Follow IG othor @ersa_eysresa
Anasera Naraya dan Enzie Radeva, adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Namun tepat di hari pernikahan, sebuah tragedi terjadi. Pesta pernikahan yang meriah berubah menjadi acara pemakaman. Tapi meskipun begitu, pernikahan antara Ana dan Enzie tetap di laksanakan.
Namun, kebahagiaan pernikahan yang diimpikan oleh Ana tidak pernah terjadi. Karena bukan kebahagiaan yang dia dapatkan, tapi neraka rumah tangga yang ia terima. Cinta Enzie kepada Ana berubah menjadi benci di waktu sama.
Sebenarnya apa yang terjadi di hari pernikahan mereka?
Apakah Ana akan tetap bertahan dengan pernikahannya atau menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Keras Kepala
Arvin menggelengkan kepala nya, dia tidak percaya dengan pemikiran sempit Enzi yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa dia menuduh Ana yang menyebabkan kematian kedua orang tuanya. Sedangkan Ana tidak tau apa-apa atau terlibat sedikitpun dalam insiden kematian kedua orang tua Enzi.
"Kamu benar-benar gila, kembalikan otak sehatmu, Zie. Ana itu wanita baik, dia tidak tau apa-apa. Jangan melimpahkan kesalahan kepadanya yang tidak tau apapun."
"Sudahlah, jangan membicarakan dia lagi." kata Enzi malas. "Pergilah! Biarkan aku sendiri. Nanti malam temani aku ke club. Aku ingin menyegarkan otakku sebentar."
Dengan wajah kesal Arvin meninggalkan ruangan Enzi. Dia sangat tau sikap Enzi selama ini yang sangat keras dan dingin. Tapi semua sikapnya itu luluh saat bersama dengan Ana. Namun sekarang, kenapa jadi seperti ini? Begitu mudahnya kah, perasaan cinta Enzi berubah benci hanya dalam waktu sekejap? Padahal hubungan mereka sudah berlangsung selama lima tahun.
"Semoga kamu nggak menyesal dengan keputusanmu ini, Zie. " Gumam Arvin saat berada di luar ruangan CEO itu.
Malam harinya, seperti yang dikatakan oleh Enzi, mereka berdua pergi ke club malan setelah menyelesaikan pekerjaan tanpa memberikan kabar kepada Ana. Entah kenapa, Enzi merasa muak sekali berada di rumahnya dan bertemu dengan Ana. Mulai sekarang dia memutuskan akan melakukan apapun yang ingin dia lakukan dan tidak akan meminta persetujuan dari siapapun termasuk Ana.
"Minumlah sepuasmu, dan nikmati malam ini. " kata Enzi saat menginjakkan kakinya ke dalam club malam yang sudah menjadi langganannya saat dia merasa suntuk.
Lagi-lagi Arvin menggeleng, dia tidak mungkin melakukan hal itu. Nanti kalau dia ikut mabuk, siapa yang akan mengemudi mobil dan mengantar mereka pulang. Dia tidak mau mengambil resiko sebesar itu.
Enzi sendiri membulatkan matanya saat matanya menatap sekeliling nya dan melihat orang-orang menari dengan pakaian mini yang hampir memperlihatkan seluruh lekuk tubuhnya.
"Lihatlah mereka benar-benar se*i." bisik Enzi lirih kepada Arvin.
"Ingatlah Enzi, kamu adalah orang penting di perusahaan yang pastinya juga memiliki banyak kenalan juga musuh yang mengincarmu. Dan sedikit saja kesalahan yang kamu buat, itu bisa menghancurkan mu dan reputasimu, Enzi. " Arvin memperingatkan Enzi agar tidak berbuat sembrono.
"Ah, ternyata aku salah membawamu kemari. Kamu sangat cerewet dan tidak menyenangkan. " ucap Enzi kesal, tapi dia juga berterima kasih karena sudah diingatkan hal sepenting ini oleh Arvin.
Mereka akhirnya menuju meja bar dan memesan minuman untuk mereka. Menikmati dentuman keras musik DJ dan juga melihat wanita yang menari seperti cacing kepanasan. Hingga malam semakin larut dan kesadaran Enzi sudah hilang karena mabuk berat. Arvin yang masih waras dan sadar memutuskan untuk mengantar Enzi pulang, karena dia tau Ana pasti menunggu Enzi pulang.
Benar saja, di rumah, Ana masih terjaga dan menunggu kepulangan Enzi dengan cemas. Sejak tadi dia menghubungi suaminya itu, tapi tidak satupun panggilannya di angkat oleh Enzi. Dan hanya sapaan lembut operator yang terus menjawab panggilan telponnya.
