Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.
Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Air sungai di balik bendungan itu bergemuruh seperti binatang raksasa yang baru saja dibangunkan dari tidur panjang. Suaranya mengguncang dada, menggetarkan tanah, dan membuat semua prajurit menelan ludah ketakutan.
Retakan di sisi selatan semakin melebar.
Air mulai memercik keluar, hanya sedikit tapi cukup untuk memberi tanda bahwa waktu mereka hampir habis.
Han Sunyi memandang seluruh pemandangan itu dengan mata yang membara. “Li Feng.”
“Kita harus memperkuat bendungan sementara,” jawab Li Feng cepat.
“Tidak,” Sunyi menggeleng pelan. “Bangunan sebesar itu tidak bisa diperbaiki dengan tenaga manusia dalam satu jam.”
“Nona Kau mau apa?” Zhi Dao panik.
Untuk pertama kalinya sejak mereka mengenalnya, Han Sunyi tidak menjawab.
Ia hanya berdiri, menutup mata, dan mengangkat tangan kirinya perlahan.
Bunga sakura kecil yang selalu menjadi tato samar di pergelangan tangannya…
mulai bersinar.
Cahaya merah muda mekar seperti kelopak yang tertiup angin.
Udara di sekeliling berubah.
Angin berhenti seolah takut bergerak.
Bahkan air di bendungan seperti menahan diri.
“Ap… apa itu?” Mei Lian berbisik, tidak mampu mengalihkan pandangan.
Bai Ren, yang jarang sekali serius, justru terlihat ngeri. “Dia… benar-benar akan menggunakannya…”
Yu Qian mendecak kaget. “Menggunakan apa?!”
Bai Ren perlahan menjawab, “Warisan Sakura Abadi… artefak dari zaman Raja Naga. Sesuatu yang bahkan kami tidak yakin benar-benar ada.”
Zhi Dao menelan ludah. “Aku tahu Nona Han punya banyak rahasia… tapi ini…”
Sementara itu, Li Feng menatap Sunyi dengan campuran kekhawatiran dan ketakjuban.
Ia tahu Sunyi kuat.
Ia tahu Sunyi bukan wanita biasa.
Tapi ia tidak pernah membayangkan ini.
Tiba-tiba, udara di sekitar Sunyi bergetar, dan cahaya sakura mengalir dari tangannya seperti aliran energi.
Lalu—
tato bunga sakura di lengannya bergerak.
Bukan sekadar bersinar.
Gerakannya seperti kelopak bunga hidup yang membuka diri.
“Apa-apaan…” Yu Qian melangkah mundur.
Bunga sakura itu “mekar” sepenuhnya dan dari tengahnya muncul sebuah benda kecil berbentuk bulat, seperti batu permata berwarna jernih dengan kelopak tipis mengitari.
Han Sunyi menggenggamnya dengan lembut.
Kelopak artefak itu berputar pelan dan meneteskan sinar seperti embun.
Mei Lian menutup mulutnya. “Sungguh… indah…”
Zhi Dao gemetar. “Tuan… kau benar-benar…”
Sunyi tidak menatap siapa pun.
Ia berjalan maju menuju tepi dataran tinggi, tepat menghadap retakan bendungan.
Awan di langit bergerak cepat, berkumpul di atasnya seperti merasa dipanggil.
Li Feng melangkah mendekat.
“Sunyi… kau yakin ini aman untuk tubuhmu?”
Ia menjawab tanpa menoleh.
“Ini satu-satunya cara.”
Li Feng ingin menahan, namun ia tahu tatapan itu.
Tatapan seorang pemimpin yang sudah memutuskan.
Han Sunyi mengangkat artefak sakura itu tinggi-tinggi.
DUUUAR!!!
Sinar merah muda memancar ke langit dan memecah awan, membentuk pusaran energi besar.
Angin berdesir, lalu berubah menjadi badai.
Daun-daun sakura yang bahkan tidak ada di daerah itu muncul dari pusaran angin dan berputar mengelilingi Sunyi seperti pelindung.
Para prajurit menutupi wajah mereka dari cahaya.
