WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-EPISODE 29-
Luwis Hubert seorang pria bertubuh tinggi dan ideal, tentunya dia adalah pria mapan yang tampan, Luwis sudah di takdirkan menjadi orang kaya sejak di lahirkan ke dunia.
Keluarganya memiliki kekuasaan yang cukup besar dan juga berpengaruh pada dunia bisnis, dan kini posisi ayahnya telah ia gantikan semenjak Luwis lulus dengan prestasi Cumlaude di Cambridge University Inggris.
Pria itu berdiri dan sedikit bosan, sepanjang mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan air, karena kini kapal pesiar mewah itu berlayar di tengah tengah samudra lautan lepas.
Akhirnya mata nya yang berwarna biru jernih tertuju pada sosok gadis cantik yang mungkin ia kenal, ia terlihat berkilau di bawah cahaya matahari.
Laura sedang berjemur, meski dibawah payung besar untuk menghalangi teriknya matahari membakar langsung ke kulit tubuhya.
Gadis itu berbaring memakai baju casual, celana pendek dan t-shirt berlengan pendek tak lupa kacamata hitam nya seolah-olah sedang sibuk membaca buku, padahal yang sesungguhnya matanya sedang mengawasi Zafran yang sedang berenang dengan para wanita.
Wanita-wanita itu sangat berani dan benar-benar liar, pakaian renang yang mereka kenakan bahkan sangat terbuka dan minim.
Kemudian Gaby datang menyusul Zafran dan bergabung untuk berendam dengan Zafran, hanya dengan tatapan Gaby yang membunuh pada para wanita, mereka dengan cepat menepi dan lebih memilih untuk berenang sedikit memberi jarak.
"Kenapa mereka tidak telanjang saja."
Gerutu Laura pelan.
Luwis berjalan menuju kolam renang dan duduk di sebelah Laura yang sedang berbaring di kursi baringnya. Sontak gadis itu menoleh dan kemudian membuka kacamatanya menaruhnya di atas kepala.
"Ternyata benar kau."
Kata Luwis.
Laura terkejut tak percaya, namun akhirnya senyuman mengembang di wajahnya, gadis itu hampir tidak percaya dengan penglihatannya.
"Apa benar kau Luwis?"
Tanya Laura bersemangat.
Luwis mengangguk pelan, dengan senyuman yang terlukis ramah di wajahnya.
"Aku tidak melihatmu di acara malam pesta ulangtahun Philip, dan ketika memasuki kapal?"
Laura terperangah.
"Aku datang terlambat, ada pekerjaan yang harus ku urus dulu, dan aku baru saja tiba memakai helikopter."
Kata Luwis.
"Apa kau sudah bertemu Philip?"
Tanya Laura.
"Hm... Sudah."
Luwis mengangguk ramah.
"Kenapa kau bisa berada di tempat seperti ini."
Tanya Luwis yang penasaran.
"Aku bekerja di Perusahaan Hitz, dan ternyata boss ku adalah Zafran."
Laura memanyunkan bibirnya.
"Jadi, dengan memakai kekuasaannya, dia mengatur dan memaksamu untuk ikut dengannya di acara-acara seperti ini?"
"Bukan begitu, sulit menjelaskannya, ceritanya panjang, yang jelas aku tidak di paksa, aku dan dia terikat perjanjian kerja."
Kata Laura dan berfikir sejenak.
"Kenapa aku membela si pria dingin itu?"
Ujarnya dalam hati.
Dari kejauhan Zafran mengamati dengan perasaan tidak senang, seketika mood pria itu berubah dan mendadak ia naik dari kolam, pria itu mengambil handuk kemudian berbicara sesuatu pada Stark dan tak berapa lama Stark pergi.
Zafran kemudian berjalan ke arah Laura untuk berjemur di kursi rebah di samping Laura.
Sedangkan Gaby masih berenang di kolam, merasa ia ditinggal Zafran tanpa sepatah kata, wanita itu melihat ke mana Zafran pergi.
"Aku sudah muak dengan pel*cur itu."
Kata Gaby geram dan memukul air.
"Siapa yang kau maksud?"
Kata salah satu teman Gaby yang bernama, Bertha.
"Gadis yang ada di samping Zafran, aku sangat membencinya, dia berlagak polos dan lugu, sok suci!!! Munafik!!!"
Geram Gaby.
"Aku punya rencana bagus, apa kau mau dengar?"
Kata Bertha.
Gaby melihat ke arah temannya, sedangkan Bertha membalas dengan senyuman licik.
