NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28 Kebahagiaan yang berubah

Angeline melangkah naik ke panggung, gaunnya berkilau diterpa cahaya siang yang menembus jendela kristal besar. Kilatan kamera kembali memburu, setiap gerakannya bagai tarian yang teratur.

Di depan mikrofon, ia tersenyum hangat, suaranya jernih saat menyapa.

“Selamat siang. Hari ini bukan sekadar ulang tahun saya, tapi juga kesempatan untuk bersyukur. Saya bisa berdiri di sini berkat keluarga, sahabat, rekan kerja, dan tentu saja, semua yang hadir siang ini.”

Ia menoleh ke arah Gerald, senyumnya melembut. “Terima kasih kepada Ayah saya yang selalu menjadi kekuatan utama dalam hidup saya. Dan terima kasih kepada Anda semua—semoga siang ini menjadi perayaan kebersamaan, bukan hanya sekadar pesta.”

Tepuk tangan meriah menggema, memenuhi aula. Dengan anggun, Angeline menunduk memberi penghormatan lalu turun dari panggung.

Begitu kakinya menyentuh lantai, kerumunan wartawan segera bergerak, kamera dan mikrofon langsung mengepungnya.

“Nona Angeline, bagaimana dengan proyek terbaru Anda?!”

“Apakah benar Anda akan berkolaborasi dengan aktris senior Aveline Strauss?”

“Bagaimana hubungan Anda dengan aktor rekan main terakhir, Anda? Benarkah ada kerenggangan?”

Angeline tetap tenang dan tersenyum ramah. “Proyek selanjutnya masih dalam tahap diskusi, tapi saya berjanji akan memberikan yang terbaik. Tentang Nona Aveline, saya sangat mengaguminya, dia senior yang luar biasa.”

Tawa kecil terdengar, suasana mulai mencair. Namun tiba-tiba, sebuah pertanyaan menembus riuh itu.

“Bagaimana hubungan Anda dengan Tuan Alric D’Arvenne? Benarkah kalian adalah pasangan kekasih?”

Aula seakan membeku. Para tamu yang semula sibuk dengan obrolan kini ikut menoleh. Kamera-kamera terangkat lebih tinggi, kilatan flash makin gencar.

Angeline menoleh sekilas ke arah Alric. Pria itu berdiri santai, menatapnya penuh arti dengan senyum tipis di bibirnya—senyum yang jelas menyiratkan bahwa semua ini adalah permainan yang sudah ia rencanakan.

Namun Angeline tetap tenang. Ia tersenyum kecil, anggun, dan menjawab lantang.

“Itu hanya spekulasi publik. Tidak ada hubungan seperti itu diantara kami berdua. Kami hanya bertemu dalam acara-acara resmi, tidak lebih lebih dari itu.”

Sejenak, beberapa wartawan terdiam. Tetapi sebelum keheningan itu bisa bertahan lama, pertanyaan lain langsung dilemparkan.

“Kalau begitu, bagaimana dengan pria bernama Leon Vargas? Apa benar ada hubungan istimewa antara Anda dan dia?”

Pertanyaan itu menghantam Angeline seperti petir. Wajahnya menegang, seketika senyum ramahnya memudar. Leon Vargas? Dari mana nama itu bisa muncul di tengah pesta ulang tahunnya? Dia benar-benar tidak tahu apapun tentang pria itu. Itu hanyalah kejahilan kecil ayahnya.

Para wartawan langsung menyerbu, berebut mendesakkan mikrofon lebih dekat.

“Siapa sebenarnya Leon Vargas?”

“Apakah Nona Angeline sudah pernah bertemu dengannya?”

“Apa benar dia adalah calon menantu keluarga Volbrecht seperti yang ayah anda katakan?”

Angeline tercekat. Lidahnya kelu. Ia bahkan tak tahu harus menjawab apa karena memang tidak tahu menahu tentang pria itu.

Dengan gugup ia akhirnya berkata, “Saya… saya belum pernah bertemu dengannya.”

"Tapi, Nona Angeline—"

“Cukup. Berikan putriku sedikit privasi,” potong Gerald sebelum kericuhan makin parah.

Suasana langsung mereda. Para reporter terpaksa mundur, meski jelas masih haus akan jawaban.

Gerald menepuk lembut punggung Angeline, tersenyum menenangkan. “Sudahlah. Biarkan mereka menunggu. Hari ini adalah milikmu. Mari kita nikmati hidangan.”

Angeline mengangguk perlahan, mencoba mengembalikan senyumnya. Namun dalam hatinya, kegelisahan tak bisa ia redam. Nama itu… Leon Vargas.

Siapa sebenarnya dia? Dan kenapa ayahnya tiba-tiba seperti sengaja membiarkan nama itu keluar ke publik?

