Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Hari ini Kepala Desa dengan mengenakan sendal jepit, melangkahkan kakinya menuju rumah Mbah Suti. Bersama sang istri sambil mengibas-ngibaskan kipas di tangannya.
"Aduh mas aku nggak betah kaya gini...mana becek lagi!" keluh sang istri kepada suaminya.
"Kamu itu bisa diem dulu nggak sih!" marah Kepala Desa pada istrinya.
Sang istri terus ngedumel, melewati jalanan kampung yang becek.
"Kenapa nggak suruh panggil Mbah Suti ke rumah si Mas? Kenapa mesti kita repot-repot jalan begini," ucap bawel istri Kepala Desa.
"Kalo kita suruh Mbah Suti ke rumah maka akan di ketahui warga desa kita ngedukun!" bisik Kepala Desa dengan di kawal dua centeng di belakangnya.
Istri Kepala Desa itu hanya bisa mendengus napas lelah, lantaran harus mengikuti kemauan suaminya---agar harta mereka tak habis.
Karena beberapa harta sudah di sita oleh KPK dan beberapa rekening bank sudah di bekukan, hal ini jadi mempersulit perekonomian keluarga mereka.
Di tambah sebagian lahan perkebunan hilang karena di jual, hal ini menyebabkan mereka harus hidup sederhana dan sangat berhemat.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah rumah joglo dengan bahan bangunan dari kayu jati, dan di teras depan terdapat semen yang di haluskan.
"Mbah! Mbah Suti!" panggil Kepala Desa dengan berteriak-teriak selayaknya tak ada ada dan sopan santun.
Kepada yang lebih tua saja berteriak-teriak, menggedor-gedor pintu.
"Mbah! Mbah Suti! Buka pintunya ini Kepala Desa!" jeritnya lagi.
Tok...Tok...Tok.
"Mbah buka pintunya! Aduh panas nih!" marah istri Pak Kepala Desa yang menggedor pintu dengan keras.
"Dek kamu itu!" ucap Kepala Desa memperingatkan istrinya.
"Abisnya panas Mas di luar! Nanti mau kamu...aku belang!" keluh istri Kepala Desa sambil mengibas-ngibaskan kipasnya.
Tiga orang centeng yang melihat itu, hanya bisa mengelus dada dan hanya menggelengkan kepala tanda----pasrah memiliki bos seperti ini.
Ada yang maju untuk memperingatkannya, tapi di tahan---jika maju maka mereka akan abis di maki-maki oleh Kepala Desa.
Salah satu warga yang membawa motor berhenti di depan rumah Mbah Suti, lalu berteriak memperingatkan Kepala Desa dan istrinya.
"Pak Kades!" teriaknya.
Kepala Desa, istri dan para centeng menoleh kepada pria yang membawa gabah itu.
"Mbah Suti mungkin lagi nggak ada di rumah, nanti kalo udah ada di rumah saya akan kasih tahu----biar datang ke rumah Pak Kades," ujar orang itu.
Karena pria itu tak mau---sampai Pak Kades membobol pintu rumah Mbah Suti yang ada akan menambah masalah lagi di desa ini.
"Yowiss ayo tak bali!" ujar Kepala Desa.
"Aduh dari tadi kek, mana panas! becek lagi iyuhh!" keluh istri Kades yang pergi dari sana.
"Ya ampun, kapan keluarga Pak Kepala Desa bisa berubah...," ujar lirih pria yang membawa gabah itu.
Lalu pria itu pergi setelah keluarga Kepala Desa pergi dari sana, "tapi kemana Mbah Suti ya dari kemarin kenapa nggak kelihatan, rumahnya kayaknya sepi."
Pria itu membatin dalam hatinya melajukan motornya meninggalkan halaman rumah Mbah Suti.
Kepala Desa berjalan bersama istri di sampingnya, lalu bersama dua centeng di belakangnya.
"Gimana ini Pak, Mbah Suti lagi nggak ada di rumah! kemana sih tuh dukun gemblung itu!" dumel istri Kepala Desa.
"Kamu itu dari tadi protes mulu!" sahut Kepala Desa yang memiliki istri amat bawel.