Bo Yuan, yang sedang tersandar dengan tubuh setengah hancur, terbelalak.
“A-apa itu… ilmu sesat apa lagi ini?!”
Sunyi membuka kedua matanya.
Tatapannya berubah lebih tajam, lebih dalam, dan lebih tua… seolah menyimpan ribuan tahun.
“Sakura Realm, Benteng Seribu Kelopak.”
Kelopak-kelopak cahaya terbang ke arah bendungan dan menempel pada retakan seperti lembaran pelindung.
Setiap kelopak yang menempel mengeluarkan cahaya, menyatukan patahan dan memperkuat dinding seolah terbuat dari baja suci.
Yu Qian, yang paling rasional, melongo.
“Ini… ini bukan teknik manusia… ini... ini…”
Mei Lian menitikkan air mata haru. “Sungguh seperti dewi…”
Zhi Dao berlutut. “Nona Han… luar biasa…”
Bai Ren menelan ludah keras. “Heh… kalau begini… memang tidak ada yang bisa menandingi dia.”
Bendungan yang hampir runtuh kini diselimuti ribuan kelopak sakura bercahaya.
Air yang tadinya mengalir melalui retakan berhenti total.
Desa selamat.
Han Sunyi perlahan menurunkan tangannya.
Kelopak-kelopak yang tersisa berputar pelan lalu kembali masuk ke dalam tatonya, menghilang seperti asap.
Sunyi sedikit goyah.
Li Feng langsung menangkap bahunya.
“Sunyi! Kau baik-baik saja?”
Ia mengangguk. “Aku… baik. Hanya sedikit lelah.”
Li Feng menatapnya lama.
“Jangan lakukan itu sembarangan lagi.”
Sunyi tersenyum tipis. “Tidak ada yang sembarangan dalam menyelamatkan rakyat.”
Zhi Dao dan prajurit lain bersorak kecil, menahan rasa kagum.
Tapi mereka belum selesai.
Bo Yuan bangkit.
Tubuhnya gemetar tapi matanya merah penuh kebencian.
“Kalian pikir… hanya karena menyelamatkan bendungan lalu menang?! Tidak! Kalian tetap kalah! Li Feng tetap akan jatuh dari tahta!”
Ia meraih sesuatu dari balik pinggangnya—
sebuah kotak kecil bersimbah darah.
“Kalau bendungan tidak hancur… aku akan meledakkan desa-desa itu secara langsung!”
Li Feng menggeram.
“Berani sekali kau—”
Belum sempat ia bergerak, Bo Yuan membuka kotak itu.
Di dalamnya ada tiga kelereng hitam kecil, benda peledak berkekuatan tinggi.
Bo Yuan hendak menghancurkannya dengan tenaga dalam.
Mei Lian menjerit. “H-hiyaaaa!! Hentikan dia!!”
Li Feng siap menebas Bo Yuan.
Zhi Dao bergerak.
Yu Qian menghunus pedang.
Tapi mereka… terlambat.
Karena ada suara lain yang terdengar terlebih dahulu.
TWIIIING!!!
Suara melengking panjang.
Panjang… jernih… dan asing.
Semua orang membeku.
Sebelum mereka bisa memahami apa itu, tiga cahaya merah muda melesat menembus udara, sangat cepat—nyaris tidak terlihat.
Cahaya itu mengenai setiap kelereng hitam di tangan Bo Yuan.
DUP! DUP! DUP!
Ketiga kelereng itu terpental ke tanah…
tanpa meledak.
Sunyi berdiri diam, satu tangan terangkat ke udara.
Di tangannya busur panjang berwarna putih salju, dihiasi ukiran bunga sakura.
Busur itu muncul seperti dilahirkan dari cahaya, bukan benda fisik biasa.
Di bahunya tergantung tabung anak panah kecil, hanya berisi lima buah panah putih dengan ujung merah muda bercahaya.
Panah sakura panah legenda.
Bo Yuan bergetar ketakutan. “Itu… itu mustahil… busur itu tidak nyata… itu hanya mitos…!”
Li Feng ternganga. “Sunyi… apa kau… selama ini memiliki…?”
