Bagaimana perasaanmu jika di paksa menikah dengan pria yang dua puluh tahun lebih tua darimu? Pasti menolak. Itulah yang ingin Aruna katakan pada semua orang saat ini, tapi ia tidak punya pilihan lain selain menerimanya karena nasib sang ayah menjadi taruhannya.
Setelah pernikahan Aruna benar benar terkejut saat tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan sang suami dengan asistentnya.
" Aku menikahi Aruna karena wajahnya mirip dengan kekasihku yang selama ini menghilang bukan karena cinta."
Jeduar....
Apa yang akan di lakukan Aruna setelah mengetahui alasan di balik Raka menikahinya?
Apakah Aruna akan tetap bertahan demi keutuhan rumah tangganya?
Ataukah Aruna akan mencari kekasih Raka agar ia bisa terbebas dari kehidupan pernikahan yang tidak ia inginkan?
Dukung kisah pernikahan beda usia ini di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJENGUK WINA
Hari ini Aruna sedang berhias di depan cermin. Rencananya ia dan Raka hendak menjenguk Wina. Ya.. Wina sudah di perbolehkan pulang karena kondisinya sudah stabil.
Raka berjalan menghampirinya lalu membungkukkan badannya, ia memeluk Aruna dari belakang lalu menempelkan pipinya ke pipi Aruna. Aruna dan Raka saling menatap lewat pantulan cermin.
" Cantik banget sih istri Mas ini, Mas bahkan sampai tidak rela kecantikanmu di lihat oleh orang lain. Kita di rumah saja ya." Raka mencium pipi Aruna dengan lembut.
" Mas aku sudah janji sama Tyo mau ke rumahnya, masa' tiba tiba aku membatalkannya. Aku nggak enak lah Mas sama Tyo." Ujar Aruna.
" Lagian aku pengin bermain sama Arvan, dia gemesin banget. Jadi nggak sabar pengin punya babby sendiri." Sambung Aruna.
" Bersabarlah sayang! Kau pasti akan mendapatkannya." Sahut Raka.
" Oh ya sayang, Mas berencana cek kesehatan ke dokter nanti. Mas takut kalau ternyata Mas tidak subur dan tidak bisa membuahimu dengan baik." Ujar Raka membuat Aruna sedikit terkejut.
" Bagaimana Mas bisa punya pikiran seperti itu? Mas itu sehat, lihat aja tubuh Mas kekar. Mas lebih muda dari usia Mas, dan tubuh Mas atletis. Nggak mungkin kalau Mas tidak sehat. Aku rasa cuma Tuhan saja yang belum memberi kepercayaan kepada kita Mas. Lagian aku juga masih sangat muda, kalau bisa mah menunggu sampai akua berusia dua puluh dua." Ucap Aruna nyengir kuda.
" Katanya tadi pengin babby, sekarang malah mau nunggu berumur dua puluh dua tahun. Mas nggak mau ah, yang lain udah di panggil opa Mas masih di panggil daddy. Mas maunya bulan depan akan ada kejutan darimu untuk Mas. Bulan depan Mas tepat berumur empat puluh satu tahun, Mas berharap Tuhan memberikan kado terindah kepada Mas berupa seorang calon babby yang bersemayam di rahimmu." Ucap Raka mengelus perut Aruna.
" Amin." Sahut Aruna.
" Ya sudah, ayo kita berangkat!" Ajak Raka.
" Sebentar Mas, aku mau pakai cream dulu." Ujar Aruna.
" Nggak usah dandan udah cantik sayang, ayo ah!" Raka menarik tangan Aruna. Kalau sudah begini Aruna tidak bisa apa apa.
Mereka berdua berjalan meninggalkan kamar menuju mobil yang ada di garasi rumah. Raka membukakan pintu untuk Aruna.
" Terima kasih Mas." Ucap Aruna tersenyum.
" Sama sama sayang." Sahut Raka mengecup kening Aruna.
Raka memutari mobilnya lalu masuk lalu duduk di kursi kemudi. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Tyo.
Di dalam perjalanan Aruna membeli kue, buah buahan dan tak lupa ia membelikan mainan untuk Arvan. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan kembali.
Sampai di rumah Tyo, keduanya di persilahkan masuk oleh nyonya Sekar yang saat ini menggendong Arvan. Raka meletakkan barang bawaannya di meja ruang tamu.
" Tante, bolehkan aku menggendong Arvan?" Tanya Aruna menatap Arvan yang sedang menggigit gigit jarinya.
" Tentu saja boleh nak Aruna." Nyonya Sekar memberikan Arvan pada Aruna.
Aruna menggendongnya dengan sangat hati hati.
" Halo sayang, ketemu lagi sama Aunti. Udah mandi ya, wangi babby banget." Ucap Aruna mencium pipi gembul Arvan.
" A a a a." Celoteh Arvan.
" Silahkan langsung ke kamar Tyo saja, mereka sudah menunggu kalian berdua." Ujar nyonya Sekar.
" Terima kasih Tante." Ucap Aruna.
Aruna dan Raka berjalan menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar Tyo.
Tok tok...
Raka mengetuk pintu membuat kedua penghuni karena menoleh ke arahnya.
" Kalian sudah datang, silahkan masuk!" Ucap Tyo.
Keduanya masuk ke dalam menghampiri Wina yang saat ini duduk bersandar pada headboard.
" Anak Papa ikut sama tante Runa ya." Ucap Tyo.
" Pa... Pa.. Pa.. " Arvan mengulurkan tangannya ke arah Tyo.
" Mau gendong Papa toh, sini!" Tyo mengambil alih gendongan Arvan dari Aruna.
" Lengket banget sama papamu sih, sudah enakan di gendong Aunti juga malah mau sama papa." Ujar Aruna gemas.
" Iya Arvan memang lengket sama mas Tyo, kalau sudah di gendong mas Tyo, sama aku juga nggak mau Runa." Ujar Wina.
" Hmmm papa yang baik hati jadi di senangi sama anaknya." Sahut Aruna.
Aruna duduk serong di tepi ranjang menghadap Wina.
" Bagaimana keadaanmu Wina? Apa kau sudah baik baik saja?" Tanya Aruna menatap Wina.
" Alhamdulillah sudah mendingan, tapi kalau untuk berdiri masih terasa pusing. Itu sebabnya aku tidak menemui kalian di bawah. Maaf ya." Sahut Aruna.
" Tidak masalah, aku turut prihatin atas apa yang menimpa kamu Wina. Aku doakan semoga kau cepat pulih dan sehat kembali biar bisa beraktifitas normal lagi." Ucap Aruna.
" Terima kasih Aruna. Jika aku sudah benar benar sembuh nanti, aku mengundang kalian ke acara pernikahanku." Ucap Wina.
" Pernikahan?" Aruna mengerutkan keningnya. Ia menatap Tyo begitupun sebaliknya.
" Ah iya aku lupa memberitahu, ingatan Wina sudah kembali. Dia sudah mengingat semuanya termasuk hubungan kami." Ucap Tyo.
" Alhamdulillah... Syukurlah kalau begitu. Aku turut bahagia mendengarnya. Tapi tentang perasaannya padamu?" Aruja bertanya lagi.
" Dia memiliki perasaan yang sama denganku itu sebabnya kami berencana menikah." Sahut Tyo.
" Alhamdulillah kalau begitu, akhirnya kekhawatiranmu terjawab sudah. Sekarang kau tidak perlu khawatir kehilangan Wina lagi." Ujar Aruna.
" Iya, dia juga tau tentang perasaanku padamu sebelumnya." Aruna melongo mendengar ucapan Tyo.
" Benarkah?" Tanya Aruna menatap Wina.
" Iya, tapi aku tidak mempermasalahkan masa lalu kalian karena aku sadar masa lalumu lebih buruk dari pada itu. Yang jelas sekarang mas Tyo milikku, dan dia tidak boleh tertarik dengan wanita lain lagi." Ucap Wina.
" Iya kamu betul, bilang padaku kalau sampai itu terjadi, aku akan memotong telinganya." Ucap Aruna.
" Ist sadis." Cebik Tyo.
" Besok kau harus membantuku mempersiapkan pernikahanku, aku tidak bisa jika mengurusnya sendiri." Ujar Tyo.
" Oke siap, apapun akan aku lakukan untuk mantan seseorang yang mencintaiku." Ucap Aruna menggoda.
" Runa... Jangan mulai deh, atau calon istriku ini akan salah paham pada hubungan kita sekarang." Ujar Tyo.
" Kan aku bilangnya mantan, berarti sekarang sudah tidak lagi. Aku yakin Wina wanita yang genius, dia tidak akan salah paham hanya dengan ucapanku. Benar nggak Win?" Aruna menatap Wina.
Wina menganggukkan kepalanya.
" Sepertinya aku akan banyak bertanya padamu tentang mas Tyo, Runa." Ucap Wina.
" Mencari tahu apa? Kau sudah memahami semuanya. Kau gadis yang cerdas, kedekatanmu dengan Tyo selama ini mampu menjawab semua pertanyaanmu. Kalau aku malah tidak tahu apa apa tentang Tyo. Kalau kamu mau bertanya tentang suamiku, baru aku tahu." Sahut Aruna membuat semua orang tersenyum.
" Ya sudah sekarang kamu istirahat dulu, aku mau pulang ya. Kalau kelamaan di sini, aku malah ganggu istirahatmu." Ucap Aruna pamit pulang.
" Lhoh kok sebentar banget sih, aku kan masih pengin mengobrol sama kamu." Ujar Wina.
" Aruna benar sayang, kamu harus banyak istirahat biar cepat pulih. Ngobrolnya bisa lain kali." Sahut Tyo.
" Hah baiklah calon suamiku." Sahut Wina pasrah.
" Sering seringlah main ke sini biar aku nggak kesepian ya, aku juga butuh teman buat curhat." Ujar Wina.
" Oke siap." Sahut Aruna.
Aruna mendekati Tyo lalu mencium pipi Arvan.
" Aunti pulang dulu dayang, bye bye." Ucap Aruna.
" Aku pulang dulu." Raka menepuk pundak Tyo.
" Hati hati Bang, terima kasih." Ucap Tyo di balas anggukkan kepala oleh Raka.
TBC....