Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Posesif (2)
Una bergegas menuju divisinya, belum sampai di meja kerjanya ponsel terasa bergetar.
Panggilan dari Huda, kakak sambungnya mengatakan bahwa ayahnya sedang sakit jadi malam nanti mereka akan meluncur ke Bandung untuk menjenguk orangtua mereka. Mengingat besok hari sabtu, Una bersyukur jadi dia tidak perlu ijin kerja.
Menjelang sore sebelum pulang, Una ingin mengabari Ben bahwa dia akan ke Bandung sampai dengan hari minggu. Namun ragu, khawatir akan mengganggunya. Karena tadi pagi Ben sempat menyampaikan hari ini dia ada pertemuan dengan dengan beberapa rekan bisnisnya, artinya jadwalnya cukup padat.
Abil menghampiri meja kerja Una, "Tumben, udah siap-siap, Teng Go ya?"
"Teng Go apa Kak ?" Tanya Rahmi
"Temennya wafer yang lapisannya ratusan," jawab Una
"Ihhh nggak nyambung dong." Abil terkekeh meledek Rahmi, "Mau kemana sih Na?" Tanya Abil pada Una.
"Malam ini aku mau ke Bandung, ayahku sakit"
"Naik apa ?" tanya Rahmi
"Naik travel bareng abang dan istrinya, makanya aku mau segera pulang, belum prepare"
"Hati-hati Na" ujar Abil
"Siap, aku duluan ya"
***
Una tiba di agen travel perjalanannya, menggenakan jeans, kaos dan sweater juga sneaker. Membawa ransel berisi pakaian ganti untuk 2 hari.
Mengambil jadwal perjalanan paling akhir, perkiraan mereka akan sampai di Bandung setengah dua belas malam.
Sebelum kendaraan melaju, Una mensilent ponselnya. Duduk pada baris terakhir di kursi tunggal sedangkan Huda dan istrinya duduk di kursi ganda sebelah Una. Di tengah perjalanan, kendaraan berhenti di rest area. Beberapa penumpang turun untuk ke toilet.
Una yang sejak mobil melaju menutup matanya kini terbangun menatap sang kakak yang terjaga merangkul istrinya yang tertidur.
Mengecek ponselnya, ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dan banyak pesan masuk. Una membuang nafas saat melihat panggilan dan pesan dari Ben.
Ben emosi dan khawatir karena Una tidak merespon panggilan dan pesannya. Akhirnya Una menjawab pesan dari Ben.
Aruna : Aku di perjalanan ke bandung, hp disilent
Om Rese : Ada apa ke Bandung? kenapa tidak Kabari dari siang ? Aku tuh khawatir
Aruna : mendadak om, ayah sakit. Tadi om sibuk, aku takut ganggu.
Om Rese : Kabari aku kalau sudah sampai
Aruna : Iya
***
Hubungan Una dan orangtuanya memang tidak harmonis, namun setahun belakangan setelah pindah ke Bandung mereka mulai memperbaiki komunikasi dan rasa kekeluargaan. Seperti saat ini, Una biasanya sebulan sekali akan pulang menengok orangtuanya.
"Obatnya rutin diminum yah, nggak usah mikir yang aneh-aneh. Kak Huda sudah menikah, Devi juga sudah menikah bahkan sudah kasih cucu," ucap Una
"Tinggal kamu belum menikah, kapan Na ?" Tanya pak Syamsul.
"Belum ada yang cocok yah,"
"Una, ponsel mu di kamar bunyi terus loh," ujar Rena istri Huda.
"Halo"
"Di mana Na"
"Di rumah ayah"
"Aku bilang kan kabari aku, kalau sudah sampai"
"Sudah malam om, takut ganggu istirahat"
"Huhhhh, aku nyusul ke Bandung ya ?"
"Mau ngapain?"
"Kangen, sekalian mau minta restu"
"Apaan sih Om"
"Kapan pulang?"
"Besok sore"
"Oke, kita ketemu besok"
"Iya"
Sesuai dengan ucapan Una, minggu sore iya sudah tiba di Jakarta. Ben sudah menunggu di agen perjalanan, berdiri bersandar pada mobilnya mengenakan pakaian casual dan kaca mata hitam yang sudah pasti branded dari atas sampai bawah, membuatnya terlihat berbeda dengan situasi di sana.
Melepaskan kaca matanya lalu melambaikan tangan ke Una saat melihat gadis itu turun dari mobil.
Una pamit pada Huda dan istrinya, lalu menghampiri Ben, karena sang kakak masih menatap pada dirinya dan Ben. Ben hanya tersenyum pada Huda.
"Kita mau ke mana Om?" Tanya Una saat berada dalam mobil yang mulai melaju.
"Maunya ke mana ?"
"Pulang aja ya Om, aku lelah mau rebahan"
"Kalau rebahan doang nggak mesti pulang juga kok"
Mobil yang dikendarai Ben memasuki area apartement mewah tempat tinggalnya.
Una hanya bisa pasrah saat Ben menggenggam tangannya menuju lift dan berjalan di lorong arah kamar Ben. Kagum dengan suasana dan kemewahan gedung tersebut.
Duduk pada salah satu sofa, di mana Ben juga ikut duduk di sampingnya.
"Lain kali, selalu kabari aku kalau kamu harus pergi tidak denganku"
"Emang kenapa ?"
"Aruna!"
"Iya iya"
Una kini berada dalam rangkulan Ben, di mana ponsel Una berbunyi.
"Halo" ucap Una sambil berusaha lepas dari rangkulan Ben
"Di mana kamu? Kenapa belum pulang"
Una meletakan telunjuk di bibirnya sebagai tanda jangan bicara pada Ben.
"Masih di luar ka, maen dulu lah"
"Yang tadi jemput kamu, siapa?"
Una menutup mulut dengan tangan satunya karena Ben sedang menelusuri ceruk leher Una
"Teman kantor, lebih tepatnya atasan aku" sahut Una lalu memukul lengan Ben
"Kalau dia serius sama kamu jangan diam-diam, ajak ketemu ayah atau ngobrol dengan ku dulu"
"Iya kak"
Una mengakhiri panggilan dan, "Aaghhh, Ommm." Desah*an keluar dari mulut Una
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun