GUBRAAKK !! Suara itu menyerupai nangka berukuran 'babon' jatuh dari pohon yang tinggi. Xavier (Zac) segera berlari meloncati semak-semak untuk segera mengambil nangka yang jatuh. Sesampainya di bawah pohon nangka, Xavier tidak melihat satu pun nangka yang jatuh. Tiba-tiba...
"Siapapun di sana tolong aku, pangeran berkuda putih, pangeran kodok pun tidak apa-apa, tolong akuu ... "
Di sanalah awal pertemuan dan persahabatan mereka.
***
Xavier Barrack Dwipangga, siswa SMA yang memiliki wajah rusak karena luka bakar.
Aluna Senja Prawiranegara, siswi kelas 1 SMP bertubuh gemoy, namun memiliki wajah rupawan.
Dua orang yang selalu jadi bahan bullyan di sekolah.
Akankah persahabatan mereka abadi saat salahsatu dari mereka menjadi orang terkenal di dunia...
Yuks ikuti kisah Zac dan Senja 🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Putus!
Pagar tinggi menjulang dengan penjagaan ketat ada di hadapan mobil Zac, hari itu ia ditemani Rosi yang bertugas mengantar Zac kemana pun pria itu ingin pergi. Bukan Zac tidak memiliki teman cowok, tapi hari itu hanya Rosi yang bersedia menjadi supirnya seharian.
"Kamu yakin ini rumah si gemoy itu?" tanya Rosi sambil meremas setirnya.
"Rose namanya Senja bukan si gemoy!"
"Emang dia gemoy kok! Ada anjing herder nya gak, Zac? Gue takut!"
"Macan, harimau, ular semua binatang langka mereka punya."
"Gila! Serem banget."
Seorang security menghampiri mobil sport hitam berlogo kuda jingkrak itu. Rosi menurunkan kaca pengemudi.
"Selamat pagi pak... Bisa bertemu Senja?" tanya Rosi sopan.
"Selamat pagi mba, sebentar kami tanyakan ke dalam dulu mba."
Cukup lama mereka menunggu, akhirnya pintu gerbang mewah itu terbuka lebar karena seseorang menekan remote dari dalam. Perlahan mobil sport itu meluncur dengan halus menuju halaman rumah mewah milik Bastian.
Zac keluar mobil masih menggunakan kruk untuk menyangga kakinya yang masih belum stabil untuk berdiri lama.
Mobil sport mewah edisi terbatas itu sontak menarik perhatian dua orang muda mudi yang sedang duduk memadu kasih di gazebo halaman depan, Shaka dan Rani. Shaka berdiri melepaskan Rani dari pangkuannya. Sejak menjalani rehabilitasi ketergantungan obat terlarang, Shaka dan Rani menjalani pernikahan kontrak untuk membayar kesalahan keluarga Sebastian pada Rani.
"Oh kamu! Ada perlu apa ke sini, dan bawa cewek baru kamu ke sini? Belum puas nyakitin adikku?" serang Shaka.
"Shaka, sepertinya ada salah paham di sini. Rosi bukan cewe aku, dia sahabat aku," ucap Zac
"Oh ya, sahabat? tapi kalian pelukan di stadion waktu itu." sela Sam dari arah pintu rumah.
"Stadion? Maksudmu apa?" Zac mengernyitkan kening sambil mengingat kejadian yang Sam katakan.
"Kami melihatnya, Zac. Terutama Senja. Dia melihat kamu sedang berpelukan dengan perempuan ini." Sam menunjuk Rosi dengan dagunya
Rosi yang tadinya hanya berdiri bersandar di badan mobil akhirnya terpancing.
"Jangan sembarang kamu ngomong ya, nggak pernah kami pelukan, kami murni sahabat!" bantah Rosi.
"Mana ada orang selingkuh ngaku!" serang Samudera
Rosi maju beberapa langkah, tangannya melayang ke arah wajah Sam.
Plak!
Semua orang terpaku akan keberanian Rosi, terutama Sam. Sesaat Sam hanya terdiam mematung sambil menatap heran juga marah pada Rosi. Namun perlahan ia mengusap pipinya yang terasa panas kena tamparan.
"Jangan sembarang kalau ngomong, kita sahabat, tidak ada perselingkuhan di antara kami. Gue bukan cewe gampangan!" Rosi mengepalkan telapak tangannya ingin meninju wajah Sam.
"Ros, jangan buat keributan. Please lebih baik kamu masuk ke mobil!" bentak Zac.
"Woah! Cewe bar bar satu ini! Sayang kamu perempuan, kalau laki-laki sudah habis wajahmu!" ancam Sam menatapnya penuh kemarahan.
