Second Life Of Kayla

"Aku mau ketemu kamu mas, ternyata kamu ada di sini." Ucap Vania sambil tersenyum ke arah Aksa.

Aksa menatap Kayla yang masih berusaha untuk fokus makan, walau perutnya menolak akibat kehadiran Vania.

Aksa segera membawa Vania pergi, dia tak ingin Kayla mengamuk kembali.

"Ternyata masih sama." Gumam Kayla sambil tersenyum hambar.

Kayla menatap ke arah putranya yang makam dengan lahap, tak terasa air matanya menetes. Dia sadar, jika saat ini dirinya tak bisa mempertahankan Aksa. Masih ada putranya yang akan bersamanya.

"Mommy napa liatin Al? mau? ambil aja, nih," ujar Avrian dengan tatapan polosnya.

"Eh, mommy nanis?" Kaget Arvian saat mengamati Kayla yang mengusap ari matanya.

"Eng-enggak. Mommy gak nangis." Sela Kayla

Arvian meletakkan garpu yang ia pegang, bibirnya melengkung ke bawah dan matanya mulai mengembun.

"E-eh eh, kenapa malah nangis." Panik Kayla.

"Mommy napa nanis huaaa!!"

Kayla yang panik pun segera membawa Arvian ke gendongannya, dia kini menjadi pusat perhatian akibat Arvian yang menangis kencang.

"Udah yah, cup ... cup. Mommy gak nangis sayang," ujar Kayla menghibur putranya.

Arvian masih menangis, bahkan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh anak itu basah oleh keringat.

Sementara di luar resto, Aksa menghempaskan tangan Vania begitu saja sehingga Vania mengaduh kesakitan.

"Kamu ngapain disini!" Geram Aksa.

"AKu mai makan mas, terus liat kamu! lagian, dari kemarin aku telpon dan chat gak pernah ada balasan dari kamu!" Sentak Vania

Aksa menjambak rambutnya kasar, dia memang sengaja tak membalasnya. Dia sudah sangat lelah dengan permainan yang ia buat sendiri.

"Sudah cukup Vania!" Pulang sekarang!" Bentak Aksa.

"Enggak! aku gak mau pulang sebelum kamu antar aku ke dokter kandungan!" Ancam Vania.

Aksa merasa sangat geram, ingin rasanya dia mendorong wanita di hadapannya menjauh.

"Jika nanti Arsya bangun, gak sudi aku berurusan sama wanita beginian!" BAtin Aksa kesal.

"Mas!" Sentak Vania saat Aksa hanya melamun.

Aksa menoleh ke sekitar, kemudian dia kembali menatap Vania yang tengah memasang wajah memelas.

"Anterin aku buat periksa kandungan, atau aku akan berbicara langsung dengan Kak Kayla!" Ancam Vania.

"Syutt!! kamu apa-apaan si! mulai ngelunjak kamu ya! ingat Van, anak itu adalah anak Arsya. Bukan aku!" Bentak Aksa.

"Tapi Arsya udah gak ada, kamu yang harus tanggung jawab!" Teriak VAnia

Aksa melirik sekitar, beberapa orang ada yang melihat ke arah mereka karena teriakan Vania. Malu, tentu saja.

"Vania, kamu apa-apaan sih!" Geram Aksa dengan suara lirih.

"Kalau mas gak mau anterin aku, oke! aku akan masuk menemui kak Kayla." Ancam kembali Vania dan beranjak dari hadapan Aksa.

Sebelum Vania kembali memasuki Resto, Aksa lebih dulu menariknya dan membawanya memasuki mobil.

Setelah itu Aksa memasuki pintu kemudian dan menjalankan mobilnya menjauh dari area Resto.

Tidak Aksa ketahui jika sedati tadi Kayla dan Arvian menyaksikan apa yang terjadi dari pintu sampai Resto. Mereka diam bak patung sambil menonton adegan tersebut.

"Mommy, kenapa daddy pulang cama tante Van? telus kita gimana?" Tanya Arvian dengan bingung.

"Jangan khawatir baby boy, sebentar lagi ada yang datang menjemput kita," ujar Kayla dan tersenyum.

Arvian pikir mungkin supir rumah, secara daddynya itu sangat kaya dan memiliki supir. Namun, dugaan Arvian meleset. BMW putih terhenti di depan mereka berdiri, tak lama keluarlah seorang pria tampan memakai jaket putih dan kaca mata hitam.

