Hana Nayaka tidak percaya, jika pria yang menikahinya dua tahun lalu dengan mudah menjatuhkan kata talak hanya karena dia mendatangi kantor tempat suaminya itu bekerja.
Sudah hampir 3 bulan belakangan ini, Adam Husain melewatkan sarapan dengan alasan harus datang ke kantor pagi-pagi sekali karena pekerjaannya sedang banyak dan mendesak.
Braakkk...
Rantang makanan yang dibawa Hana dilempar hingga semua isinya berhamburan.
"Dasar istri tidak berguna sudah miskin, udik, kampungan lagi. Untuk apa kamu datang ke kantor, mau buat aku malu karena punya istri macam kamu."
"Mulai hari ini, Hana Nayaka bukan istriku lagi. Aku jatuhkan talak satu." Ucap Adam lantang.
"Mas... Kamu kenapa tega padaku? Apa salahku?" Tangis Hana pecah di depan lobby perusahaan tempat Adam bekerja sebagai manager keuangan.
Hana pergi dengan membawa luka yang menganga dan dendam membara.
"Aku pasti akan membalasmu, Adam. Kamu lupa siapa aku." Gumamnya.
JANGAN MENABUNG BAB!
SUPAYA CERITA INI BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Jati Diri Hana
"Benar juga, tidak mungkin bayi yang masih merah itu selamat. Apalagi letak hutan terlarang setahuku ada di ujung Pulau Jawa." Ucap Hana menatap iba album foto yang ada di tangannya.
"Tapi kamu benar mirip Istriku. Apa boleh aku menganggapmu anakku? Paling tidak aku bisa melampiaskan kasih sayangku." Pinta Tuan Thomas.
"Boleh, anggap saja aku Putrimu. Kalau begitu apa aku boleh panggil Ayah?" Tanya Hana ragu.
"Tentu saja boleh, justru aku senang setelah 27 tahun akhirnya ada yang memanggilku sebutan itu." Ucap Tuan Thomas dengan mata berbinar, terlihat jelas dari wajah tua itu kalau dia bahagia. Kebahagiaan yang sederhana tapi bermakna.
Siang itu Hana merasakan kehangatan yang berbeda dari keluarga barunya. Suasana meja makan besar itu ramai dan penuh canda tawa. Hanya Hana satu-satunya perempuan, sehingga dia diratukan di sana. Suasana kekeluargaan yang amat kental, membuat wanita gendut itu betah. Untuk sementara bisa melupakan beban berat yang sedang dia pikul.
"Mereka semua juga sudah aku anggap sebagai anak-anakku sendiri. Sama sepertimu, tidak memiliki keluarga. Kamu masih beruntung tinggal di Panti Asuhan, sedangkan mereka aku temukan di jalanan atau kolong jembatan saat usia mereka seharusnya punya pelindung." Ucap Tuan Thomas.
"Merekalah keluargaku, dan sekarang menjadi keluargamu juga. Anggap mereka kakakmu."
"Wowww... Dalam sehari aku punya 15 kakak, aku mungkin akan kesulitan menghafal nama-nama kalian. Bolehkah, kakak-kakak memperkenalkan diri. Aku sebagai adik memberi hormat." Ucap Hana berdiri membungkukkan tubuhnya.
"Tidak perlu sungkan seperti itu, kami senang jika Ayah bahagia. Karena sudah lama dia merindukan Putri kandungnya yang telah tiada."
Menjelang malam, Tuan Thomas mengantarkan Hana kembali ke Rumah Sakit. Karena tidak mungkin menginap di Markas yang isinya pria semua. Bagaimanapun mereka bukan mahram Hana. Tapi jika diantar ke rumah, Tuan Angkasa dan Langit katanya masih ada di Rumah Sakit.
"Terima kasih Hana, kamu sudah memberi warna baru buat Ayah."
