Bosku Buaya Darat

Jessica Arrabella, biasa di panggil Jessy, 25 tahun. Cantik, Asisten pribadi. Sengaja menyembunyikan kecantikannya, yang menjadi syarat untuk menjadi asisten dari Chris Leonard Zian yang terkenal karena ketampanannya.

Entah siapa yang dulu membuat persyaratan tersebut, namun dia juga merasa ini yang terbaik agar tidak terjebak dalam asmara bosnya yang memang menyebalkan.

Harus Jessy akui saat pertama bekerja dan mendengar bagaimana bosnya merayu para wanitanya, hati Jessy pun ikut meleleh. Namun setelah tahu tabiat Chris yang ternyata tak punya ketulusan dalam hal itu Jessy segera tersadar. Bahwa pria itu ternyata hanya buaya darat, pemain wanita. Dan akibat dari keberengsekan pria itu dia yang menanggung kesialan.

Dan sekarang hanya tinggal beberapa bulan lagi, dia akan terbebas dari tekanan kerja tak masuk akalnya.

Meski bosnya itu menawarkan gaji hingga 3 kali lipat, Jessy benar-benar tak berniat untuk memperpanjang kontraknya. Jessy suka uang. Karena itu selama ini dia bertahan. Hanya saja jika terus begini dia tak yakin tak akan terkena serangan jantung suatu saat karena tak sanggup menanggung beban pekerjaan di luar nalar yang pria itu berikan.

Jessy baru saja bersiap dan menuju ke dapur untuk sarapan pagi. Seperti kegiatannya setiap hari setelah sarapan dia berangkat untuk pergi ke rumah Chris dan mempersiapkan segala kebutuhan pria itu. Namun saat membuka pintu hendak keluar langkahnya terhenti saat melihat sebuah kado dan buket bunga besar yang menghalangi jalannya.

"Eh?" Jessy melihat sekitarnya. Tidak ada tanda- tanda jika ada orang yang menaruhnya disana. "Untukku?" tentu saja Jessy tak pernah mendapakan kado misterius seperti sekarang.

Jessy melihat kotak kado lalu buket bunga, namun tak ada nama pengirimnya disana.

Jessy melihat jam di pergelangan tangannya. Dia sudah terlambat, jadi dia dengan segera memasukan kado beserta bunganya ke dalam. Akan dia tanyakan pada keamanan nanti, siapa tahu ada yang salah mengirim ke unit apartemennya.

....

Jessy memasuki kamar Chris lalu menyiapkan pakaian pria itu beserta kebutuhannya. Saat masuk dia mendengar suara gemericik air menandakan pria itu sedang mandi.

Jessy memilah kemeja mana yang akan Chris kenakan berikut celana, dan dasi, serta jas, bahkan vest. Beralih pada jam tangan juga tie clip yang akan membuat penampilan pria itu makin pari purna.

Setelah semuanya siap, Jessy meletakannya dengan pelan satu persatu di ranjang, lalu dia akan keluar dan membiarkan pria itu mengenakan pakaiannya.

Baru saja berjalan ke arah pintu Jessy mendengar pintu kamar mandi terbuka, menampakan Chris dengan handuk yang hanya membalut bagian bawahnya, hingga dia bisa melihat dada dan lengan berotot yang biasa terbalut bathrobe kini terpampang jelas di matanya.

"Kamu sudah datang?" Jessy mengerjapkan matanya, lalu mengangguk. Setelahnya dia bahkan tak berani mendongak, sebab pemandangan yang tak seharusnya dia lihat.

Chris yang melihat wajah Jessy memerah menyeringai, lalu berjalan ke arah ranjang dimana pakaiannya tersedia.

"Kamu sudah menerima kiriman dariku?" Jessy mengerutkan keningnya, lalu mendongak, hampir saja dia melihat bagian bawah pria itu sebab tanpa malu pria itu membuka handuk di hadapannya.

