Kisah romantis Ahmad alhan rizkiandi dan Tasya claudia ardana. Kedua orang yang saat masih sama sekali tidak pernah berbicara satu sama lain dan tidak saling mengenali satu sama lain, namun mereka berdua di pertemukan saat sama sama di pertemukan saat masing masing sedang bekerja di Jakarta.
Mereka melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan, walaupun banyak masalah yang mereka hadapi,saat menjadi suami istri cinta mereka tetap romantis dan tidak ada penghianatan sama sekali.
akankah cerita mereka akan selalu romantis?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon egi Santomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PULANG
HAPPY READING!
.......
.......
.......
.......
.......
...♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️...
Beberapa bulan kemudian, kini Tasya sudah saatnya melahirkan. Alhan sedang menunggu istrinya di kursi duduk yang ada di rumah sakit sendirian,hatinya berdetak cepat,dia berharap sebaik baiknya untuk istrinya dan juga bayinya itu.
Tak lama setelah itu Febi dan Divia pun datang ke rumah sakit,dia menghampiri Alhan yang sedang duduk. "Alhan gimana Tasya?" tanya Divia.
"Masih di dalam Div." jawabnya.
"Belum lahir anaknya Han?"
"Belum Div," jawabnya."Kalian sendirian aja, gak sama suami kalian?"
"Iya Han,soalnya suami kita berdua kurang enak badan," jawab Divia.
"Gak tau kok bisa samaan ya." Febi tersenyum."Mungkin mereka janjian kali ya."
"Iya juga mungkin." Divia tersenyum.
"Yaudah Divia, Febi duduk dulu gih."
"Iya Han."
Kemudian Divia dan Febi duduk di samping Alhan.
"Kamu pengennya anak laki laki atau perempuan Han?"
"Kalau aku sih laki laki atau perempuan juga gak apa apa Div." Alhan tersenyum.
"Kalau lebih pengennya?"
"Jujur, laki laki sih Div."
Divia menoleh ke Febi."Oh laki laki Feb."
"Mudah mudahan kita bisa menyusul Tasya secepatnya ya Div."
"Iya Feb, jadi gak sabar deh pengen punya anak." Divia tersenyum.
Alhan sedikit mendengar jeritan istrinya, membuat Alhan semakin takut hatinya berdebar kencang perasaannya begitu takut,dia takut kehilangan istrinya. Tak lama setelah itu Fitri, Clarista serta Vita pun datang dan berjalan menuju mereka yang sedang duduk.
"Gimana Tasya Han?" tanya Clarista.
"Masih di dalam kok Mbak," jawabnya.
"Sini duduk dulu kalian bertiga!" perintah Divia.
Kemudian mereka bertiga duduk di samping Febi.
"Anaknya gak di ajak Fit?" tanya Febi.
"Tidur Feb, jadi aku tinggal sama suami aku," jawab Fitri.
"Siapa namanya Fit anak kamu itu?"
"Raffi Feb," jawabnya."Ngomong ngomong gimana hubungan kamu baik baik aja kan?"
"Baik baik aja kok Fit, alhamdulilah."
"Kalau kamu sama Leo Div?"
"Biasa aja Fit." Divia tersenyum.
"Mudah mudahan kalian berdua cepat di karuniai anak ya."
"Amin, doain aja ya Fit," ucap Divia.
"Oh iya Mbak."
"Kok kalau manggil aku pada Mbak ya? kalau manggil Fitri aja gak usah pakai Mbak,padahal kan aku sama Fitri seumuran loh." Clarista tersenyum.
"Gak apa apa Mbak, udah terlanjur," ledek Divia.
"Kamu sekarang udah kelihatan tua Ta,lihat aja kerutanya," ledek Fitri dengan tersenyum.
"Masa sih kelihatan tua?" Clarista mengelus wajahnya.
"Iya Clarista, sama makin gemuk juga," ledek Fitri.
"Iya sih, aku makin gemukan sekarang." Clarista tersenyum.
