Serra gadis yang masih berusia 19 tahun mempertaruhkan kehormatannya karena hanya sakit hati atas perbuatan sang tunangan yang berselingkuh dengan sahabatnya.
kata-kata sang kekasih yang menyakitinya membuatnya berpikir pendek, tidur dengan pria yang baru dikenalnya malam itu.
Arkan yang menerima tawaran wanita yang sangat menyedihkan itu. Memenuhi permintaan wanita itu karena sebuah persyaratan. Mereka menghabiskan malam bersama tanpa mengenal satu sama lain.
Beberapa tahun kemudian takdir mempertemukan mereka dalam keadaan berbeda. Serra yang mengalami kecelakaan dan membuatnya kehilangan penglihatan.
Harus sering berurusan dengan Arkan karena sebuah kasus.
Bagaimana Arkan harus menghadapi wanita yang pernah tidur dengannya namun wanita itu tidak bisa melihat dan mengenalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiket
*********
" Hmm,,,iya," jawab Arkan melanjutkan pekerjaannya, " apa perlu aku menghapus tanda yang ada di tubuhmu," goda Arkan membuat seketika wajah Serra merah merona.
Serra dengan cepat memukul tangan Arkan.
" Tidak, itu tidak perlu," jawab Serra cepat.
Arkan tersenyum melihat kekesalan wajah, Serra, wajah yang di penuhi kemarahan, tetapi justru sangat menggemaskan. " Kenapa?" tanya Arkan.
" Arkan sudahlah, kamu hanya melakukan yang aku katakan saja," ucap Serra tidak ingin memperpanjang.
Serra tau jika Arkan memang sangat suka menggodanya. Sifat Arkan memang tidak pernah bisa di tebak, terkadang pria itu sangat serius, tetapi terkadang terus saja menggodanya.
" Kamu sudah tidak marah?" tanya Arkan.
" Hmmm,,, tergantung," sahut Serra, menahan senyumnya.
" Tergantung apa"? tanya Arkan menaikkan alisnya, penasaran dengan kelanjutan kalimat Serra.
" Kamu tidak akan mengulanginya lagi," ucap Serra wajah serius.
" Apa aku salah melakukannya"? tanya Arkan.
" Bukan itu maksudku Arkan, aku hanya_ aku_" Serra menjadi gugup.
" Sudah lah, aku mengerti, jangan di bahas lagi," ucap Arkan, tidak ingin memperpanjang masalah dengan Serra.
" Hmmm,,," Serra tersenyum lebar.
Arkan menatap wajah itu dengan penuh arti. Senyum Serra yang menjadi tontonan menarik untuk Arkan. Tetapi, seketika ucapan Alex terlintas di pikirannya.
Alex memang benar, dia menikah dengan Serra tanpa ada rasa sedikitpun, begitu juga dengan Serra, terus bagaimana jika suatu saat nanti perasaan itu akan timbul di antara ke-2nya.
Suatu saat, atau justru memang sudah, Arkan tidak mengerti dengan hatinya, dia justru memiliki ketakutan bila suatu saat nanti dia akan kehilangan Serra, kerena kebohongannya sendiri.
" Arkan apa sudah selesai?" tanya Serra bingung, yang merasa Arkan diam saja dan tangan Arkan sudah memang tidak berada di leher Serra lagi.
" Iya sudah selesai, istirahatlah," jawab Arkan gugup pikirannya mulai tidak tenang.
" Baiklah, Terima kasih," ucap Serra, bergerak perlahan dan kembali merebahkan dirinya, menarik selimut dan memejamkan matanya.
Arkan terus melihat wajah Serra, yang sudah mulai tertidur pulas, perasaan bersalahnya mulai timbul kembali, kata-kata Alex memang jelas sangat di takutkannya.
*************
pagi hari kembali, Arkan menepati janjinya mengantar istrinya kerumah orang tuanya, Arkan membukakan pintu mobil dan membantu Serra keluar dari mobil.
Serra terlihat cantik dengan dress Lilac di atas lututnya, rambutnya di gerainya, Serra berjalan perlahan dengan tongkatnya dan di bantu Arkan.
