NovelToon NovelToon
Serafina'S Obsession

Serafina'S Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Romansa Perdesaan / Mafia / Romansa / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:49
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku hanya ingin bersamamu malam ini."

🌊🌊🌊

Dia dibuang karena darahnya dianggap noda.

Serafina Romano, putri bangsawan yang kehilangan segalanya setelah rahasia masa lalunya terungkap.

Dikirim ke desa pesisir Mareluna, ia hanya ditemani Elio—pengawal muda yang setia menjaganya.

Hingga hadir Rafael De Luca, pelaut yang keras kepala namun menyimpan kelembutan di balik tatapannya.

Di antara laut, rahasia, dan cinta yang melukai, Serafina belajar bahwa tidak semua luka harus disembunyikan.

Serafina’s Obsession—kisah tentang cinta, rahasia, dan keberanian untuk melawan takdir.

Latar : kota fiksi bernama Mareluna. Desa para nelayan yang indah di Italia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Obsesi yang Membakar

Mobil mewah itu akhirnya berhenti di ujung jalan, tak mampu menaiki tebing menuju padang rumput. Serafina menghela napas panjang, menatap jalan setapak yang berkelok naik. Dia harus berjalan.

Dia meninggalkan Elio yang menunggu dengan wajah masam di rumah Livia, dan mendaki dengan sepatu boots-nya yang mahal, menginjak-injak rumput liar dan bebatuan yang dulu pernah melukai kakinya yang telanjang.

Dan akhirnya, dia sampai.

Padang rumput hijau yang membentang luas, dengan gazebo di bawah pohon besar yang teduh. Di sanalah Rafael terbaring, santai, satu kaki tertekuk, yang lain lurus. Tangannya dengan malas melemparkan kacang kenari ke mulutnya, sesekali matanya yang hijau keabu-abuan mengawasi kawanan domba yang merumput dengan tenang. Pemandangan yang damai, sangat kontras dengan badai dalam hati Serafina.

Dia mendekat, langkahnya berderap di atas rumput. Rafael tidak perlu menoleh. Dia sudah tahu siapa itu. Hanya ada satu orang yang akan datang ke sini dengan aura semacam itu.

Tanpa kata-kata, Serafina langsung merebahkan diri di atas tubuh Rafael di bangku gazebo, memeluknya erat, wajahnya menyembunyikan diri di lehernya. Dia menghirup dalam-dalam aroma khas Rafael.

“Mereka akan menunangkanku dengan seorang Morello,” bisiknya, suaranya getir dan penuh keputusasaan, mencurahkan isi hatinya. “Seorang lelaki yang tidak kukenal. Untuk sebuah perdamaian yang tidak kuinginkan.”

Rafael tidak segera menjawab. Tangannya yang memegang kacang kenari terhenti. “Lalu kenapa kau di sini? Kenapa tidak bersama calon suamimu?”

“Karena kau di sini,” jawab Serafina, menggenggam kemeja Rafael. “Di mana Papà-mu? Biasanya dia yang di sini.”

“Papà tidak enak badan. Aku menggantikannya. Tidak ada orang lain yang bisa melakukannya,” jawab Rafael datar. Carlo, teman Matteo, sedang liburan keluarga ke kota.

Mereka terdiam sesaat, tubuh Serafina masih merekat di atas Rafael. Rasanya nyaman, salah, dan memabukkan. 

Rafael akhirnya membalikkan posisi mereka dengan lembut, sehingga kini Serafina terbaring di gazebo dan dia di atasnya, menatap wajahnya yang cantik dan dipenuhi konflik. Tapi hanya sebentar. Rafael segera bangkit, menarik napas dalam. 

Ini terlalu berbahaya.

Serafina ikut bangkit, wajahnya merah. Rafael kemudian menawarkan kacang kenari dari wadahnya. Alih-alih mengambilnya, Serafina mendekatkan wajahnya, membuka mulutnya seperti burung kecil yang minta disuapi. 