"Btw, yang samping kamu itu kapan nikah?"
Vita pun tersenyum."Bentar lagi juga nikah Fit, tinggal nunggu undangan aja kalian."
"Kamu udah ada calonnya Vit?" tanya Clarista.
"Belum sih Mbak."
"Padahal kamu cantik loh Vit, masa gak ada yang mau sama kamu," ucap Clarista dengan tersenyum.
"Gak tau Mbak, bentar lagi kalau udah ada yang cocok, aku pasti nikah kok." Vita tersenyum.
Kemudian pintu ruangannya pun terbuka,dan datanglah seorang dokter dari dalam, Alhan pun langsung berdiri menghampiri dokter itu, terlihat raut wajah dokter itu agak bersedih.
"Maaf Mas."
"Kenapa dokter?istri sama anak saya baik baik aja kan?" hati Alhan berdebar kencang.
"Bayi mas Alhan sama Mbak Tasya, gak bisa di selamatkan,” jelas dokter itu.
Seketika Alhan pun langsung meneteskan air mata,dia tidak tega melihat ekspresi istrinya nanti.Dia perlahan berjalan masuk ke dalam ruangan itu untuk menghampiri istrinya, hatinya berdebar kencang. Ketika sampai di hadapan Tasya, Alhan melihat wajah Tasya yang di lapisi dengan kesedihan, Tasya tak kuasa menahan tangis.
"Anak bunda." Tasya mengelus pipi bayinya yang sudah tak bernyawa.
Alhan pun tidak tega melihat istrinya yang menangis, dia belum pernah melihat istrinya menangis seperti ini. Setelah itu Alhan duduk di samping istrinya yang sedang menangisi kepergian bayinya yang baru saja di lahirkannya itu,yang berada di gendongannya itu.
"Dek yang sabar ya Dek." Alhan pun mengeluarkan air mata.
Tasya menoleh ke Alhan dengan tangisan yang tidak bisa dia hentikan. "Mas Alhan," panggilnya di ikuti tangisan yang sangat hebat.
Lalu tak lama setelah itu Clarista dan Fitri masuk ke dalam ruangan, Fitri ikut sedih melihat sahabatnya menangis dengan rasa yang sangat kecewa itu.
"Tasya yang sabar ya Sya," ucap Fitri dengan air mata yang ikut menetes.
Kemudian Alhan menggendong bayinya yang sudah tidak bernyawa itu dengan penuh kesedihan.
"Nak, tenang tenang di sana ya Nak." Alhan mencium pipi bayinya itu.
Sementara Fitri dan Clarista mencoba menenangkan Tasya yang masih terus menangis.
...EGSATO...
Dua bulan setelah kelahiran dan kematian anaknya,Alhan dan Tasya pun mengemasi barang barangnya, mereka berdua akan pulang ke rumah yang ada di Lamongan, atas perintah dari orang tua keduanya.
"Dek udah di kemasin semua kan?"
Tapi Alhan melihat istrinya duduk dan melamun di sofa itu,dia masih belum bisa melupakan kejadian dua bulan yang lalu.
"Dek," panggilnya namun tak kunjung di respon oleh Tasya.
Kemudian Alhan duduk di samping istrinya, Alhan mengelus pipi istrinya.
"Sampai kapan sih dek kamu begini terus?"
Kemudian Tasya menoleh ke Alhan.
"Mas."
"Aku ikut sedih Dek ngelihat kamu setiap malam nangis terus," ucap Alhan."Apa kita gak usah pulang?"
"Pulang kok Mas, tapi aku masih sedih mas," ucapnya.
"Dek,kita kan masih bisa punya anak lagi, kita masih muda loh lagi pula ini kan takdir dan kita harus ikhlas menerimanya Dek."
Kemudian Tasya bersandar di bahu Alhan."Mas aku juga ikhlas kok Mas, tapi aku butuh waktu untuk tenang dan sedikit melupakan semuanya."
"Yaudah sekarang barang barangnya udah kamu masukin ke tas kan?"
