Kesalahan fatal yang Zea lakukan untuk kabur dari bodyguard telah merubah seluruh hidup nya , karena ingin bersembunyi membuat Zea tanpa sadar masuk kedalam kamar seorang Mafia yang tengah mabuk .
Malam itu telah merubah segalanya hingga Zea harus menikah dengan Axel karena meraka telah melewatkan satu malam bersama .
" Mau kemana Girls?" pertanyaan Axel menatap noda diatas ranjang dengan tatapan sayu.
" Mau pulang " tangis Zea duduk memeluk lututnya, menangis sejadi-jadinya.
Axel menatap ke arah pintu yang terdengar ramai sekali orang diluar bahkan sudah terdengar baku hantam yang tak terelakkan.
yuk baca🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
" Jangan bicara soal dosa , kriminal kayak tuan nggak pantas bicara dosa" pernyataan Zea .
" Justru itu , kriminal seperti ku terbiasa berdosa tapi kamu kan wanita baik-baik masa mau banyak dosa cuma gara-gara melawan aku " ucap Axel dengan seenaknya.
" Semua tuan yang salah " kata Zea .
" Zea sepertinya aku mau ganti hukuman agar kamu jera dan mengikuti perintahku " ucap Axel tersenyum simpul menepuk tangan nya beberapa kali.
" Berikan alat itu " ucap Axel yang dengan cepat diberikan pelayan nya .
Mata Zea langsung membulat sempurna dan melempar pompa asi yang dipegang Axel kedalam tong sampah.
" Gila " teriak Zea berdiri didepan Axel dengan emosi .
Axel meletakkan sebelah tangan nya di pinggang Zea dan dalam sekali tarikan Zea sudah duduk pangkuan nya .
" Jika masih tidak patuh aku akan menghisap dan memompa nya agar keluar dari tubuh mu " ucap Axel dengan senyum menggodanya .
" Bagaimana bisa dilakukan jika aku tidak hamil dan punya bayi maka,"
" Zea aku sendiri yang akan menjadi bayinya , jika kamu terus melawan dan tidak mau menuruti perintahku " ucap Axel mengelus pinggang Zea .
" Kau benar-benar,"
" Maka dari itu jangan melawan , aku akan bersikap baik jika kamu tidak melawan ku" ucap Axel dengan cool merapikan dasinya dan melepaskan Zea .
" Bagaimana aku tidak melawan pada orang yang bersikap semena-mena seperti,"
" Zea apa susahnya memanggil Baba" ucap Axel .
" Atau jika tidak suka boleh panggil aku dengan panggilan spesial yang lain " bisik Axel kedekat telinga Zea .
" Ahhh, Zea kau benar-benar membuat aku terobsesi " batin Axel memegang pinggang Zea dan mengecup lehernya.
" Tidak ada panggilan spesial yang cocok untuk orang pemarah dan semena-mena seperti mu " cemberut Zea .
" Tidak mau mendengarkan penjelasan ataupun mengerti apa yang orang lain inginkan, seperti bapak-bapak yang memarahi anaknya " kesal Zea .
" Zea tentukan panggilan mu sekarang atau hukuman mu akan dimulai dalam 5 menit lagi " ucap Axel memeluk Zea dengan erat yang bahkan tidak akan bisa lepas jika tidak Axel yang melepasnya.
" Baiklah, Baba tolong lepaskan aku " kata Zea dengan baik-baik yang tentu saja dilepaskan Axel dengan senang hati karena mau menurut .
" Satu lagi Zea , aku menunggu jawaban atas pembicaraan kita semalam sampai sore nanti " tambah Axel meminum segelas air putih .
" Ohhh iya, kamu ingin minta apa ?" tanya Axel yang sudah selesai sarapan.
" Baba aku akan menurut padamu dan mau hamil tapi,"
" Tapi ?" ucap Axel mengangkat sebelah alisnya.
" Tapi aku mau kebebasan" pernyataan Zea yang membuat ekspresi wajah Axel langsung berubah sampai keningnya mengerut .
" Aku tetap tinggal sama Baba dan bakalan patuh , tapi Baba harus janji kasih aku kebebasan melakukan sesuatu yang aku inginkan dan bertemu orang-orang" kata Zea memegang tangan Axel .
" Gimana Baba mau ?" tanya Zea .
" Aku akan memberikan kamu kebebasan tapi kebebasan dalam batasan wajar jika kamu melampaui itu,"
" Tidak akan Baba, aku cuma mau bebas aja dan hidup seperti wanita pada umumnya" ucap Zea sungguh-sungguh.
" Mmmm, baiklah " kata Axel menyetujui karena memang tidak baik juga dia terlalu mengekang Zea yang akan mempengaruhi hubungan pernikahan mereka.