Rafael menghela napas, tapi jarinya yang kasar mengambil sebutir kacang dan menyuapkannya ke mulut Serafina. Sentuhan jarinya yang hangat dan sedikit berdebu pada bibirnya yang lembut membuat keduanya terpaku.

“Sudah waktunya makan siang,” ucap Rafael, berusaha mengalihkan suasana. 

Dia mengambil kotak makan kayu yang disimpannya. Isinya sederhana namun menggugah selera. Pasta Aglio e Olio yang masih hangat dengan aroma bawang putih yang harum, sepotong Focaccia yang ditaburi rosemary, dan beberapa buah zaitun serta tomat ceri. Ada juga sebotol air mineral dan sebuah persik yang matang.

Perut Rafael keroncongan dengan keras. Dia sudah lapar sejak tadi. Dia cuci tangan di kran air dekat sebuah pohon besar, lalu kembali untuk makan.

Tapi Serafina, yang kini duduk bersila di sebelahnya, mendekat lagi. “Aku ingin disuapi,” pintanya, dengan nada manja yang mengandung perintah.

Rafael, yang sendoknya sudah penuh dengan pasta, berhenti. Dia melihat ke sekeliling dengan waspada. Padang rumput ini terasa terbuka, terlalu terbuka. Siapa tahu ada mata-mata Romano atau bahkan Morello yang mengintai. Dia tidak bisa terlihat seperti kekasih yang mesra. Maka, dengan hati berat, dia mengubah perannya agar terlihat seperti pelayan.

Dia mengarahkan sendok berisi pasta ke mulut Serafina. “Buka,” perintahnya lembut, tapi hampa.

Serafina, yang sibuk dengan ponselnya—mungkin membalas chat atau scrolling media sosial—membuka mulutnya tanpa menoleh. Dia dikungkung obsesinya sendiri, tetapi juga oleh dunia maya yang memujanya sebagai Serafina Romano. Jari-jarinya yang berkuteks merah gelap mengetik dengan cepat.

Sepanjang makan siang itu, Rafael tidak menyentuh makanannya sendiri. Dia hanya menyuapi Serafina, seperti seorang cameriera bagi nonanya. Satu suap demi suap, dia memberinya Focaccia, sepotong tomat, bahkan menguliti persik dan menyuapkannya potongan demi potongan. Dia adalah pelayan yang setia bagi sang putri yang sedang sibuk dengan layarnya.

Setelah makanan habis, Serafina akhirnya menatapnya. “Aku makan begitu banyak di Mareluna,” ujarnya, menyentuh perutnya yang rata. “Papà marah. Dia bilang aku jadi gemuk dan kulitku jadi kusam.”

Rafael memandangnya. Memang benar, kulit Serafina kembali pucat sempurna, seperti porselen. Tidak ada lagi cahaya sehat dari matahari Mareluna.

“Aku kenyang. Kau kenyang, Raf? Kau berbagi denganku,” katanya, masih menatap ponselnya, jarinya masih menari-nari.

Rafael, dengan perut yang masih keroncongan, menjawab, “sì, aku kenyang.” Sebuah kebohongan putih untuk menutupi pengorbanannya.

Dia merapikan kotak makan, mencucinya dengan air, lalu berjalan menuju kawanan domba, mengambil bilah kayu untuk memastikan tidak ada yang tersesat.

Melihat Rafael pergi, Serafina tiba-tiba merasa ditinggalkan. Dunia maya kehilangan dayanya. Dia melompat dari gazebo dan mengejarnya.

“Gendong aku!” perintahnya, dan sebelum Rafael bisa menolak, dia sudah melompat ke punggungnya dengan paksa.

Rafael, yang sedang mengunyah segenggam kacang kenari terakhir untuk menahan laparnya, terkejut. Kacang itu tersangkut di tenggorokannya, membuatnya terbatuk-batuk keras, matanya berkaca-kaca.

“Kau baik-baik saja?!” tanya Serafina, khawatir, tangannya menepuk-nepuk punggung Rafael yang kuat.

Tapi Rafael, setelah batuknya reda, hanya menghela napas pasrah. Dia mengatur posisi Serafina di punggungnya, merasakan betapa ringannya dia, dan terus berjalan. Perutnya masih keroncongan, tapi dia membawa bebannya tanpa keluhan. 