Kepala Desa dan istrinya terus berjalan, tiba-tiba di depan mereka ada seekor ular welang berwarna hitam kuning----tahu reaksi istri Kepala Desa menjerit.
"Arghh Mas, ada ular Mas!" jerit istri Kepala Desa dengan heboh.
"Kamu tuh lepasin aku! kamu pikir aku ini pawang ular!" maki Kepala Desa yang juga ketakutan.
"Hush...Hush, Argh!!!" teriak istri Kepala Desa yang heboh, membuat para centeng kebingungan.
"Bunuh!" perintah Kepala Desa.
Para Centeng menggelengkan kepala mereka hanya mengambil kayu, dan menyingkirkan ular itu.
"Kalian ini tuli! 'kan saya bilang bunuh!" titah Kepala Desa.
Salah satu centeng mau memukul ular welang itu dengan menggunakan balok tapi----salah satu ibu-ibu yang mengenakan topi caping bersama anak gadisnya berteriak menghalangi.
"Jangan!" cegah ibu-ibu itu sambil berteriak.
"Kenapa kamu hentiin! Mau kamu di patok!" ujar istri Kepala Desa sambil berteriak ketakutan.
"Pak dan Bu Kades tolong jangan di bunuh, ular ini udah buat perjanjian dengan desa ini! Biarkan saja jangan di ganggu!" cegah ibu-ibu itu.
"Kamu ini, masih percaya aja ama takhayul!" marah istri Kepala Desa sambil mengibas-ngibaskan kipas di tangannya.
"Bunuh!" titah istri Kepala Desa.
"Pak, Bu, jangan, biarkan pergi dan dia akan mengarah ke sawah, biarkan ular itu nanti memakan tikus ama hama lainnya," ucap ibu-ibu itu.
Lalu ibu-ibu itu sudah melihat, ular welang itu mengarah ke sawah----napas lega di hembuskan saat melihat itu.
"Udah Yuk Pak," ajak istrinya lalu pergi meninggalkan ibu dan anak itu.
Ibu-ibu dan anak gadisnya yang menggunakan caping hanya bisa mendengus napas lelah, melihat kelakuan keluarga Kepala Desa.
"Bu untung Kepala Desa belum membunuh ular itu ya Bu," ujar anak gadis yang berumur 18 tahun---seusia Ratih.
"Iya kalo sampai di bunuh, Ibu nggak bisa bayangin apa respon penunggu sungai Seta---Patihnya...ihhh."
"Yaudahlah, Bu. Yang penting Kades ama istrinya nggak jadi bunuh---kita ke sawah aja yuk," ajak anak perempuannya itu mengandeng tangan ibunya.
Ibu dan anak itu ke sawah untuk menggarap hasil panen mereka, sejak membuat perjanjian itu hasil panen warga desa dan ternaknya kembali melimpah.
Asal warga Desa mengikuti perjanjian, jangan membunuh ular welang rakyat Patih Chandra Welang, dan selalu mengikuti ritual sebulan sekali dengan menumbalkan hewan.
Sudah pasti kemakmuran akan di rasakan warga Desa Cempaka.
*
*
*
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.
Aq tuh semenjak baca yg horor2 gini, sering mimpi yang aneh2 thor, 😔ke mimpi ke dunia lain gitu, mlihat wujud yang aneh-aneh juga sering, bahkan mimpi diperlihatkan pesugihan pun pernah 😬😩.
Mimpi ketemu gelang emas, pas aku pegang tiba-tiba berubah jd mata uang yang aneh, trus dimata uang itu ada gambar raja yg serem bngt rambut gimbal, dan bersuara aaaaaaa bergema gitu.
Trus tidak lama keluar asap hitam pekat dri mata uang itu, tiba-tiba berubah jd sebuah peta, dimana dipeta itu aku diperlihatkan ke singgasana kerajaan gitu, terus aku melihat ada bnyk mas berlian permata yg berkilauan, serta sesajen di wadah bundar besar.
Dan aku melihat para kunti berbaris rapi , lupa ada brp barisan.
Aku lihat aura mereka juga berbeda beda, bermacam-macam warna, kecuali putih.
Aku sangat takut mlihat begituan, trs aku bca ayat kursi dlm hati kemudian kebangun deh. 😫😫😫😫
Mimpi x udh sangat lama bngt.