"Sampaikan salamku buat Tuan Angkasa dan Langit, Ayah tidak bisa mengantar sampai ke dalam karena harus pergi ada urusan penting." Ucap Tuan Thomas kemudian pergi.
Rupanya semua gerak gerik Hana, dari yang keluar mobil mewah. Kemudian mencium tangan Tuan Thomas disaksikan oleh seseorang yang kini tersenyum miring sambil mengelus perutnya.
Tujuan Tuan Thomas saat ini adalah Panti Asuhan tempat Hana pernah tinggal 18 tahun lamanya. Sebelumnya Tuan Thomas sudah mengambil helai rambut Hana saat mengusapnya. Dan setelah mengantar Hana di Rumah Sakit, Tuan Thomas mampir ke Laboratorium milik seorang kenalannya. Tes DNA itulah pesannya pada temannya yang bernama Dokter Sigit.
Dalam perjalanannya, Tuan Thomas tidak berhenti berdoa. Semoga firasatnya benar, jika Hana adalah putri kandungnya. Tapi jika memang benar, berarti ada yang menolongnya saat bayi. Tapi siapa, bahkan hutan itu penuh dengan ranjau dan para mafia yang saling adu kekuatan. Sedangkan jasad putranya saja saat ditemukan dalam keadaan sudah membusuk.
Tepat pukul 20:00 WIB Tuan Thomas tiba di sebuah rumah yang hampir roboh di samping papan bertuliskan Panti Asuhan. Sudah lumayan malam untuk bertamu, tapi tak apa Tuan Thomas tetap mengetuk pintu yang beberapa bagian kusennya sudah dimakan rayap.
Tok
Tok
Tok
"Permisi, apa ada orang di dalam?" Tanyanya.
Lalu seorang wanita paruh baya, yang terlihat kurus dan lemah membuka pintu suaranya berderit menyeramkan. Bagaikan kalau tidak hati-hati maka engsel pintu akan terlepas.
"Siapa?" Suara parau orang sakit.
Tuan Thomas yang setelah mengetuk pintu berjalan sedikit menjauh dan membelakangi pintu, begitu mendengar suara seketika menoleh mencari sumber suara.
Meskipun sudah puluhan tahun berlalu. Dan tubuh wanita itu sudah banyak berubah, tapi Tuan Thomas tetap mengenali sosok di hadapannya.
"Rukmini?" Tanya Tuan Thomas dengan suara terbata-bata karena terkejut.
"Tuan Thomas, kenapa Anda bisa ada di sini?" Tanyanya takut.
"Ada banyak yang harus kamu jelaskan padaku." Tegas Tuan Thomas.
"Tapi sekarang sudah malam Tuan, bagaimana kalau besok saja kita bicaranya." Ucap Ibu Rukmini lirih.
"Dan membiarkanmu kabur tanpa menjelaskan apa pun kejadian 27 tahun yang lalu? Tidak akan lagi. Sekarang ikut aku, dan kita bicara di tempat lain jika kamu takut keberadaanku membuat fitnah." Tuan Thomas mengajak Ibu Rukmini.
Dan di sinilah kedua orang tua itu berada, di sebuah tempat makan yang sepi pengunjung.
"Jadi apa Panti Asuhan milikmu? Tapi bangunannya sepertinya sudah dirobohkan. Ceritakan semua kejadian yang sebenarnya. Jangan ada lagi yang kamu tutup-tutupi." Tegas Tuan Thomas.
"Baik, tapi tolong Tuan jangan menyela sebelum saya selesai bicara."
"Panti Asuhan ini milik Kakak kandung saya yang bernama Rukmayanti. Dia seorang janda sejak masih muda karena suaminya ketahuan selingkuh. Trauma terhadap pernikahan yang membuatnya tidak ingin membangun rumah tangga. Tapi justru membangun Panti Asuhan. Hari itu, saya tidak sengaja mendengar jika ada musuh mafia Anda ingin menghancurkan keluarga Anda."
