Zhavira adalah seorang gadis yang manja. Dibesarkan oleh ayahnya seorang diri setelah mamanya pergi entah kemana.
Kehidupan zha berubah total ketika ayahnya meninggal, terutama setelah seorang pria datang dan mengambilnya atas wasiat sang ayah. Pria bernama Edo Lazuardo itu mengemban amanat untuk mengurus zha setidaknya hingga ia dewasa.
Zha merasa hidupnya terkekang bersama Om bekunya, dan selalu saja ada masalah diantara mereka berdua. Apalagi dengan jarak usia yang cukup jauh untuk saling mengerti satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaafkan, tapi tak lupa
Keduanya tiba disebuah hotel ternama dikota itu. Zha terbelalak ketika mobil om edo berhenti dihotel, dan fikiranya mulai dipenuhi tanda tanya. "Mau apa ke hotel?"
"Kau bertanya? Bukankah kau bilang sudah dewasa? Jadi apa yang kau tahu tentang hotel?"
"Ooommm!"
"Aku ada pertemuan sebentar. Kau tunggu, baru ku ajak kau bermain." Zha menghela napas lega mendegar ucapan om edo padanya.
"Apa yang kau fikirkan?" sambung om edo ketika melihat ekspresi zha.
"Aaah, apa? Engga, ngga papa. Zha ngga papa kok," kilahnya, yang kemudian menyembunyikan anak rambut dibelakang telinga.
Kemudin mereka berjalan lagi, dan menuju sebuah cafe yang ada dibawah hotel itu. Tepat didepannya adalah sebuah pantai yang indah, seakan memanggil zha untuk segera keluar dan bermain disana sesuka hatinya.
Zha duduk tepat di pinggir pembatas kaca, dan ia memesan beberapa makanan untuk mengganjal perutnya. Karena hari mulai sore, dan ia lupa makan siang akibat ngambek pada om edo barusan.
Tak lama seorang wanita datang. Tampak begitu cantik dan anggun dengan riasannya, juga ramah dengan senyumnya pada zha dan tak segan menyapanya. Apalagi ketika om edo memperkenalkan zha yang tak lain adalah anak sahabatnya.
Pertemuan membahas kerjasama diantara mereka, yang juga sudah terjalin sangat lama. Hingga tak perlu banyak waktu untuk menyelesaikan semuanya. Apalagi asisten wanita bernama Dara itu menjelaskan dengan baik beserta beberapa dokumen yang ia bawa.
"Nanti akan kami kirim salinannya dengan email,"
"Baik, kami tunggu." jawab om edo padanya, dan mereka bercengkrama sebentar disana dalam waktu yang cukup lama.
"Om, zha boleh kepantai?"
"Jangan terlalu jauh, dan aku mengawasimu dari sini."
"He'emh," angguk zha padanya, lalu beranjak pergi meninggalkan mereka disana.
"Dia sudah bertemu mamanya?" tanya wanita bernama dara itu padanya.
"Tidak, atau belum."
"Ya, pasti suatu hari mereka akan bertemu bagaimananapun caranya. Kau tahu, dunia ini tak terlalu luas apalagi hanya kita penghuninya." wanita itu seolah memberi clue mengenai keberadaan mama zha saat ini. Tapi ia juga tahu, jika om edo sebenarnya tak begitu perduli.
Om edo menoleh, ia menatap zha yang tengah berlarian dan bermain air disana sendirian. Melihat zha begitu bahagia dengan dunianya, atau memang ia terlalu lama mengurung dan mengekang zha dalam istananya.
Hingga akhirnya wanita itu pamit pergi dengan segala kesibukan yang ia miliki. Om edo berdiri, lalu menghampiri zha yang masih asyik bermain dengan ombak yang bergulung gulung menghampirinya lalu pergi lagi. Padahal saat itu ramai, tapi zha tak perduli dan tetap asyik sendiri.
"Kau senang?" tanya om edo yang cukup mengagetkannya saat ini.
"Senanglah, sesekali jalan setelah sekian lama menjadi tahanan. Canda tahanan," tawa zha pada omnya.
"Kau mau disini saja, atau ketempat lain?" Om edo melirik jam tangan mahalnya, apalagi memang melihat matahari jingga yang mulai akan tenggelam diujung sana dengan begitu indahnya.
"Disini aja deh, lagian udah mau malem. Nanti langsung pulang karena om yan pasti udah sampai,"
"Huuuftzzz!" Om edo tampak mendengkuskan napas mendengar nama om yan kembali zha ucapkan.
"Mas edo!" pekik seorang wanita, yang bahkan wanita itu langsung mendekat dan mendekap mesra dirinya dari belakang. Ia bahkan menenggelamkan wajah dipunggung pria itu, seperti menahan sebuah kerinduan dari hatinya yang terdalam.
