Hallo readers. Selamat datang di cerita pertama author. Mohon dimaklumi kekurangannya ya.
__________
Kehidupan seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang sering dipanggil Jeje. Hidup tanpa kasih sayang seorang ibu.
Namun dia memiliki sosok ayah yang sempurna. Kasih sayang dan perhatiannya tanpa batas. Dia sangat menyayangi putri bungsunya. Menjaganya bak berlian paling berharga di dunia.
Jeje juga memiliki seorang kakak laki laki yang melengkapi kebahagiaan hidupnya. Walaupun mereka sering bertengkar, tapi kasih sayang di antara keduanya tak dapat dijabarkan dengan kata kata.
Dibalik kebahagiaan itu semua, ada sisi gelap kehidupan yang dijalani daddynya. Tak jarang berbagai bahaya selalu mengancam keselamatan dirinya.
Bagaimana Jeje menghadapi setiap ancaman itu? Mampukah dia menjalaninya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeLiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. TANGISAN
"Apa kau menyayangi daddy?" tanya Harsen.
Deg
Jantung Jeje berdetak kencang. Apa kesalahannya sefatal itu sampai daddynya begitu kecewa.
Jeje semakin sesenggukan, air matanya mengalir sangat deras seperti air bah.
"Ten-tentu saja hiks... Jeje sangat menyayangi dadd-daddy. Ken-kenapa daddy bertanya seperti ituuu.. huaaa..." Jeje tak bisa membendung rasa sesak di hati nya.
Harsen diam menatap Jeje. Tangannya terulur mengusap kepala putrinya. Kemudian Jeje merangsek masuk ke pelukan Harsen.
Dia menangis sejadi jadinya di dada bidang itu. Harsen mengecup puncak kepalanya lalu menghela napas dalam.
Di luar kamar, Rey yang baru saja turun dari kamarnya setelah mandi dan berganti pakaian kantor, mendengar tangisan Jeje yang menyayat hati. Jeje menangis sejadi jadinya sampai tersedu sedu.
Rey terkejut mendengarnya, apa daddy memarahi Jeje, ucapnya dalam hati. Dia hendak melangkah menuju pintu kamar Jeje namun tangan seseorang menahannya.
Dia menoleh, mendapati bu May sedang menatapnya kemudian menggeleng. Rey khawatir pada keadaan adiknya.
"Tapi, Jeje.. " belum selesai Rey mengatakan sesuatu, bu May sudah berbicara.
"Tuan muda, mohon dengarkan saya. Sekarang, lebih baik tuan muda mendapatkan sarapan. Anda belum makan. Jangan sampai anda juga mengabaikan kesehatan anda dan membuat situasi semakin keruh. Anda tau persis bagaimana tuan besar akan bertindak." jelas bu May memberi pengertian.
Rey tidak bisa berbuat apa apa. Dia hanya menurut dan memakan sarapannya seorang diri di meja makan. Hanya ada para pelayan yang siaga di dekatnya.
Kembali ke keadaan di kamar Jeje. Sekarang, Jeje sudah sedikit tenang setelah lama menangis, akhirnya dia kelelahan dan sudah berhenti. Masih dipelukan Harsen yang setia mengelus lembut punggung nya membuatnya lebih tenang.
"Apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Harsen setelah sekian lama terdiam.
Nada bicaranya sudah kembali seperti biasa saat berbicara pada putrinya. Dia tidak marah. Tidak akan bisa. Dia hanya ingin melihat respon anak bungsu nya ini.
Jeje hanya menggeleng. Dia masih memeluk erat tubuh kekar itu. Enggan melepaskannya.
"Sudah tidak sakit?" tanya Harsen lagi.
Jeje kembali menggeleng.
"Kalau begitu, sekarang daddy akan mengatakan sesuatu. Dengarkan baik baik." ujar nya hendak melepaskan pelukan Jeje, namun Jeje kembali menggeleng dan semakin mempererat dekapan pada tubuhnya.
"Daddy akan berbicara, jadi lihat daddy." ujarnya lagi.