Zhi Dao jatuh terduduk. “Tidak mungkin… busur Raja Naga… busur Sakura Abadi…”
Bai Ren hampir pingsan. “Astaga… bahkan aku baru lihat sekarang…”
Mei Lian memandang Sunyi dengan tatapan campuran kagum dan takut.
Sosok itu… bukan hanya wanita kuat.
Ia seperti jenderal surgawi turun ke bumi.
Han Sunyi menarik satu anak panah.
Busur itu bersinar.
Angin berhenti.
Dunia seolah memusat pada dirinya.
“Bo Yuan…” ucap Sunyi, suaranya pelan namun menggetarkan.
“Kau telah mengkhianati negara, membunuh rakyat, dan berani mengancam enam desa. Kau tidak layak hidup.”
Bo Yuan mencoba lari.
Panah ditembakkan.
SWOOOSH!!!
Panah itu melesat seperti cahaya.
Tidak terdengar angin, tidak ada gesekan.
Hanya cahaya.
Panah itu menembus dada Bo Yuan.
Bukan darah yang keluar, melainkan pecahan energi hitam—tanda bahwa jiwa pengkhianat itu telah dihancurkan.
Bo Yuan jatuh.
Mati seketika.
Semua prajurit pengkhianat yang tersisa gemetar dan melempar senjata.
“Kami menyerah! Kami menyerah!!”
Zhi Dao dan Yu Qian mengikat mereka.
Li Feng mendekat dan menatap Sunyi lama.
“Seharusnya kau bilang kalau kau punya kekuatan seperti ini…”
Sunyi menyimpan busurnya kembali ke dalam tato sakura.
Sinar itu memudar.
“Kau tidak bertanya,” jawab Sunyi tenang.
Li Feng tertawa pendek. “Sunyi…”
Ia akan bicara sesuatu…
tapi Sunyi memalingkan wajah.
“Kita punya pekerjaan. Bendungan harus diperkuat sampai para arsitek sungguhan datang. Dan para pengkhianat harus dibawa kembali.”
Zhi Dao tersenyum bangga.“Seperti biasa… Hebat tapi tetap fokus.”
Mei Lian berlari mendekat.“Nona Han! Kau luar biasa! Kau… kau menyelamatkan semua orang!”
Sunyi menepuk kepala gadis itu lembut.“Terima kasih atas teriakan peringatanmu tadi. Kaulah yang menyelamatkan nyawaku.”
Mei Lian memerah seperti kepiting rebus.“Ah… aku… itu cuma kebetulan…”
Zhi Dao berdiri di sampingnya, wajahnya sulit disembunyikan bangga sekaligus cemas.
“Tapi lain kali… jangan ikut turun.”
Mei Lian memelototinya. “Aku ikut karena aku peduli!”
Zhi Dao langsung tersedak napas.
Bai Ren dari belakang berteriak:
“AKU CUMA MENINGGALKAN KALIAN SATU MENIT LALU KENAPA CERITANYA JADI KOMPLIKASI BEGINI?!”
Han Sunyi menghadap ke bendungan.
Kelopak sakura masih menempel, tapi cahaya mereka perlahan meredup.
Ia menutup mata.
Bendungan aman.
Warga selamat.
Bo Yuan mati.
Tapi ini…
baru awal.
Karena seseorang di balik Bo Yuan…
akan segera muncul.
Tangan Li Feng menyentuh pundaknya.
“Kita pulang terlebih dahulu. Istirahatlah. Aku akan memikirkan sisanya.”
Sunyi membuka mata dan mengangguk.
Tapi dalam hatinya ia tahu…
Pertempuran sebenarnya baru dimulai.
Bersambung
emang boleh semenakutkan itu ,,, 🤭🤣🤣🤣
TUUAAAAA🤭🤣🤣🤣🤣
🤭🤣🤣
drumah ku ad bayi ta ta ,, 🤭🤣
cerita ny bnr2 bagus bgt ,,
sukaaaa ,,
sehat2 terus yx kak author ,,
seperti cerita yg udh2 ,,
waah seruu Ni ,,
semangat trus kak ,,
sehat2 selalu ,,