Sementara itu, Alric masih berdiri di sisi bar, gelas kristal berisi sampanye berputar pelan di tangannya. Matanya tak lepas mengikuti langkah Angeline yang digandeng ayahnya.

Senyum tipisnya menghilang, berganti tatapan gelap yang menusuk. “Dia mencoba menghindariku, lagi…” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan.

"Tuan Alric," sapa Carla yang tiba-tiba menghampirinya dengan sikap sopan yang gugup. "Saya pasti akan menebus kesalahan saya sebelumnya. Selanjutnya, akan saya pastikan jika Angeline menerima ajakan Anda—"

"Aku sudah tidak peduli lagi," potong Alric dengan cepat. "Memaksanya hanya membuang-buang waktuku yang berharga."

Carla tampak gugup, ia munduk sopan berkali-kali. "Tolong pertimbangkan lagi, Tuan. Investasimu begitu penting untuk agensi saya, jika Anda menariknya kembali maka saya akan hancur..."

Alric tiba-tiba menyodorkan sebuah flashdisk ke hadapan Carla, tatapannya tenang namun penuh kelicikan. "Anjing yang tidak patuh pada tuannya harus disingkirkan, bukan? Aku tidak akan menarik investasiku jika kau menuruti apa yang kuminta. Mencari penggantinya bukanlah hal yang sulit, bukan?"

Carla menerima flashdisk itu dengan tangan gemetar, matanya menatap wajah Alric silih bergantian dengan barang pemberiannya itu.

"A-apa sebenarnya ini?"

"Sesuatu yang akan membuat media heboh hari ini juga," balas Alric.

Ia menegakkan tubuhnya, menaruh gelasnya diatas meja sebelum menarik napas panjang seolah menikmati aroma kemenangan yang semakin dekat.

Pandangannya tak pernah lepas dari Angeline.

“Mainkan peranmu dengan baik, malaikat kecilku…” bisiknya, nyaris seperti doa jahat. “Karena pada akhirnya… akulah yang akan menulis akhir ceritamu...”

...

Beberapa menit telah berlalu. Pesta ulang tahun Angeline berjalan dengan sempurna. Rangkaian demi rangkaian acara dilalui dengan sempurna, mulai dari acara penyambutan, pemberian hadiah, pertunjukan seni, menikmati hidangan, hingga prosesi simbolik, dimana Gerald menyalakan lilin kristal raksasa sebagai lambang doa bagi masa depan putrinya.

Hingga akhirnya, semua sorot mata tertuju pada layar raksasa yang terpampang di tengah aula.

Presentasi dimulai dengan menayangkan momen-momen perjalanan Angeline: debut pertama kalinya diusia 13 tahun, potongan film layar lebar yang membuatnya dikenal, iklan pertamanya yang sukses, lalu puncaknya—penghargaan aktris terbaik dengan wajah Angeline yang berlinang air mata bahagia di panggung penghargaan.

Aula bergemuruh tepuk tangan. Banyak yang berdiri, memberi penghormatan.

Gerald menahan bahunya yang bergetar karena haru, memeluk putrinya dengan erat. “Kau membuat ayah bangga, Angel,” katanya dengan tawa rendah.

Angeline menutup mata sejenak, bersandar di dada ayahnya yang kokoh, mencoba menyimpan momen membahagiakan itu di dalam hatinya. Untuk sesaat, Angeline bersyukur tidak jadi mengakhiri hidupnya. Jika dia melakukan itu, maka hari ini tidak ada ekspresi bahagia di wajah ayahnya, yang ada hanyalah kesedihan dan trauma.

Namun, kebahagiaan itu sekejap berubah.

Layar tiba-tiba bergetar, gambar beralih mendadak. Presentasi berhenti dan digantikan oleh sebuah rekaman CCTV.

Lorong Imperial Grand Hotel yang megah terpampang jelas. Semua tamu hening, saling menatap satu sama lain dalam kebingungan.

Angeline menegang. Sebuah firasat buruk menusuk dadanya, membuat nafasnya tersengal.

Dan benar saja.

Sosok dirinya sendiri muncul di layar. Angeline—dengan wajah merah padam, mabuk, matanya sayu—digendong oleh seorang pria berjas hitam. Gerakan tubuhnya tak salah lagi: ia terlihat sedang merayu pria itu, bahkan lebih dulu mencium lehernya dengan agresif.

Pria itu membuka pintu kamar, mereka berdua masuk, lalu… rekaman berhenti.

1
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
Kustri
gaaaas pooll
Kustri
wkwkkkk... victor polisi penjilat, rasakno!!!
ternyata sang komandan telah mengenal leon
Kustri
siap thor!
ah, leon akhir'a dpt sekutu
Kustri
seruuu...!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!