"Udah Mas."
"Yaudah,sekarang kamu jangan sedih lagi ya, kita harus semangat Dek."
Tasya tersenyum,"Iya Mas."
"Gini kan enak kalau ngelihat istri aku senyum lagi." Alhan tersenyum.
"Kamu juga harus semangat ya Mas."
"Kalau kamu semangat,aku juga semangat loh dek." Alhan tersenyum.
"Oh iya Mas, rencana kamu mau beli motor baru jadi kan?"
"Jadi dek,lumayan uangnya sama aku tambahin tabungan aku, terus beli motor baru deh gak motor bekas seperti dulu."
"Iya Mas." Tasya tersenyum.
Beberapa saat setelah itu,Alhan dan Tasya pun sudah bersiap siap untuk pergi ke stasion. Clarista,Elvin dan Cyntia akan mengantarkan mereka berdua kesana memakai mobil milik Elvin. Di depan rumah mereka sudah ada Fitri,Raffi,Febi,Widia, Rita,Leo, Tini dan juga Divia.
"Sya," ucap Fitri.
Kemudian Fitri memeluk Tasya sembari menangis dan meneteskan air mata.
"Makasih ya Fit, Lo udah banyak bantu gua selama ini."
"Iya Sya, kalau ada waktu main main kesini lagi ya Sya, gua pasti kangen banget sama lo Sya."
"gua juga pasti kangen banget sama lo Fit."
Tasya melepaskan pelukannya.
"Saliman sama Tante Sayang."
Raffi bersaliman dan mencium tangan Tasya.
"Hati hati ya Tante sama Om."
"Iya Sayang." Tasya tersenyum dan mengelus pipi Raffi.
Kemudian setelah itu Divia dan Febi memeluk Tasya dengan air mata yang keluar dari mata mereka berdua.
"Tasya, lo kalau punya waktu harus kesini ya,awas aja kalau gak kesini."
"Iya,doain aja biar bisa kesini lagi ya."
Kemudian mereka melepaskan pelukannya.
"Hati hati loh,Sya." Febi tersenyum.
"Iya Febi."
"Jaga diri lo baik baik ya Sya."
"Iya Divia, sama kalian juga jaga diri baik baik ya." Tasya tersenyum.
Sementara Alhan menghampiri Wardani dan Rita.
"Cie anak kuliah nih," ledeknya dengan tersenyum.
"Ih mas Alhan bisa aja deh." Rita tersenyum.
"Hati hati ya Han, jaga diri kamu dan istri kamu baik baik ya," ucap Wardani.
"Siap mbak."
"Hati hati ya mas Alhan sama Mbak Tasya." Rita tersenyum.
Kemudian Tasya dan Alhan menghampiri Tini.
"Ibu, kami pamit dulu ya," pamitnya.
"Iya Nak, hati hati loh Bu."
Kemudian Alhan memeluk Tini, layaknya seorang anak yang sedang memeluk ibunya.Setelah Alhan melepaskan pelukannya Tasya pun memeluk Tini.
"Makasih ya Bu, Tasya sama Mas Alhan sudah banyak merepotkan ibu."
"Gak apa apa Nak,ibu juga senang kok bisa bantu kalian."
Setelah itu Tasya melepaskan pelukannya, kemudian mereka berdua berjalan perlahan menuju ke mobil Elvin.Tasya dan Alhan melambaikan tangan kepada orang orang Yang ada di depan rumahnya.
"Hati hati kalian," ucap Divia
"Iya makasih." Tasya tersenyum.
Kemudian Clarista menghampiri Tasya dan Alhan.
"Jadi ke toko sama ke restoran?"
"Iya Kak jadi," jawabnya.
"Yaudah ayo,biar gak lama lama."
Kemudian mereka masuk ke dalam mobil Elvin.
...EGSATO...
Beberapa saat setelah selesai ke toko dan ke restoran kini mereka langsung perjalanan menuju ke stasiun untuk langsung pulang ke Lamongan. Di mobil, Cyntia duduk di tengah tengah Alhan dan Tasya.