Ini adalah harga yang harus dia bayar untuk kedamaian Mareluna, untuk keselamatan keluarganya. Dia telah menjadi pelayan, penyuap, dan kini menjadi kuda beban bagi obsesi seorang putri yang hancur. 

Dan dalam diam, dia mulai bertanya pada dirinya sendiri, berapa lama lagi dia sanggup bertahan sebelum akhirnya benar-benar hancur.

...🌊🌊🌊...

Kegelapan mulai menyelimuti Mareluna, meninggalkan jejak jingga di ufuk barat. Padang rumput yang luas kini sepi, hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil dari rumah-rumah di kejauhan. 

Rafael, dengan tubuh lelah setelah seharian bekerja, akhirnya berhasil mengunci kandang domba. Dia ingin segera pulang, mandi, dan merebahkan tubuhnya yang pegal.

Tapi Serafina masih ada di sana, seperti bayangan yang melekat. Begitu Rafael berbalik, dia sudah ada di depannya, tangan-tangannya yang halus langsung menyusup ke dalam kemejanya yang terbuka, meraba otot-otot perutnya yang keras di balik tanktop putih.

“Basta, Serafina,” gumamnya, suaranya lelah, tapi tangannya tidak berusaha mendorongnya.

Serafina mengabaikannya. Dia menempelkan wajahnya ke dada Rafael, menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya—campuran keringat, rumput, dan sesuatu yang sangat maskulin yang hanya dimilikinya.

“Ini seperti morfin,” bisiknya, suaranya bergetar penuh kerinduan yang tak sehat.

Rafael memiringkan kepalanya, sedikit terkejut. “Kau pernah coba morfin? Untuk mabuk?”

Serafina mendongak, dagunya masih menempel di dada Rafael. Matanya yang hazel berkilau dalam cahaya senja. “No. Itu hanya … metafora. Kau adalah canduku.”

Rafael menghela napasnya. “Aku bau domba.”

“No,” bantah Serafina, menggenggam kemejanya lebih erat. “Kau wangi. Aroma dirimu sendiri.”

Rafael akhirnya menyingkirkan pelukannya dengan lembut namun tegas. “Kau gila.” Dia berbalik dan mulai berjalan menuruni tebing.

Tapi Serafina tidak menyerah. Dia mengejarnya dan kembali memeluknya dari belakang, pipinya menempel di punggungnya yang lebar. Rafael berhenti, bahunya turun. Dia pasrah. Perlawanan hanya akan membuatnya lebih lelah.

“Hari ini kau melaut malam atau pagi?” tanya Serafina, mencoba mengalihkan topik.

“Pagi,” jawab Rafael singkat. Dia melaut pagi ini, dan itu artinya dia bebas malam ini.

Serafina berseri-seri. “Bagus! Kalau begitu malam ini kau bebas!”

Rafael menatapnya, wajahnya tetap datar. “Aku harus menjaga Papà. Dia sakit.”

“Mamma-mu ada di sana,” bantah Serafina cepat. “Mari kita tidur bersama di rumah Livia. Seperti dulu.”

Rafael menggeleng. “Nonna Livia telah beristirahat dengan damai. Jangan kita nodai rumahnya.”

“Tapi Elio sudah membelinya!” Serafina tidak mau kalah.

Tapi Rafael sudah lelah berdebat. Dan mungkin, di lubuk hatinya yang paling dalam, ada bagian dari dirinya yang merindukan kedekatan itu, seberacun apapun itu.

...🌊🌊🌊...

Malam itu, di kamar Serafina yang dulu di rumah Livia, suasana tegang menggantung. Rafael berbaring kaku di sisi tempat tidur, mata tertuju pada langit-langit. Dia sudah mandi dan masih mengenakan celana panjang dan kaosnya, menolak untuk melepasnya. Serafina, di sisi lain, sudah berganti menjadi gaun tidur sutra yang mahal, tubuhnya merekat erat pada Rafael, kepalanya di bahunya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!