Akhirnya pelukannya terlepas. Dia menatap wajah sembab Jeje. Mengusap sisa air mata di pipinya, lalu memegang kedua pundaknya.
"Kau ternyata sudah tumbuh besar. Tuan putri kecil daddy sudah dewasa." ujarnya pelan.
Jeje mendongak, mata nya kembali berkaca kaca siap menumpahkan air yang tak akan pernah surut itu.
"Kenapa kau menangis?" tanya Harsen.
Jeje diam tidak menjawab.
"Daddy sedang bicara padamu. Jika daddy bertanya kau harus menjawab bukan?" tanya nya lagi.
Air mata Jeje seketika menetes dia kemudian mengangguk. Harsen mengusap pipinya.
"Jadi, kau sudah menyadari kesalahanmu?"
Jeje mengangguk sambil menatapnya.
"Apa kesalahanmu?"
"Hiks.. aku.. aku sudah membuat daddy kecewa. Aku anak yang durhaka pada daddy." jawab Jeje.
Harsen terdiam beberapa waktu mendengar jawaban putrinya.
"Hal apa yang menurutmu membuat daddy kecewa?"
"Aku tidak menuruti perintah daddy. Aku selalu keras kepala dan selalu membantah." jawab nya lagi.
"Jadi kau berpikir kalau kau membantah ucapan daddy, kau membuat daddy kecewa, begitu?"
Jeje mengangguk.
"Lalu jika kau membuat daddy kecewa artinya apa?"
Jeje bingung harus menjawab apa. Jadi dia diam.
"Jika kau membuat daddy kecewa.. artinya kau sudah tidak sayang lagi pada daddy!" ujar Harsen. Nada bicaranya melemah saat di akhir kalimat.
Jeje menggeleng kuat berulang kali, mulai menangis lagi setelah mendengar perkataan Harsen.
"Tidak dadd. Itu tidak benar. Bukan seperti itu... hiks ... hiks ...." jawab panik Jeje.
"Kau sudah tidak mau menuruti perkataan daddy? Kau ingin kebebasan tanpa terikat dengan peraturan daddy? Apa itu yang kau inginkan, hmm?" tanya Harsen lembut namun langsung menohok ke jantung Jeje.
Tangisan Jeje semakin menjadi. Dia terus menggeleng gelengkan kepalanya, menegaskan bahwa itu semua tidak benar.
"Tidak, dadd... Aku tidak menginginkan itu." jawab Jeje.
"Apa kau tau, daddy melakukan itu semua untuk kebaikanmu. Kau sudah melihatnya bukan, setiap kau melanggar dan tidak mematuhi semua perkataan daddy, selalu ada yang membahayakan dirimu.. mengancam keselamatanmu.
Bukan daddy yang terancam, tapi dirimu. Apa kau pernah berpikir bahwa daddy akan sangat kecewa pada diri daddy sendiri jika terjadi sesuatu padamu?!" jeda sejenak.
"Bukan hanya kau yang merasakan sakit pada tubuhmu tapi daddy juga merasakan semua penderitaan itu. Jika kau menyakiti dirimu, kau juga menyakiti daddy.. Jika kau meninggalkan daddy, bukan kau yang menghilang, tapi jiwa daddy.. dan daddy akan mati jika itu terjadi."
Jeje segera menutup mulut Harsen menggunakan tangannya. Dengan tersedu sedu dia menggeleng kuat.
"Jangan katakan itu, aku mohon... hiks hiks.. " ujar Jeje.
Harsen meraih tangan Jeje kemudian menggenggamnya.
"Apa kau mengerti maksud daddy?" tanya Harsen.
Jeje mengangguk beberapa kali, "Aku mengerti.."
"Kau akan melanggar perkataan daddy lagi?"
Jeje menggeleng kuat, "Tidak.. tidak akan." jawabnya yakin.
"Jangan berjanji pada daddy, tapi berjanjilah pada dirimu sendiri. Jika kau melanggarnya, kau sudah berkhianat pada dirimu sendiri sekaligus mengecewakan daddy. Paham?!" ujarnya tegas.