"Tante," panggilnya.
"Iya Sayang."
"Tante sama Om akan kembali ke Jakarta lagi kan?"
"Kalau ada waktu,Tante sama om ke Jakarta lagi kok."
"Tapi kan Tante, Dedek udah di surga ya?" tanyanya.
"Iya Sayang, dedek udah di surga nungguin kita semua." Tasya tersenyum dan mengelus wajah gadis kecil itu.
"Tapi Cyntia bakal kangen sama Tante dan Om." Cyntia tersenyum.
"Tante juga nanti pasti kangen sama Cyntia dan mama Clarista juga." Tasya tersenyum.
Mulai besok dia sudah tidak bisa melihat keceriaan dan kelucuan gadis kecil yang ada di sampingnya itu.
"Cyntia sekolahnya yang rajin ya Sayang."
"Siap Tante."
Beberapa saat setelah itu mereka pun telah sampai di stasiun dan kini mereka sedang menunggu kereta datang sebentar lagi.
"Han,jangan lupakan aku ya." Clarista tersenyum.
"Ya gak dong Mbak, masa aku ngelupain Mbak, Mbak udah aku anggap seperti kakak aku sendiri."
Kemudian Clarista memeluk Alhan seperti seorang kakak yang sedang memeluk adiknya, Clarista meneteskan air mata.
"Kamu ke Jakarta lagi ya kalau ada waktu?"
"Iya Mbak,kalau mbak ada waktu juga main main aja ke rumah aku."
Kemudian Clarista melepaskan pelukannya.
"Makasih ya Mbak, Mbak dan keluarga telah banyak membantu saya."
"Gak apa apa Han,santai aja." Clarista mengusapi air matanya.
Kemudian Tasya memeluk Clarista.
"Maafin aku ya Kak, kalau banyak ngerepotin kak Clarista."
"Gak kok Sya, kamu gak pernah ngerepotin aku sama sekali."
Setelah itu kereta api yang mereka tunggu pun telah datang,Tasya pun melepaskan pelukannya. Kemudian Tasya melihat Cyntia dengan raut wajah yang sedih, lalu Cyntia langsung memeluk Tasya.
"Tante,jangan lupain Cyntia ya Tante."
"Iya Sayang, Cyntia baik baik aja ya sama Mama, jangan nakal nakal loh."
"Iya Tante."
Kemudian gadis kecil itu melepaskan pelukannya. Setelah itu,Tasya dan Alhan langsung berjalan menuju ke dalam kereta api sembari melambaikan tangan ke arah Elvin,Clarista dan juga Cyntia.
"Hati hati Alhan dan Tasya."
"Iya Mbak,bkapan kapan ke Lamongan kalau ada waktu."
"Siap Han." Clarista tersenyum.
Kemudian mereka berdua masuk ke dalam kereta api dengan perasaan yang bercampur antara bahagia dan sedih.
"Mas kita akan pulang ke rumah." Tasya tersenyum.
"Iya Dek."
"Habis ini kita bertemu sama orang tua kita Mas."
"Iya Dek."
"Udah dua tahun ya kita gak pulang ke rumah."
"Iya ya, rasanya udah kangen aja sih sama desa."
"Oh iya, tapi kita habis ini tinggal di rumah kamu kan Mas?"
"Iya Dek."
Kemudian mereka duduk di kursi yang ada di dalam kereta.
"Mas aku kok tiba tiba ngantuk banget ya."
"Sandaran dulu gih."
Tasya bersandar di bahu suaminya. "Mas kalau aku ngiler gak apa apa ya?"
"Gak apa apa,satu ember juga gak apa apa." Alhan tersenyum.
"Gak segitu juga kali Mas." Tasya tersenyum.
Mereka begitu bahagia menikmati perjalanan menuju ke kampung halamannya.
...♥️♥️♥️♥️♥️♥️...
...LANJUT GESS!!!...
mampir jg di krya q
delete or enter
makasih