Zafran berjemur dan memakai kacamatanya, berlagak sedang tertidur.
"Buku apa yang sedang kau baca."
Tanya Luwis.
"Oh aku sedang membaca novel, sesekali ketika aku sedang memiliki waktu luang seperti sekarang, aku sempat mengambilnya tadi dari ruangan meeting."
Jawab Laura.
"Apa kau masih ingat Laura, waktu kau menangis hanya karena salah satu teman kita tidak sengaja menjatuhkan novelmu ke dalam kolam ikan."
Luwis tertawa.
"Ya, waktu itu aku menangis hanya karena novel ku jatuh ke kolam, tapi novel itu edisi terbatas dan saat itu tidak semua orang bisa mendapatkannya."
Laura tertawa juga.
"Bisakah kalian jangan ribut, mengganggu orang yang sedang tidur!!!"
Kata Zafran dan memandang ke arah Luwis dan Laura.
"Kalau kau ingin tidur pergilah ke kamarmu, kenapa malah tidur di sini, kau tidak takut kulitmu hitam dan berubah jadi kentang!!!"
Laura menjawab dengan ketus.
Luwis tersenyum kecut seolah mengejek kekalahan Zafran ketika berdebat dengan Laura.
"Begitukah ucapanmu pada orang yang memberimu gaji bulanan?"
Tanya Zafran.
Laura seketika terdiam tak bisa mengelak.
"Dari dulu Laura siswa yang pintar, banyak perusahaan yang tentunya mau mempekerjakannya."
Kata Luwis menyindir Zafran.
"Aku tidak memaksanya, dia sendiri yang mau bekerja denganku, memang benar banyak yang mau memperkerjakannya, tapi banyak juga yang mau memanfaatkannya untuk menemani mereka bersenang-senang."
Sahut Zafran.
"Termasuk dirimu bukan?!"
Balas Luwis.
"Aku tidak punya pikiran selicik itu, mungkin kau yang lebih ahli untuk segala jenis pikiran picik!"
Zafran kini membuka kacamatanya dan menatap tajam pada Luwis.
"Kau tidak bisa melemparkan bola panas pada orang lain ketika kau tidak bisa mengelak, dengan jelas kau memaksa Laura mengikuti mu bahkan di acara-acara seperti ini."
"Seperti ini bagaimana maksudmu? Ini acara ulang tahun Philip, seperti pepatah sekali dayung 2 3 pulau terlampaui, ada pesta ada pertemuan bisnis juga, seolah kau pria paling suci bahkan kau juga datang kesini, ku dengar sebelum kesini kau juga sedang berada di pertemuan bisnis... Di tempat Falco."
Kata Zafran ketus.
"Falco?"
Tanya Laura mulai tak faham dengan arah perdebatan mereka.
Tidak ada yang mulai menjawab pertanyaan Laura, tentang siapa itu Falco.
"Oke, tidak ada yang mau menjawab pertanyaanku, tapi bisakah kalian jangan bertengkar?"
Kata Laura melerai.
"Tidak bisakah sekarang kalian berteman, setelah 10 tahun berlalu, kenapa kalian masih bermusuhan?"
"Untuk pikiran licik aku yakin kau jauh lebih paham, bahkan saat usia mu masih bersekolah, kau sudah sangat terlatih."
Kata Zafran lagi, seolah tidak memperdulikan kalimat Laura.
"Kau mengalihkan topik pembicaraan, mengungkit-ungkit masalah yang sudah lama dan menuduh tanpa alasan, itu hanya untuk menutupi kesalahanmu."
Sahut Luwis.
Luwis berdiri dan Zafran juga berdiri, mereka bersitegang.
Laura ikut berdiri diantara para pria mencoba untuk menenangkan.
"Luwis aku berada di sini tidak ada paksaan, dan Zafran tidak memaksaku, aku sedang bekerja pada Zafran. Lalu aku tidak tahu apa yang sedang kalian bicarakan tentang siapa siapa yang picik, ada masalah apa kalian sewaktu kita masih sekolah, dan siapa Falco?"
Laura geram.
"Kau bisa menanyakannya pada si pengecut ini, apa yang sudah ia lakukan saat kita masih sekolah."
Kata Zafran menunjuk Luwis dengan mata tajamnya.
Luwis menelan ludahnya sedangkan Laura hanya memandang Luwis seolah menunggu jawaban, ia masih tidak faham apa yang Zafran maksud.
.
.
.
~bersambung~