Zha menelengkan kepala, menatap wanita itu sejenak dan kemudian berpindah menatap ekspresi canggung om edo padanya. Bahkan ia tak bergerak sama sekali, meski hanya untuk menyingkirkan tangan wanita itu dari pinggangnya saat ini.
"Na?"
"Iya, aku vina. Aku kangen, Mas. Kamu kenapa begitu cepat lupain aku tanpa mendengarkan semua penjelasan?"
Barulah om edo menurunkan tangan wanita itu dari tubuhnya, dan ia justru meraih tangan zha dan menggenggamnya dengan erat.
Penuh tanda tanya, tapi zha hanya diam membulatkan mata. Seakan bibirnya terkunci antara pertanyaan siapa wanita itu dan apa yang tengah terjadi pada omnya saat ini. Apalagi dengan pertanyaan, apa hubungan yang mereka jalani.
"Kita selesai, Vina."
"Mas, aku tuh ngga tahu apa-apa sama semuanya. Mereka curang dibelakang aku," tegas wanita itu padanya.
Ya, dia vina mantan calon istri om edo. Setelah sekian lama berpisah, wanita itu kembali lagi dengan sebuah kata cinta seolah tak pernah terjadi apa-apa. Padahal ayah dan sepupunya ada didalam penjara akibat ulah kecurangan mereka di masa lalu.
"Tak ada mereka jika tak ada kau. Berhenti..." Tangan besar om edo semakin menggenggam erat tangan zha, lalu membawanya pergi dari sana.
Wanita itu terus berusaha mengikutinya, dan terus meminta om edo agar memaafkan dirinya. Tapi om edo begitu datar dan dingin menanggapi, seakan pintu hati sudah benar-benar tertutup saat ini.
"Aku sudah memaafkanmu,"
"Tapi aku mau kita kembali,"
"Itu tidak mungkin," tegas om edo lagi. Dan saat itu vina menatap zha yang berada dalam genggaman tangannya. Zha langsung bersembunyi dibalik tubuh kekar om edo saat ini, bahkan menyembunyikan wajah dilengannya.
"Dia?"
"Tak ada urusannya dengan dia. Pergilah,"
"Kau menggantikanku dengan anak kecil itu? Kenapa seleramu jadi begini, Edo? Kau tak bisa_..."
"Kau bahkan tak mengerti? Pergi ku bilang," Tatapan om edo masih begitu datar dan dingin, seakan tak ada perasaan sedikitpun lagi terhadap wanita yang mengejarnya sejak tadi.
Vina diam, om edo meningglkannya lagi saat ini. Zha terus ikut berjalan, bahkan setengah berlari demi menyesuaikan diri dengan langkah panjang pria itu.
"Om?" panggil zha.
"Jangan menoleh kebelakang, apapun yang terjadi."
"He'em..." angguk zha padanya. Dan benar, gadis itu sama sekali tak menoleh kebelakang dan hanya terus mengikuti langkah om edo hingga keduanya di dalam mobil saat ini.
"Kita ngga jadi_..." Pertanyaan zha terhenti, ia melihat wajah om edo tengah sangat tak mood kali ini.
Tapi siapa sangka, jika om edo tetap membawanya ke mall seperti yang ia minta. Ia membawa zha ke wahana permainan, dan terus menemani zha bermain disana.
Genggaman tangan itu tak lepas, hingga naik ke lantai atas dan menemukan tempat yang mereka cari saat ini.
Zha seperti anak kecil yang mendapatkan kesenangan, apalagi saat ini om edo seperti melepas liarkan dirinya begitu saja untuk bermain. Bahkan memberi uang untuk membeli koin untuk bermain.
Om edo, yang meski diam tapi terus memperhatikan zha dengan wajah cerianya. Berdiri, bersedekap dan terus mengawasi gadisnya yang tengah bermain disana.
"Dan entah kenapa, yang seperti ini saja rasanya begitu tenang."
"Kau dimana?" tanya om yan yang mendadak menghubunginya. Hanya penasaran, kemana mereka berdua hingga saat ini belum juga kembali.
"Menemani zha, bermain."
"Hah?" Om yan terperanjat. Dan bahkan om edo merubah mode video call dan menunjukkan zha yang tengah bersenang-senang disana dengan semua permainan yang ada.
"Astaga,"
"Kan sudah ku bilang. Mau bagaimana pun, bertengkar separah apapun, tapi mereka masih saling menunjukkan perhatian satu sama lain." ucap wika yang ada didekatnya. Om yan memang sempat tak percaya, tapi saat ini ia benar-benar melihatnya.
"Seolah pertengkaran itu sebenarnya adalah cara mereka menunjukkan perhatian masing-masing."