"Secara diam-diam saya mengikuti, tapi saya terlambat menyelamatkan Nyonya. Saya bahkan melihat dengan keji mereka semua bergiliran memperkosa Nyonya yang pada saat itu masih dalan masa nifas setelah melahirkan. Nyonya pendarahan hebat lalu meninggal. Saya berlari, dalam tangis saya berdoa semoga bisa menolong anak-anak tapi saya terlambat lagi."
"Karena takut ketahuan, saya bersembunyi. Baru bergerak setelah hari siang, saat mereka semua sudah pulang. Tapi pencarian saya gagal karena Tuan Muda sudah meninggal dibunuh. Hanya ada Nona kecil yang terlempar di semak-semak belukar. Badannya terbungkus kain selimut bayi. Mungkin inilah Kuasa Tuhan, Nona Muda selamat meskipun seharian kelaparan."
"Saya ingin mengembalikan Nona Muda, tapi saya tidak menemukan Anda. Jadi saya bawa saja pergi. Kebetulan Kak Yanti ingin menggendong bayi, Sejak saat itu Hana menjadi anak angkat Kak Yanti yang diberi nama Hana Nayaka. Menghilangkan nama Alvaro adalah keinginan saya, supaya jejak Nona Muda terhapus dan tidak dicari lagi."
"Bukan tidak ingin Anda menemukan, tapi kami semua selalu ketakutan. Banyak anak buah musuh Anda berkeliling ke setiap Panti Asuhan. Mencari sosok bayi yang seharusnya ikut mati di tangan mereka. Tapi justru hilang karena tercuri. Maaf Tuan Thomas, saya yang telah mencuri Nona Muda hanya supaya dia hidup tanpa kekurangan."
"Nona Hana tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan sehat. Tapi entah mengapa sejak dia menikah tidak pernah kembali pulang. Bahkan ketika tanah Panti digusur. Kak Yanti jatuh sakit, karena tidak bisa mempertahankan tanah keluarga. Katanya tanah ini tanah sengketa, padahal kami punya sertifikat wakaf. Tanah milik almarhum Ayah kami."
"Jadi benar Hana, putri kandungku? Tanpa harus menunggu hasil tes DNA, jika benar ceritamu itu." Ucap Tuan Thomas dengan suara yang bergetar menahan tangis dan sesak yang menumpuk di dadanya.
"Apa Tuan sudah bertemu dengannya? Di mana dia? Kenapa tidak pernah berkunjung ke makam Ibunya. Kak Yanti sangat menyayangi Hana."
"Hana ada bersamaku, apa kamu mau ikut denganku ke kota? Kamu bisa bekerja seperti dulu. Di markas tidak ada perempuan, kamu bisa memasak untuk kami. Tapi sebelum itu, aku akan bawa kamu berobat ke Dokter." Ucap Tuan Angkasa dengan tulus.
"Apa tidak merepotkan Tuan Thomas?" Tanya Ibu Rukmini tidak enak.
Lain cerita tentang Tuan Thomas, seseorang yang tadi mengintai Hana. Telah kembali menyusun rencana baru. Setelah tahu jika Hana telah menjalin kasih dengan pria tampan.
"Dasar perempuan gendut sialan." Makinya. Setelah diam-diam mengikuti tempat tujuan Hana ke Rumah Sakit. Di depan ruang rawat VVIP, Hana dipeluk erat pria tampan.
"Kamu tidak layak bahagia, Hana. Aku akan hancurkan tidak hanya kebahagiaanmu, tapi juga seluruh hidupmu." Gumam wanita dengan perut besar.
"Ayo kita pulang, bagaimana kondisi kandunganmu? Apa dia masih sehat? Kamu harus tetap menjaganya sampai kamu berhasil menikah dengan Ayahnya. Karena dia jalan untuk kita membalaskan semua rasa sakit hati."