Jessy membalik tubuhnya hingga membelakangi Chris. Gadis itu mengumpat dalam hati saat kulit tubuhnya meremang, apalagi dia sempat melihat bokong seksi pria itu. Meski terbalut celana dalam tetap saja itu tak seharusnya.

"Maaf, Tuan. Maksud anda bunga dan kado yang di letakan di depan unit saya?"

"Hm, kamu menyukainya?" Chris mengancing celana kainnya lalu menoleh dan mendapati Jessy memunggunginya.

"Maaf, Tuan. Saya kira ada yang salah kirim, saya belum sempat melihat."

Chris berdecak. "Aku sedang bicara padamu, kenapa kamu berpaling? Tidak sopan!"

Jessy mengerjapkan matanya lalu berbalik. Disaat yang sama Chris berjalan ke arahnya menyisakan jarak beberapa senti saja, dia bahkan bisa mencium aroma sabun yang pria itu gunakan.

Jessy mengangkat wajahnya hingga dia melihat perut sixpack pria itu lalu naik ke dada berototnya. Jessy menelan ludahnya kasar. Seumur hidupnya yang selama 25 tahun ini, dia baru melihat pemandangan ini dengan jarak sedekat ini. Dia memang tak jarang melihatnya, namun tak seperti sekarang, dimana dia bahkan bisa melihat pori-pori kulit pria itu.

Jessy memundurkan tubuhnya agar jaraknya tak terlalu dekat dengan tubuh Chris. Namun Chris justru mendekat dan terus mendekat hingga Jessy merasa terpojok dan punggungnya membentur tembok.

"A-ada apa, Tuan?" Kenapa dengan bos buaya daratnya ini? Kenapa tingkahnya hari ini sangat aneh?

"Kamu tidak tahu itu dariku?" Chris menekan tembok di kedua sisi tubuh Jessy, membuatnya terkurung dan merasa sesak nafas, karena jarak mereka yang terlalu dekat.

"Ti-dak ada nama pengirimnya, jadi saya tidak tahu, Tuan."

Chris terkekeh. "Baiklah, itu kesalahan pengiriman. Aku mengerti." Chris menarik dirinya lalu berbalik, hingga Jessy bernafas lega. Namun baru saja bergeser ke samping untuk menjauh, Chris kembali berbalik dan membuatnya terkejut hingga tersandung kakinya sendiri. Tubuh Jessy oleng, dan terjatuh, namun belum sempat menyentuh lantai sebuah tangan menahannya, dan mendekapnya di pinggang rampingnya.

Mata Jessy beradu dengan mata Chris yang juga menatapnya. Pria itu menariknya untuk kembali berdiri dengan gerakan perlahan. Jessy menahan tubuh pria itu agar tak terlalu merapat padanya dengan kedua tangannya yang dia tangkup di dada.

"Hati- hati." Jessy bahkan tertegun saat mendengar suara berat pria itu tepat di telinganya.

"Maaf, Pak." Chris tersenyum lalu melepaskan pelukannya.

"Ka- kalau begitu saya permisi." Secepat kilah Jessy pergi dan menutup pintu.

Chris tersenyum miring saat melihat Jessy pergi dengan terburu-buru. Apalagi dia bisa melihat wajah merah gadis itu.

"Berani bilang dia tidak tertarik padaku?" Chris terkekeh lalu meraih kemejanya untuk dia kenakan. "Tapi pinggangnya cukup ramping." Chris menatap telapak tangannya sesaat, lalu melanjutkan kegiatannya berpakaian.

Di balik pintu Jessy menyentuh dadanya yang berdebar kencang. Matanya yang mengerjap beberapa kali menampakan jika dia sedang berpikir.

"Ada apa dengannya?"

"Kenapa dia aneh hari ini?"

"Lalu, untuk apa dia memberikan aku hadiah?" Jessy tak percaya jika bunga dan kotak berlogo sebuah brand tas ternama itu benar-benar untuknya, dan di berikan oleh bosnya.