Makan malam yang dia siapkan sudah dingin begitu juga dengan kopi yang dia siapkan di meja kerja nya. Bahkan dia juga melewatkan makan malam karena menunggu suaminya pulang. Berkali-kali Bi Darmi meminta Ana untuk makan lebih dulu, namun di tolaknya. Karena Ana ingin menunggu Enzi pulang dan makan malam bersama.
Tepat pukul 12 malam, terdengar deru mesin mobil berhenti di halaman rumah. Dengan segera Ana keluar dan melihat siapa yang datang. Semoga saja yang datang itu suaminya. Namun saat Ana keluar dia sangat terkejut saat melihat Enzi pulang dalam keadaan berantakan dan dipapah oleh Arvin asistennya.
"Apa yang terjadi, Vin? " tanya Ana khawatir.
"Kita bawa Enzi ke kamar dulu, setelah itu kita bicara." kata Arvin tidak menjawab pertanyaan Ana.
Ana setuju dan membantu Arvin membawa Enzi masuk ke dalam kamar mereka. Dengan sekuat tenaga Ana menahan bau tak sedap Alkohol keluar dari tubuh Enzi Setelah memastikan Enzi tidur dengan nyaman, Ana dan Arvin keluar untuk bicara.
"Apa yang terjadi pada Enzi, Vin? " tanya Ana lagi lebih menuntut.
"Tadi kami lembur sebentar, lalu Enzi mengajakku ke club. Katanya dia ingin menghilangkan penat. Dan kamu lihat sendiri sekarang, dia mabuk berat lalu aku membawanya pulang. " jawab Arvin.
Ana menghela nafas berat, dia tidak menyangka Enzi berbuat seperti itu untuk menghindarinya. Kenapa Ana berfikir seperti itu? karena sejak kemarin Ana merasa Enzi terus menghindarinya, bahkan dia tidak mau tidur satu kamar dengannya.
"Terima kasih, Vin. Karena sudah membawa Enzi pulang dengan selamat. Kamu mau pulang apa menginap disini? " tanya Ana.
"Sudah tugasku, An. Aku pulang saja, besok pagi aku akan menjemput Enzi. " kata Arvin.
Ana mengantar Arvin sampai di teras rumah dan sebelum masuk ke dalam rumah lagi-lagi Ana berterima kasih kepada Arvin.
"Sekali lagi Terima kasih, Vin. " ucapnya.
"Jangan sungkan. Oh ya, An. Bersabarlah menghadapi sikap Enzi ya. Semoga kelak kesabaran dan ketulusanmu bisa merubah Enzi. Tapi jika kamu sudah tidak kuat, menyerah lah dan tinggalkan Enzi. "
Setelah mengatakaan itu Arvin segera masuk kedalam mobil dan meninggalkan Ana yang diam terpaku setelah mendengar kata-kata dari Arvin sebelum pergi.
Ana segera masuk ke dalam rumah saat mobil yang dikendarai Arvin sudah tidak terlihat lagi dan menghilang di balik pagar rumah nya.
"Apa maksud Arvin? Bi Darmi memintaku untuk bersabar dan memberi waktu kepada Enzi. Sedangkan Arvin memintanya untuk bersabar dan menyerah jika tidak sanggup. Ada apa sebenarnya dengan mas Enzi?" gumam Ana dan langsung masuk ke dalam kamar.
Dia melihat Enzi yang terbaring dan terlihat pulas atau kehilangan kesadaran. Dia lalu melepaskan sepatu Enzi satu persatu, lalu melepaskan dasi, kemeja, dan celananya. Lalu menggantikan dengan piyama walau dengan sedikit susah payah.
"Mas, kamu kenapa sih sampai mabuk kayak gini? Biasanya kamu nggak pernah seperti ini dan hanya minum alkohol untuk menjamu klien saja. " gumam Ana sambil memakaikan piyama ke tubuh Enzi.
"Kalau ada masalah, kenapa tidak kamu katakan padaku, mas? jangan kamu pendam sendiri. " kata Ana lirih dengan nafas berat.
"Ma, pa.... jangan tinggalin aku... jangan pergi... " terdengar gumaman Enzi dengan mata masih tertutup dan Ana bisa melihat buliran air mata keluar dari sudut mata Enzi.
"Mas, sadar mas. " Ana mencoba membangunkan suaminya.
"Jangan dekati aku... aku membencimu, kamu yang sudah membuat orang tuaku mati. "
Ana tertegun mendengar penolakan dan kata-kata Enzi walau dalam keadaan tidak sadar
dia sudah memilih
be strong woman you can do it
marah atau pura pura ga tau