"Lo pikir gue takut sama lo, hah?!" balas Rosi.
"Rose, masuk mobil!" bentak Zac lagi.
Rosi menghentakkan kakinya ke aspal, lalu menatap tajam ke arah Sam. Ia menunjuk mata Sam dengan dua jarinya. "Gue tandain lo ya! Masalah ini gue anggap belum selesai sebelum lo minta maaf sama gue." lalu gadis itu berbalik meninggalkan Zac dan masuk ke dalam mobil.
Sam mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya menatap punggung kecil gadis bar bar itu.
Sementara Shaka dan Rani hanya menonton perdebatan kedua sahabat yang sedang salah paham. Shaka tersenyum sinis ke arah Zac dan Sam. Ada rasa bahagia menyelinap di dadanya melihat pertengkaran kedua sahabat itu.
"Ayo sayang, kita lanjutkan kemesraan kita di kamar. Menganggu saja!" ucap Shaka sinis ke arah Zac, sambil menarik tangan istri kontraknya masuk ke dalam rumah.
"Sam, aku datang bukan ingin ribut. Aku ingin bertemu Senja, jelaskan apa salahku."
"Masih belum jelas ucapanku tadi? Senja melihat kamu sedang berpelukan dengan cewe bar bar itu!" tunjuk Sam pada Rosi.
"Itu tidak benar, kami tidak pernah melakukan itu, Sam." suata Zac meninggi beberapa oktaf.
Senja keluar rumah ketika mendengar keributan.
"Buat apa kaka ke sini lagi, sana pergi! Aku tidak ingin bertemu kaka lagi."
"Nja, kamu salah paham. Rose sahabatku, kamu tahu kan waktu kita main ke rumah bude Darmi, Rose juga minta di make up karakter putri salju sama kamu. Masa kamu lupa?" dengan menggerakkan kruk di tangannya, Zac mendekati Senja. "Waktu itu kamu mendadani teman-temanku, kita foto bareng setelahnya. Aku tidak ada hubungan dengan Rose. Aku cuma inginkan kamu, Nja."
Senja memutar memorinya, mengingat wajah Rosi saat itu. Perubahan Rosi sangat jauh berbeda, sekarang gadis itu lebih tinggi, lebih feminim dan terlihat lebih glowing dari waktu itu. "Tapi... Aku lihat sendiri kaka peluk dia! Di rumah sakit... Kalian juga berciuman!" Senja cemberut.
"Kalau yang kamu maksud di ruang kesehatan saat itu, kami tidak sedang berpelukan Nja, aku menahan sakit di lututku, hanya ada dia di sampingku makanya aku mencengkram lengannya. Ciuman? Apalagi itu, aku tidak melakukannya, Nja!"
"Aku nggak percaya! Dia cantik, dia langsing, bisa aja kaka tergoda padanya."
"Kamu cemburu? Aku bahagia kalau kamu beneran cemburu, artinya kamu cinta sama aku. Tapi aku sedih kalau kamu curiga nggak beralasan, dan kamu salah paham. Pikiran kamu akan lelah karena perasaan curiga, sayang," bujuk Zac melihat wajah Senja sudah memerah menahan tangis.
"Halah! Senja lebih baik kamu masuk. Percuma kamu mendengarkan rayuan dia. Sekali dia berbohong, selamanya dia akan berbohong! Papanya saja selingkuh, anaknya tidak akan jauh beda. Mereka tidak bisa menjaga kesetiaan." Sam menarik Senja untuk masuk.
"Sam, pikiranmu picik sekali. Sejak awal aku ijin sama kamu untuk nembak Senja, aku sudah bilang, kalau aku menjaga hubungan persahabatan kita. Artinya aku akan menjaga perasaan adik kamu, tidak akan menyakitinya."
"Janji tinggal janji Zac, sekarang atau nanti kamu pasti akan menyakiti adikku."
"Sam, apa yang harus aku lakukan agar membuat kamu percaya kalau aku menyayangi adikmu dan tidak akan menyakitinya?"
Sam menatap Zac lama, lalu melirik Rosi yang sedang berjingkrak di dalam mobil sambil menyetel musik dengan keras.
"Dia harus jadi asistenku, jika kamu menyakiti Senja, maka aku akan menyakiti wanita itu lebih daripada kamu menyakiti adikku!" Sam menunjuk Rosi sambil tersenyum misterius.
Zac terdiam.
Hening.
Senja menelisik wajah kekasihnya yang terlihat menyimpan beban saat Sam mengajukan syarat. 'Mungkinkah Kak Zac juga menyukainya gadis itu, dia memang cantik dan menarik, sangat serasi bersanding dengan ka Zac. Sementara aku... ' Senja tertunduk sendu, perasaan insecure bagaikan badai menerjang rasa percaya dirinya selama ini.
