnya dengan kecepatan normal, melewati hamparan perkebunan yang begitu luas di daerah sana, pemandangan disana memang sangat indah, tapi walaupun begitu menurut Bryan ada yang lebih indah dari pemandangan tersebut. Yaitu seorang wanita yang sedang dia bonceng, Lilis tak seperti para wanita lainnya, dia seakan tidak tertarik padanya, tak ingin tebar pesona padanya. Apakah mungkin dia kurang menarik di mata Lilis?
Dalam perjalanan menuju pasar, tak ada pembicaraan apapun diantara Bryan dan Lilis, walaupun sebenarnya Lilis merasa heran mengapa kang ojek online tampan itu ikut campur ke dalam urusannya.
Lilis sangat tahu dengan sosok Bryan karena kedatangannya ke kampung M membuat banyak gadis disana yang mulai tebar pesona, Lilis akui Bryan memang tampan dan menarik, tapi dia tak memiliki keberanian seperti gadis yang lainnya. Lagian saat ini yang ada di dalam pikirannya, dia ingin segera bisa melunasi hutang ayahnya kepada Deden. Karena itu dia paginya harus berkebun, lalu siang sampai malam berjualan sayuran. Lilis tidak ada waktu untuk memikirkan dirinya sendiri, termasuk tentang apa yang dia impikan ataupun dia inginkan. Yang penting dia bisa mencari uang untuk biaya makan dia dan keluarganya, dan membiayai sekolah adiknya.
Lilis setiap kali pergi ke pasar, dia selalu pergi kesana dengan menumpangi sebuah ojek online ataupun ojek pengkolan, karena dia tidak memiliki kendaraan sama sekali.
Bryan telah sampai mengantarkan Lilis ke tempat tujuan, di dekat gerbang sebuah pasar, karena Lilis akan berjualan disana. Lilis pun turun dari motor, dia helm penumpang milik Bryan. "Ini helmnya, kang."
"Oh, iya." Bryan menerima helm tersebut, dia simpan di jok belakang setelah dia kaitkan di tempat khusus menyimpan helm.
"Tiga puluh ribu ya?" Lilis memberikan sejumlah uang senilai 30 ribu kepada Bryan dalam pecahan uang sepuluh ribuan tiga lembar.
Bryan langsung menolaknya, "Oh gak usah, Mbak. Simpan aja buat Mbak."
Lilis tak mengerti mengapa Bryan menolak uang ongkos darinya, bukankah profesinya sebagai ojek online, pasti sangat membutuhkan uang.
"Lho kenapa? Ya udah aku tambahin lima ribu lagi ya?" Lilis pikir mungkin Bryan tidak mau menerima uang ongkos darinya karena Bryan menginginkan uang tambahan.
"Tidak usah Mbak, kebetulan sekarang ini sedang ada promo gratis Mbak." jawab Bryan. Dia terpaksa berbohong kepada Lilis.
[Seharusnya Tuan bilang karena Tuan ada ketertarikan dengan target ketiga, dalam rangka meluluhkan target lebih cepat lebih baik.]
Bryan tak menghiraukan saran dari sistem, mungkin kalau soal bicara gampang, tapi cara memperaktekannya yang susah. Dalam memberikan kata gombalan ataupun pujian bagi Bryan harus di waktu dan suasana yang tetap, bukan di depan pasar seperti ini. Terlebih dia merasakan sangat canggung kepada Lilis, sang kembang desa itu.
"Oh promosi gratis, kok aku baru tau ya?" Lilis nampak mengerutkan keningnya.
Bryan belum sempat menjawab pertanyaan dari Lilis karena mendengar suara kegaduhan di dalam pasar tersebut.
Bryan dan Lilis segera pergi kesana, mereka melihat anak buahnya Deden sedang mengobrak-abrik pasar, mereka menghancurkan semua dagangan para pedagang dengan sangat brutal.
Nampak para pedagang disana menjerit histeris, menangisi dagangannya yang telah dihancurkan oleh anak buahnya Deden tersebut.
"Tolong jangan hancurkan dagangan kami, kami mencari sesuap nasi dari hasil berjualan, kalau dagangan kami dihancurkan seperti ini, bagaimana kami memberikan makan untuk anak dan istri di rumah?" protes seorang pedagang tempe, ketika anak buahnya Deden menginjak-injak semua tempe dagangannya di depannya, sampai tempe itu hancur.
"Alah, banyak omong!" bentak salah satu anak buahnya Deden.
Kemudian ada seorang ibu-ibu terlihat marah pada mereka, "Gara-gara daganganku dihancurkan oleh kalian, aku tidak akan bisa berjualan lagi. Padahal aku butuh sekali uang untuk biaya operasi suamiku. Puas kalian membuat kekacauan seperti ini?" kemudian wanita tersebut menitikkan air matanya.
"Alah banyak bacot!" anak buahnya Deden yang berambut gondrong itu pun menimpali ucapan seorang ibu berusia 45 tahun itu. Dia menghampiriku ibu-ibu tersebut untuk menampar wajahnya karena telah berani berbicara keras di depannya.
Tapi tiba-tiba saja ada seseorang yang menahan tangannya, Bryan belum sempat memakai helm, karena dia refleks untuk menahan tangan orang yang hampir saja mau menggampar seorang ibu penjual daging ayam.
Membuat semua orang yang ada disana menatap takjub pada Bryan, termasuk Lilis. Mereka sangat takjub dengan keberadaan kang ojek online tampan tersebut.
"Wah siapa dia?" tanya seorang pedagang wanita yang usianya sekitar 32 tahunan. Dia menatap penuhi rasa kagum pada keberanian Bryan, padahal di desa tersebut tidak ada yang berani melawan Deden dan anak buahnya.
"Bukannya itu kang Juan? Seorang ojek online yang berasal dari kota." seru seorang wanita yang usianya sekitar 35 tahun, dia tersenyum mesem menatap Bryan, kang ojek online tersebut memang sangat mempesona.
Tidak heran, jika Bryan digandrungi oleh banyak wanita, karena pesona kang ojek online itu sangat luar biasa. Wajahnya yang tampan blesteran Indonesia-Eropa, hidung mancung, berkulit kuning, badan tinggi, dan bentuk tubuh yang sixpack, siap yang tak tergoda padanya.
Lilis menatap penuh rasa kagum kepada Bryan, atas keberaniannya dalam menolong seorang pedagang disana, walaupun sebenarnya dia mengkhawatirkannya juga, karena Deden dan antek-anteknya tidak akan melepaskan begitu saja kepada orang-orang yang berani melawannya.