Pria itu berjalan ke arah mereka sambil memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana.

"Sudah lama menunggu?"

"Loh, mommy. Kok om pembinol di cini?!" Seru Arvian tak terima.

"Ar." Peringat Kayla.

Arvian bersedekap dada, matanya menatap pria itu dengan tajam Pria yang menghampiri mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Bryan.

"Sorry Bry, gue ngerepotin lo buat jemput kita," ujar Kayla.

"It's okay ... kita kan best friend." Ujar Bryan sambil mengedipkan satu matanya.

Kayla terkekeh pelan, dia menganggap jika itu hal bercanda yang Bryan lakukan. Sementara Arvian, melototkan matanya pada Bryan yang genit pada sang mommy.

"Napa matana gini-gini. Kelilipan debu? culuh halimau tiupin bial di makan cekalian!" Sewotnya.

Bryan tertawa, berbeda dengan Kayla yang memperingati putranya. Dia tak tahu mengapa putranya itu sangat membenci Bryan padahal Bryan adalah teman Kayla.

"Ya sudah, jadi pulang sekarang tuan putri?" Tanya Bryan.

Kayla terdiam, dia baru menyadari sesuatu. Panggilan yang Bryan sematkan untuknya sangat tidak asing, padahal selama ini Bryan tidak pernah memanggilnya seperti itu.

"Bry." Panggil Kayla pada Bryan yang sedang merecoki Arvian.

"Ya?" Jawabnya singkat dan.kembali terfokus.pada Arvian.

"Kita udah kenal selama 3 tahun kan? dan lo adalah teman kantor gue, iya kan?" ujar Kayla dengan suara ragu.

Bryan tampak menegang, doa terdiam sejenak dan menegakkan tubuhnya. Tatapannya mengarah pada Kayla yang menatapnya penuh curiga.

"Ya, kita baru kenal ti-tiga tahun." Ujar Bryan sambil menggaruk belakang lehernya.

Kayla mengamati kelakuan Bryan, selama tiga tahun mengenal Bryan dia sangat tahu jika itu adalah kebiasaan Bryan apabila dia berbohong. Bryan akan menggaruk leher belakangnya ketika dia tengah gugup ataupun berbohong.

"Kau berbohong Bry," ujar Kayla dengan suara lirih.

"Mommy! mommy!"

Kayla mengalihkan tatapannya pada putranya, saat ini bukan saatnya dia mencurigai Bryan.

"Ayo pulang, aku sudah sangat lelah." Ajak Kayla sambil menggendong Arvian.

Bryan menurut, dia membukakan pintu mobil untuk Kayla. Setelah itu barulah ia masuk dan melajukan mobilnya menuju rumah Kayla.

DI.mobil keadaan hening, Arvian sudah tidur di pangkuan sang mommy. Sedangkan Kayla dan Bryan hanya terdiam seribu bahasa.

"Kay, bagaimana hubungan kamu dengan suamimu?" Tanya Bryan memecah keheningan mereka.

"Ya begitulah. Terkadang dia manjadi suami yang pengertian, suami idaman para istri. Namun, nyatanya ... palsu." Jawab Kayla dengan santai.

"Bry, lo tau gue. Biar pun kalah, gue haru tetap untung. Gue akan pergi setelah mengambil apa yang menjadi hak gue beserta anak-anak. Lo pikir gue bodoh apa? di selingkuhin nangis darah gitu? oh ya enggak." Lanjut Kayla.

Kayla menatap Bryan yang tampaknya sedang memikirkan sesuatu, tetapi dirinya curiga jika sebenarnya Bryan telah mengenalnya sebelum dirinya amnesia.

"Apa iya aku amnesia?" Batin Kayla.

"Gimana kalau ternyata itu hanyalah alibi mas Aksa?"

"Tapi ... ingatanku cuma sampe 3 tahun terakhir,"

Kayla membatin terus, hingga dia tak sadar jika mobil yang di kendarai Bryan sudah sampai do depan rumahnya.

"Eh udah sampe?!" Kaget Kayla.

"Lo si, bengong terus!" Seru Bryan.

KAyla mendengus kesal, dia pun turun dati mobil dengan menggendong putranya.

"Kay." Panggil Bryan saat Kayla akan berbalik ke rumah.

"Ya?"

"Gue udah nemuin rahasia yang suami lo simpan. Gue berhasil meretas CCTV kantor, maupun jalan."