Jika mencintaimu adalah sebuah 'KESALAHAN' maka aku rela melakukan kesalahan itu terus menerus. Dan jika mencintaimu membuat aku di benci seluruh 'DUNIA' maka aku siap menghadapi dunia dengan segala isinya yang akan membenciku.
Novel ini menceritakan kisah seorang gadis yang sangat mencintai seorang pria bandar narkoba dan juga BURONAN kelas kakap yang sudah sungguh meresahkan pihak berkuasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku mencemaskanmu
Arkan mengusap kasar wajahnya saat ia kehilangan jejak Ayya yang entah pergi kemana.
Arkan juga sudah berulang kali menghubungi nomor ponsel adiknya, tapi tetap saja nomor ponsel gadis itu tidak aktif.
Bagiamana mau aktif coba. Kan ponsel Ayya ada bersama Delmond. Sedangkan laki-laki itu tidak pernah mengaktifkan ponsel Ayya semenjak kejadian semalam.
"Ya Allah, dimana kau, dek. Apa yang akan kakak jawab pada Papa dan Mama jika sampai malam kau belum juga pulang," gumam Arkan frustasi.
Tiba-tiba ia teringat dengan Frey. Laki-laki itu menghubungi Frey dan menyuruhnya datang ke lokasi tempat ia berada.
Beberapa menit saja, Frey sudah tiba dengan wajah cemas karena tadi Arkan menceritakan padanya tentang yang terjadi.
"Ayya mana, kak? Bagaimana kakak bisa kehilangan jejaknya. Kakak juga tahukan jika adik belum terlalu bisa mengemudi," ucap Frey khawatir berat.
"Kakak juga bingung mahu cari di mana lagi, soalnya kakak sudah mencari kemana-mana. Tapi tetap saja kakak tidak bisa menemukan Ayya," jawab Arkan bertambah cemas.
"Apa Papa dan Mama tahu tentang masalah ini?"
"Tidak, Mama sama Papa tidak menyadari kepergian Ayya tadi"
"Kalo begitu, mari kita lanjutkan pencarian, kak,"
"Ayo." Arkan dan Frey kembali mencari keberadaan adik mereka.
,,,
Tanpa sadar, terang sudah berganti dengan gelap. Ternyata malam sudah tiba dan sudah menunjukkan pukul 7:30 malam.
Ayya masih terus mencari keberadaan Delmond. Tapi tetap saja nihil. Dia sama sekali tidak bisa menemukan keberadaan laki-laki itu.
Kamu di mana... Aku sangat mencemaskan kamu. Ku mohon, jika saja kau melihatku. Tolong datanglah padaku, agar hatiku bisa tenang dan tidak gelisah seperti saat ini. Batin Ayya.
Setelah lelah mencari kemana-mana. Akhirnya gadis itu memarkir mobilnya di pinggir jalan, tepatnya di pinggir tebing yang bisa melihat pemandangan kota jauh di atas sana.
Gadis itu juga tak sadar jika dia bisa mengemudi sampai sejauh posisinya saat ini.
Ayya keluar dari mobil dan menghampiri pinggir tebing, kemudian menduduk diri di rerumputan yang berada di pinggir jalan dengan di terangi cahaya lampu jalan yang terdiri hanya dari satu tiang di dekatnya.
Tak ada rasa takut dalam hatinya, meski saat ini dia hanya sendiri berada di sana. Dan hanya ada bintang-bintang yang menemani hati redup resah gadis itu. Di
Perlahan bola mata yang tadinya mengering, mulai kembali membendung.
Tak ingin air matanya jatuh, ia melihat ke atas langit agar bisa membendung bulir yang terasa semakin berat.
"Kenapa ini rasanya sakit sekali? Kenapa aku harus mencintainya? Dan kenapa harus ada cinta, jika akhirnya akan ada perpisahan yang membuat hati ini sakit dan terluka?" Ucap Ayya bersamaan air mata yang ia tahan tetap menetes dari kedua ekor mata dengan pandangan masih tertuju pada bintang-bintang di langit.
Tak bisa menahan tangisnya lagi, gadis itu menunduk dan memeluk kedua lututnya sambil menumpahkan kesedihannya.
"Aku benci dengan perasaan ini... Perasaan ini sangat menyiksaku... Aku benci karena menyimpan rasa yang tidak terbalaskan. Dan sekarang kau pergi entah kemana. Aku tidak tahu di mana lagi aku akan menemukan mu. Kenapa kau tega padaku? Apa kah kau tidak tahu betapa aku mencemaskan kamu? Betapa aku peduli padamu? Betapa aku takut kehilanganmu... Apa lagi sampai tidak bisa melihatmu lagi..." Ayya menumpahkan kesedihannya yang begitu mendalam. Cinta sudah membuat hatinya sedih mendalam tak terukur rasa ketakutan jika sampai ia tak bisa melihat pria yang dia cintai itu lagi.
Tiba-tiba seseorang menutupi punggung gadis itu dengan jaket dari belakangnya.
"Di sini dingin, apa yang kau lakukan di sini sendirian?" Tanya pria itu mendudukkan dirinya di sisi Ayya.
Mendengar suara tak asing, Ayya mengangkat pandangan melihat pria di sampingnya.
congratulations ya Kak, krn sudah membuat cerita yg benar" menguras air mata😭😭😭😭😭
benar" sad sampai Q menangis baca nya 😭😭😭😭