Jeje hanya mengangguk lagi dan lagi dengan air mata mengalir deras. Harsen kemudian menariknya ke pelukannya. Mencium kepalanya beberapa kali.
"Daddy sangat menyayangimu. Daddy tidak ingin kehilanganmu. Mengertilah." lirih Harsen.
"Aku juga sangat menyayangi daddy. Maafkan aku." jawab Jeje pelan.
Setelah dirasa Jeje sudah kembali tenang, dia melepaskan pelukannya. Kemudian menatap Jeje dan tersenyum menenangkan.
"Sekarang istirahatlah. Daddy akan membawakan obatmu dalam setengah jam. Setelah itu kau akan pulih." ucap Harsen.
Dia membetulkan posisi tidur Jeje senyaman mungkin, kemudian keluar dari kamar putrinya.
Harsen merasa sedikit lapar karena memang belum mendapatkan sarapan sedikit pun. Dia melenggang menuju meja makan. Di sana masih ada Rey yang sedang meminum teh setelah sarapan.
Rey yang menyadari kedatangan Harsen dengan kaos yang sedikit basah karena air mata Jeje itu segera besuara.
"Dadd, bagaimana dengan Jeje?" tanya nya.
Harsen duduk dan mengambil makanannya. Kemudian menjawab dengan santai.
"Dia sedang beristirahat."
"Aku mendengarnya menangis tadi. Apa dia baik baik saja? Apa kakinya kembali sakit?" tanyanya penasaran.
"Dia baik baik saja. Daddy hanya sedikit menasihatinya." jawab Harsen lagi.
Glek
Rey menelan ludahnya kasar. Santai sekali daddynya menjawab. Daddy hanya menasihati Jeje, tapi sampai menangis kejer begitu, ucapnya dalam hati.
Daddynya adalah orang yang sangat tegas. Walaupun Jeje sedikit susah dinasihati, namun saat menghadapi sikap tegas Harsen, adiknya tidak akan berani membantah lagi.
Dia benar benar kagum pada sikap daddynya yang pandai mengatur ketegasan pada setiap orang. Orang yang memiliki wibawa tinggi, juga vibes seorang mafia. Namun selalu hangat pada keluarganya.
Dia beruntung memiliki ayah seperti daddynya. Sosok sempurna yang tak akan membiarkan anak anak nya menderita sedikit pun.
"Nanti siang ada pertemuan penting. Pergilah bersama Axel. Katakan padanya daddy tidak bisa datang." perintah Harsen menatap putra sulungnya.
"Baik dadd. Aku mengerti." jawab Rey.
"Bagus. Fokus saja pada pekerjaan di kantor. Tidak usah memikirkan tugas organisasi, kau tidak memiliki tanggung jawab apapun di sana. Lakukan apa yang harus kau lakukan untuk perusahaan. Kehormatan keluarga kita ada di tanganmu. Jangan bertindak gegabah. Dengarkan apa yang dikatakan Axel. Dia yang akan membantumu." jelas Harsen lagi.
"Baik." Rey mengangguk.
Dia memang belum mengambil alih perusahaan, menggantikan posisi Harsen memerlukan keterampilan yang tidak sedikit. Dia harus lebih bijaksana dalam melakukan apa pun.
Sekarang dirinya masih dikenal oleh para klien sebagai penerus keluarga, belum sepenuhnya mengendalikan perusahaan. Namun tanggung jawab paling besar sudah ada di pundaknya. Dia harus menyeimbangkan dirinya untuk bisa berjalan dengan sempurna menopang nama besar perusahaan.
Jika dia lengah sedikit saja, dia bisa terjatuh kapan pun ke jurang yang dalam. Dunia bisnis memang berat, namun dengan keterampilan yang mumpuni, semua akan menjadi ringan.
.
.
.
Bersambung.
kan emaknya dah koit tuh, kapan menghianati nya 🤔🤔🤔