" Kamu yakin mengajakku kemari," ucap Arkan sambil berjalan memasuki rumah.
" Hmmm, memang kenapa, bukannya kamu bilang, kamu tidak sibuk, jadi apa salahnya berada di rumahku," ucap Serra.
" Kamu tidak takut, jika ibu tirimu menggodaku," ucap Arkan membuat Serra menghentikan langkahnya.
" Aku tidak akan membiarkannya menggodamu," ucap Serra percaya diri. Arkan tersenyum melihat wajah cemberut Serra.
" Jadi kamu akan mengawasimu?" tanya Arkan yang sengaja menggoda Serra.
" Iya, kalau kamu melakukan hubungan dengan wanita itu di belakangku, aku akan mengadukan mu pada papaku. Aku juga akan mengatakan ke semua orang jika kamu selingkuh dengan wanita itu, dan juga selama jadi istrimu aku di selalu di marahi, aku akan mengatakan pada media, agar dunia tau kamu itu suami yang sangat kejam," ucap kesal Serra.
Arkan mendengar ancaman Serra, justru gemes melihat wajah istrinya yang tampak serius. Arkan menyunggingkan senyumnya tidak percaya Serra akan berpikir sejauh itu.
" Kamu mengancamku?" tanya Arkan.
" Terserah kamu menganggap apa, jika kamu tidak percaya, maka lakukan saja kalau mau," ucap Serra kesal.
" Bukannya kamu mengatakan tidak peduli, jika aku dekat dengan ibu tirimu," ucap Arkan mengingatkan Serra. Sebelumnya memang pernah Serra mengatakan jika sebaiknya Arkan menikahi ibu tirinya.
" Itu dulu sekarang tidak," jawab Serra cepat.
" Kenapa? apa kamu cemburu, atau takut kehilanganku, apa jangan-jangan kamu sudah mulai tertarik dengan ku," ucap Arkan percaya diri dengan menggoda Serra kembali.
Serra yang mendengar perkataan Arkan, wajahnya mulai memerah.
" Tidak, aku hanya tidak ingin, wanita itu merebut suamiku, dia sudah merebut papaku, dan aku tidak akan biarkan, kalau dia juga akan mengambilmu dari ku, awas saja kalau kamu melakukannya, images mu akan segera buruk," Ancam Serra lagi. Arkan membuang napasnya kasar.
" Aku tidak menyangka kalau kamu sekarang menjadi wanita posesif," Goda Arkan lagi.
" Aku hanya mengingatkan mu," sahut Serra.
" HmmmTergantung," ucap Arkan.
" Tergantung apa," tanya Serra.
" Kalau kamu bisa, membuat ku tidak jenuh saat di atas ranjang, aku tidak akan melakukan penyimpangan," bisik Arkan di telinga Serra, membuat Serra menyerngitkan dahinya dan dengan cepat memukul Arkan dengan tongkatnya.
" Auhhh," keluh Arkan merasa lumayan sakit, akibat ulah Serra.
" Awas ya kamu Arkan, aku serius, jangan macam-macam dengan ku," ucap Serra meninggalkan Arkan dengan langkah yang cepat.
Lagi-lagi Arkan hanya tersenyum melihat kelakukan Serra. Entah mengapa belakangan ini, menggoda Serra memang adalah hobinya. Serra memang seperti anak kecil menurutnya, sangat menggemaskan.
" Serra Serra," Arkan menggelengkan kepalanya, senyam senyum melihat kelakuan istrinya.
***********
Suroto dan Yasmine pun menyambut Serra, wajah Yasmine memang tidak akan pernah bahagia saat melihat Serra, apa lagi sekarang Serra menjadi istri pria yang di cintainya.
Arkan duduk di samping Serra dengan sangat dekat, mata Yasmine terus memandang rasa tidak sukanya terhadap anak tirinya itu.
" Di mana Vira pa?" tanya Serra.
" Vira lagi keluar sebentar, kenapa menanyakan Vira, apa kamu tidak merindukan papa," ucap Suroto dengan mengeluh.