...........
Pagi ini Zea berangkat kekampus bersama Axel " Baba apa sekarang aku boleh bekerja ?" tanya Zea menatap Axel yang duduk disebelahnya menatap ponsel .
" Untuk apa bekerja habiskan saja uang hasil kerjaku itupun kalau kamu sanggup menghabiskan nya " ucap Axel masih fokus menatap ponselnya.
" Tapi nanti Baba kira aku matre dan cuma beban karena habisin uang Baba " ucap Zea menatap Axel , sebab itulah dia ingin bekerja.
" Kapan aku bicara soal itu? " pertanyaan Axel menatap Zea .
" Jadi aku boleh belanja-belanja seperti dulu ?" tanya Zea .
" Tentu " ucap Axel mengelus kepala Zea dengan rasa bersalah , tekanan dan peraturan mengekang Axel telah menghancurkan kepribadian Zea hingga wanita seceria nya menjadi murung dan hidup dalam ketakutan.
Ting
Zea membaca notifikasi yang masuk ke ponsel dan langsung menarik nafas panjang dengan cemberut.
" Kenapa?" pertanyaan Axel.
" Dosennya nggak jadi masuk" lesu Zea .
" Tau gitu mending aku tidur , udah bangun pagi dan siap-siap dosennya malah nggak masuk . Kenapa tidak mengabari dari semalam " sama seperti mahasiswa pada umumnya Zea jadi bad mood membaca pesan seperti itu.
" Baba aku boleh ikut kekantor?" tanya Zea memegang tangan Axel yang duduk disebelah nya berharap Axel mau membawanya .
Axel hanya mengangguk namun tatapan nya tidak sedetikpun beralih dari wajah Zea yang kembali ceria saat Axel mau membawanya .
" Aku berjanji akan memberimu kebebasan tapi menurut padaku ya " ucap Axel mengelus-elus tangan Zea yang dipegang nya .
" Iya " kata Zea mengangguk .
Sesampai di perusahaan Zea berjalan di sebelah Axel tersenyum pada beberapa orang yang menyapa nya .
" Baba kalau dilihat-lihat ganteng juga " batin Zea menatap Axel saat mereka berada di lift .
" Apa aku buat aja ya Baba jatuh cinta sehingga nanti saat aku hamil dan melahirkan anaknya bisa merubah sikapnya secara perlahan " Zea tau kalau dia tidak akan pernah bisa lepas dari Axel apalagi setelah hamil nanti .
Zea merasa dari pada terus meratapi nasib yang membuat dirinya tidak akan pernah merasa bahagia sebaiknya dia mencoba mencintai Axel yang sudah berstatus suaminya .
Mungkin itu bisa menjadi awal yang lebih baik dengan Zea mencoba menerima pernikahan ini sekaligus demi anaknya nanti yang tidak mungkin akan hidup bahagia jika kedua orang tuanya saja tidak akur .
" Zea 10 menit lagi aku akan menghadiri rapat direksi , kamu ingin menunggu diruangan saja atau ikut ?" tanya Axel begitu sampai diruangan nya langsung mempersiapkan beberapa berkas penting diatas mejanya .
" Mau ikut " kata Zea meletakkan tas nya diatas meja Axel .
" Ayo cepatlah" kata Axel segera berjalan tapi tangan nya dipegang Zea .
" Baba dasinya belum rapi " kata Zea berjinjit merapikan dasi Axel.
Muachhh.
" Semangat kerjanya " kata Zea mengecup pipi Axel dengan cepat setelah merapikan dasinya .
Axel masih melek ketika untuk pertama kalinya selain mendapatkan perhatian lebih Axel juga dikecup Zea .
" Baba ayo nanti telat " kata Zea tanpa dosa padahal hanya dengan satu kecupan nya telah membuat jantung Axel berdegup kencang.
" Iya " kata Axel dengan gelagapan berjalan mengikuti Zea yang menggenggam tangan nya.
" Baba ruangan nya dimana ?" bingung Zea yang sudah berjalan cukup jauh namun tidak menemukan ruang rapat sementara Axel hanya mengikuti saja .
" Tuan ruangan nya berada di sayap kiri perusahaan" ucap Rich menghampiri dengan buru-buru karena Axel seperti tidak fokus bahkan hanya mengikuti Zea .
" Ehhhh, astaga " Axel tiba-tiba memijat pelipisnya menatap kebelakang kenapa dia seperti hilang akal hingga hanya mengikuti langkah Zea yang juga tidak tau dimana ruangan harusnya Axel yang menunjukkan padanya .
" Ruang, ruangan nya sebelah sana " kata Axel mengajak Zea segera kesana