Dicerai saat jahitan bekas operasi sesar belum kering, Yunda juga mendapat penolakan dari keluarganya karena malu memiliki anak seorang janda.
Yunda pun pergi dari kotanya dan pindah ke kota besar. Berbekal ijasah S1, Yunda pun mencari pekerjaan di kota besar. Yunda pun bertemu dengan Gandhi, pria beristri yang ternyata adalah bos-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDKDSO BAB 8
Setelah membaringkan Yunda di tempat tidur, cepat-cepat Rio mengambil air dan handuk kecil untuk mengompres tubuh Yunda.
Sedangkan Ibu Marni langsung meletakkan cucunya di sebelah Yunda kemudian hanya melihat Rio mengurus Yunda.
Oweeek... Oweeek...
Bayi kecil itu menangis.
"Bu, tolong gendong bayinya dulu Bu." ucap Rio karena saat ini Rio sedang mengompres kepala Yunda.
"Hish ngerepotin." dumel Bu Marni tapi tetap mengambil cucunya dari tempat tidur dan berusaha menenangkan bayi kecil itu. Tapi bayi kecil itu tidak mau berhenti menangis.
"Ini anak kamu kenapa sih Yo, cengeng banget! Gak mau diem!" keluh Bu Marni.
"Laper kali Bu, bikinin susu sana." jawab Rio.
"Kok Ibu? Kamu lah! Ini kan anak kamu!" balas Bu Marni.
"Rio gak tau bikin susu formula Bu. Ibu kan udah pengalaman." balas Rio.
"Huh... bener-bener ngerepotin yah! Gak istri, gak anak kamu, sama aja bikin susah!" dumel Bu Marni.
"Udah nih pegang anak kamu! Biar Ibu buatin susunya dulu." ucap Ibu Marni sambil menyodorkan bayi kecil itu pada Rio.
"Taro aja disitu Bu, Rio gak tau gendongnya." tolak Rio.
Bu Marni pun membaringkan bayi kecil itu di sebelah Yunda setelah itu keluar dari kamar utama untuk membuatkan susu.
Selagi Bu Marni membuatkan susu, bayi kecil itu terus menangis dan Rio hanya menepuk-nepuk paha si bayi untuk mendiamkannya. Ya jelaslah si bayi tidak mau diam.
"Eugh..." Yunda melenguh.
Mungkin karena mendengar bayinya terus-terusan menangis, akhirnya Yunda sadar dari pingsannya.
"Udah sadar kamu." ucap Rio begitu Yunda membuka matanya.
Yunda tak menjawab dan menoleh ke sebelah kanannya dimana bayinya berbaring.
"Anak kita nangis Mas, mungkin lapar." ucap Yunda.
"Ibu lagi buatin susu." jawab Rio.
Tiba-tiba Bu Marni masuk ke kamar.
"Eh... udah bangun kamu! Gimana pura-pura pingsannya? Enak?" sarkas Bu Marni.
Melihat Bu Marni, Yunda langsung mendudukkan badannya dengan susah payah.
"Yunda lagi sakit Bu, tadi pandangan Yunda gelap." balas Yunda.
Bu Marni memutar bola matanya malas sambil menaikkan sudut bibirnya.
"Nih susu anak kamu." ucap Bu Marni sambil memberikan susu yang baru ia buat pada Yunda.
"Urus anak kamu, masa Ibu sama suami kamu yang urus!" kata Bu Marni lagi.
Yunda mengambil botol susu itu lalu menggendong bayinya kemudian menyumpal mulut bayinya dengan susu.
"Udah tau sakit kenapa gak minum obat kamu?" tanya Rio.
"Udah tadi Mas, tapi badan ku malah makin panas." jawab Yunda.
"Kayaknya aku harus periksa ke dokter deh Mas, karena bekas jahitan aku juga sakit." kata Yunda lagi.
"Eh... dokter, dokter! Kamu kira ke dokter gak pake duit, hah!" sahut Bu Marni.
"Minum obat penurun panas sama obat pereda nyeri aja." kata Bu Marni lagi.
"Tapi Bu-"
"Tapi apa, hah! Kamu enak aja ngabisin duit anak saya, inget tuh biaya operasi gara-gara kamu males ngeden! Dua puluh juta tau gak!" potong Bu Marni.
"Yo, beli obat penurun panas sama pereda nyeri di apotik, paling habis sepuluh ribu!" perintah Bu Marni.
Rio melirik Yunda sesaat lalu menghela nafasnya kasar.
"Baik Bu." ucap Rio sambil beranjak dari duduknya di tepi tempat tidur lalu keluar dari dalam kamar.
Yunda tak bisa berkata apa-apa, walau sebenarnya dia ingin dokter yang langsung memeriksa kondisinya.
"Jangan manja kamu yah! Ingat status kamu sebelum nikah sama Rio! Udah di naikin derajatnya sama anak saya, bukannya terimakasih malah ngerepotin dan nguras duit anak saya! Ngelunjak betul kamu jadi orang!" Lagi dan lagi Bu Marni mengeluarkan kata-kata sarkasnya kemudian keluar dari dalam kamar.
Yunda hanya bisa menelan pahit kata-kata kejam ibu mertuanya. Ia sadar kalau kastanya dengan keluarga suaminya berbeda jauh.
Yunda berasal dari keluarga tidak mampu, sedangkan Rio berasal dari keluarga berada. Saat bertemu dengan Rio, Yunda baru selesai kuliah, Yunda bisa kuliah pun karena Yunda sambil bekerja sebagai kasir di supermarket. Karena susahnya mencari pekerjaan saat itu, mau tidak mau Yunda tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai kasir dan disitulah Yunda bertemu dengan Rio.
Saat masih pendekatan dan masa pacaran yang hanya enam bulan, Rio sangat baik dan manis pada Yunda, tapi sikap Rio perlahan berubah semenjak Yunda hamil. Padahal saat hamil Yunda tidak banyak menuntut apa-apa pada Rio, tapi memang saat hamil kondisi fisik Yunda sangat lemah dan harus banyak istirahat.
Mungkin karena melihat Yunda yang sering tidur, itu membuat Rio kesal. Dan puncak kekesalan Rio saat Rio harus mengeluarkan uang banyak karena Yunda melahirkan secara sesar. Gara-gara itu Rio menganggap Yunda itu perempuan malas dan manja sampai-sampai melahirkan normal saja tidak bisa. Ah, belum lagi provokasi dari Ibu dan Kakak Rio, makin membuat Rio kesal dengan Yunda.
Sebenarnya salah Rio juga, kenapa dari awal tidak membuatkan asuransi kesehatan dari pemerintah, kalau saja Rio percaya dengan asuransi kesehatan, sudah pasti pengeluaran Rio tidak akan sebanyak itu.
💋💋💋
Bersambung...
jadi oon terus...