Warning 21+!! mengandung banyak adegan dewasa dan kekerasan.
Deva Ghazanvar, seorang pria dewasa berusia 30 tahun. Seorang Mafia berdarah dingin, harus membalaskan dendam pada keluarga Darian Emery. Hingga pembantaian pun terjadi, dan hanya menyisakan Putri semata wayang dari keluarga Emery, Davina Emery.
Demi pembalasan dan kepuasannya sendiri, Deva menikahi Davina, membuat wanita itu mati secara perlahan di tangannya.
Bagaimanakah cara Deva, menekan istrinya secara perlahan menuju jurang kematian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arandiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manipulatif
Selamat membaca ...
...****************...
Setelah Davina ikut mencarikan ponsel milik Deva, yang ternyata ada di saku celananya yang di pakai kemarin, akhirnya Davina bisa duduk manis di samping suaminya, Deva.
Pria itu terlihat sangat sibuk dengan ponsel tersebut, tapi Davina tak peduli sama sekali. Deva mencari sesuatu dalam ponselnya, hingga pria itu tersenyum dan menghubungi seseorang.
“Halo bos, apa ada yang bisa saya lakukan?” tanya seseorang yang tak lain adalah sang asisten, Galen.
“Apa tugas yang aku berikan sudah selesai?” tanya Deva tegas, membuat Davina hanya diam karena merasa bosan.
“Belum bos, mungkin satu minggu lagi akan selesai,” jawab Galen di sebrang sana.
“Hmm, baiklah. Kalau begitu aku akan meminta orang lain saja untuk mengurus kantor,” ucap Deva datar, membuat Galen di sebrang sana mengernyitkan dahinya, tanda ia merasa bingung dengan sikap sang bos.
“Apa ada masalah, bos?” tanya Galen khawatir sekaligus penasaran.
“Aku terkena sindrom Couvade,” jawab Deva santai. Namun, Galen yang mendengar hal itu sangat terkejut. Bukan karena sudah tahu dengan apa yang Deva ucapkan, tapi pria itu malah mengira jika Deva terkena penyakit mematikan, tentu saja hal itu membuat ia ikut merasa cemas.
“Bos, jangan khawatir, saya akan membuat jadwal untuk pengobatan anda. Saya akan memilih rumah sakit terbaik di luar negeri,” ucap Galen dengan penuh rasa khawatir, membuat Deva mengernyitkan dahinya tanda tak mengerti, dengan apa yang Galen ucapkan. Memang siapa yang sakit, Deva terus bartanya dalam pikirannya.
“Memangnya siapa yang sakit?” tanya Deva kesal dengan topik pembicaraan mereka yang entah ke mana.
“Bukankah bos sedang terkena sindrom, maka dari itu, saya ingin membawa bos berobat,” ucap Galen yang masih dengan rasa cemasnya.
“Aku terkena sindrom, karena aku akan menjadi Daddy, bukan mau mati,” ucap Deva geram dan segera memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
“Kenapa kau harus meminta Galen si pria kasar itu untuk mengurus perusahaan?” tanya Davina dengan tiba-tiba, membuat Deva menoleh ke arah sumber suara tersebut.
“Karena aku tidak ingin meninggalkan mu di sini,” jawab Deva dengan santai, yang mampu membuat Davina merasa tertegun dengan pernyataan Deva.
“Kenapa, apa kau masih belum mempercayai aku? Aku sudah pernah mengatakannya padamu, aku tidak akan berani berbuat macam-macam lagi,” ucap Davina kesal sambil menatap dengan tatapan tak habis pikir.
“Dulu kau juga mengatakan hal yang sama padaku, tapi pada kenyataannya, kau tidak menepati janjimu. Pada dasarnya, wanita memang manipulatif, seperti dirimu,” ucap Deva dengan segala opininya.
“Deva, kali ini aku serius. Kau bisa pergi sesuka hatimu, ke manapun kau mau, karena aku tidak akan kabur lagi, apalagi sekarang ada calon anak kita,” ucap Davina berusaha membujuk Deva, agar pria itu mau percaya lagi pada dirinya.
“Dulu kau juga meyakinkan aku dengan kalimat itu. Lalu, apakah dulu ucapan mu adalah sebuah lelucon? Sekarang kau mau mengakui bayi yang ada dalam kandungan mu sebagai calon anak kita, lalu kemarin-kemarin kamu ke mana saja, sampai mau menggugurkan bayi yang tak berdosa. Bukankah sudah dapat dibuktikan, bahwa kamu adalah wanita manipulatif. Sampai kapan pun aku tidak akan percaya pada ucapan mu,” ucap Deva panjang lebar.
“Terserah kau saja. Jika kau tidak pergi ke perusahaan mu, maka orang lain akan memanfaatkan situasi ini, dan mengambil banyak kesempatan yang ada. Lalu, kau akan jatuh miskin setelah anak mu lahir. Jika kau tidak mau meninggalkan aku, maka izinkan aku ikut ke kantor perusahaan mu. Aku juga ingin tahu, pekerjaan suamiku,” ucap Davina yang tak kalah panjang lebar.
“Ganti pakaian mu, kita akan ke kantor perusahaan ku,” ucap Deva dengan nada perintah.
Deva bangkit dari duduknya dan segera meninggalkan Davina ke kamarnya. Sebenarnya, Deva mengajak Davina, bukan hanya karena terpengaruh oleh ucapan istrinya, tapi karena ia tidak bisa jauh dari wanita itu, yang disebabkan oleh kehamilan simpatik tersebut. Tubuh Davina sudah seperti candu bagi dirinya.
...****************...
Terima kasih.
terima kasih thor ceritanya sangat bagus dan gak bertele2,,sangat menghibur walau aku harus ikut menangis 😭😭😭