"Sam, berikan syarat lain, maka akan aku kabulkan. Jangan libatkan orang lain dalam masalah kita. Mobil sport yang baru aku beli ini akan menjadi milikmu, jika aku menyakiti adikmu."
Senja tersentak dengan penawaran yang Zac berikan. Kecurigaan yang baru saja tumbuh kini berubah menjadi sebuah keyakinan, bahwa Zac menyukai Rosi dan melindungi gadis itu.
"Kamu pikir aku tidak sanggup membeli mobil sepertimu? Sangat mudah bagiku, Zac."
"Tapi mobil itu hasil keringatku sendiri, bukan uang orangtuaku, Sam."
Sam merasa tersindir, selama ini sekalipun ia bekerja untuk perusahaan papanya, semua fasilitas adalah milik perusahaan dan hasil pemberian papanya. Ada perih di dada Sam melihat keberhasilan Zac yang bisa mandiri dan 'merdeka' dengan hidupnya.
"Terkadang kata sahabat hanya cara agar kalian bisa menutupi kemesraan kalian," sindir Sam seakan menodongkan belati di leher Zac
"Ya Tuhan, Sam. Bukan seperti itu. Rose bukan perempuan yang mudah untuk ditaklukkan. Aku sangat mengenal karakternya, lebih mengenalnya daripada mengenal Senja."
Kesalahan fatal.
Tanpa disadari Zac, kata-kata yang meluncur untuk membela Rose justru menyakiti kekasihnya. Seakan ada batu besar yang tiba-tiba menindih dada Senja, ia semakin sesak menerima kenyataan bahwa dia tidak cukup dimengerti oleh kekasihnya.
Kepala senja terasa ingin pecah.
"Tidak mudah ditaklukkan atau kamu takut gadis itu ku sakiti?hum?!" pancing Sam yang juga tidak menyadari perubahan wajah adiknya.
"Kau lihat tadi kan, dia tidak punya rasa takut sama sekali, pada siapapun kecuali papanya."
"Justru itu tantangannya, aku tidak suka asisten penurut. Karena aku tidak akan tega memberinya tugas yang berat."
Zac mendengus pelan lalu menoleh ke arah mobil dimana Rosi sedang menggoyangkan kepalanya mengikuti ritme musik Rock. "Aku harus membujuknya dulu agar dia mau menjadi asisten mu."
"Good! Kuberi kamu satu minggu, jika tidak... Kalian putus!" Sam memiringkan kepalanya sambil menatap Senja.
"Cukup!" jerit Senja.
Senja mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya. Dadanya terasa ingin meledak. Airmata mengalir deras di pipinya yang ranum dan memerah.
"Kenapa kalian selalu bertaruh, aku bukan taruhan ka! Aku punya perasaan, aku bisa memutuskan sendiri kemana hubunganku ini. Aku capek LDR, aku capek overthinking, aku capek menunggu waktunya hanya untukku bukan waktu sisa yang dia berikan." Senja berteriak, menyuarakan seluruh perasaan yang selama ini membuat dadanya terasa sesak.
Meledak lah amarahnya!
Senja menatap Zac dengan tatapan sendu, "aku nggak mau lagi melanjutkan hubungan kita! Selamat tinggal ka Zac!" Senja pergi berlari ke dalam rumah tanpa menoleh lagi.
"Senja! Aluna Senja... !" teriak Zac
"Ini semua gara-gara kamu, Sam!" tuding Zac.
"Kamu baru saja mengenal sisi lain sifat adikku, keras kepalanya Senja sama dengan keras kepalanya papaku, Zac. Sekali dia bilang tidak, akan selamanya begitu." Sam meninggalkan Zac untuk mengejar Senja.
"Aarghkk!!" Zac berteriak sambil melempar kruk yang menyangga kakinya.
Dari jendela ruang kerjanya, Sebastian tersenyum puas. Dia hanya ingin melindungi putrinya dari kisah romansa remaja yang akan menganggu proses belajar putrinya. Dia ingin membentuk Senja menjadi penerus usaha Monica di bisnis kecantikan dan fashion juga berprestasi di bidang seni tari balet.
Sebastian menurunkan pandangannya pada dua buah foto hasil rekayasa, antara Zac dan Rosi di rumah sakit. "Ada manfaatnya juga foto ini." sudut bibir Bastian naik ke atas menatap foto itu.
jalan masih panjang, raih mimpi sampai sukses ❤🤗
,, Zac dan Sam fokus menjalin persahabatan dulu yaa, biar makin klop 😚❤
,, gk mau coba tengok k Dee 👉👈 👉👈