" Tidak pa, Serra sangat merindukan papa," sahut Serra.
" Papa hanya bercanda, papa senang kamu berkunjung kemari," ucap Suroto.
" Serra juga pa," sahut Serra.
Arkan yang duduk di samping Serra dan berhadapan dengan papa Serra malah merasa gelisah, ada hal yang ditakutkan Arkan.
" Aku berharap, Pak Suroto tidak akan, membahas masalah pengumuman pernikahan itu pada Serra," ucap Arkan di dalam hatinya dengan penuh kecemasan.
Arkan memang tidak ingin jika Serra mendengar penolakan darinya atas pengumuman pernikahan itu, Arkan yakin Serra akan salah paham atas dirinya.
" Oh iya Serra, papa ada hadiah untuk kamu dan juga suami kamu," ucap Suroto membuat Serra dan Arkan bingung.
Mendengar hadiah Serra memang sangat bahagia tetapi justru hati Arkan menjadi cemas.
" Apa lagi yang ingin di berikannya pada wanita buta itu," batin Yasmine penasaran.
" Hadiah apa pa?" tanya Serra penasaran.
" Semenjak kamu dan Arkan menikah, papa belum pernah memberikan hadiah pernikahan untuk kalian berdua, jadi papa akan memberikan hadiah untuk kamu dan suami kamu," jelas Suroto.
" Saya, rasa itu tidak perlu," sahut Arkan langsung menolak sebelum di berikan.
" Nak, Arkan, hadiah yang saya berikan tidak seberapa di bandingkan dengan semua usaha kamu, kamu juga sudah membebaskan Serra, membuktikan Serra tidak bersalah, jadi saya akan memberikan kalian berdua hadiah," jelas Suroto.
" Memang mas ingin memberikan hadiah apa," sahut Yasmine penasaran.
Suroto tersenyum dan mengambil amplop putih dari saku jasnya.
" Ambillah Arkan," ucap Suroto memberikan pada Arkan, Arkan yang ragu, mulai mengambilnya.
" Apa ini?" tanya Arkan.
" Buka saja," sahut Suroto mempersilahkan.
Arkan pun membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya berupa 2 buah tiket.
" Maksudnya," tanya Arkan.
" Apa itu Arkan," tanya Serra yang memang tidak tau.
" Tiket bulan madu ke Eropa," sahut Suroto.
Yasmine, tidak percaya bahwa suaminya akan memberikan tiket bulan madu kepada anak tirinya dan juga mantan kekasihnya. Hatinya sungguh panas mendengar mendengarkan semua itu.
" Maksud papa apa, papa ingin aku dan Arkan," ucap Serra yang sebenarnya juga kaget, kalau papanya punya pikiran seperti itu.
" Sayang kamu dan Arkan kan sudah menikah, kalian ber-2 juga sudah melewati banyak hal, jadi papa ingin kalian liburan bersama," ucap Suroto lagi.
" Maaf Pak Suroto tapi saya..." Arkan tidak melanjutkan kalimatnya saat melihat Serra.
Hay para readers.
😄Follow
😄Coment
😄Like
😄Vote
🌹jadiin favorite kalian ya.
🌹ditunggu komentarnya, kasih saran yang 🌹banyak ya.
🌹Aku akan up yang banyak kalau kalian terus dukung karya ku🌹
benar2 ya arkan si maha sempurna
dasar arkan maha sempurna, muak aku dg sifatnya
aku lbh suka klau endingnya serra gk sama arkan lagi, mungkin dg dokter mata serra nanntinya jatuh hati sama pasiennya, itu akn lebih seru daripada sama si arkan yg maha sempurna eh sok sempurna maksudnya 🤭
meinikah bukan karna cinta, tidak mau meninggalkan trus apa masalahmu wahai arkan yg sok sempurna
apa sesusah itu meyakinkan hati,
seenaknya sendiri gk suka dibantah tapi selalu membantah, mana ada orang yg seperti itu
saranku ya serra kamu tinggalin aja arkan diam2 biar tau rasa tuh orang yg maha sempurna 😏