KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

1 Kembalinya Jenderal Perang

Di atas tebing terjal yang menghadap hamparan lembah luas, seorang pria berdiri tegak bagai patung perunggu.

Angin senja berkibar liar, membuat jubah hitam berhias aksen emas yang melekat di bahunya berderai seakan hidup. Setelan militernya berkilau oleh cahaya matahari terakhir, dihiasi lencana kehormatan tertinggi yang hanya dimiliki segelintir orang di dunia.

Topi yang menunduk sedikit menutupi mata kirinya, namun satu mata yang terlihat cukup untuk membuat siapa pun mengerti: inilah pria yang dijuluki dunia sebagai Jenderal Perang, Alexander Kruger!

Wajahnya keras, dingin, dan gagah—sebuah wajah yang ditempa perang sejak belia.

Sanchez, asistennya, berdiri satu langkah di belakang. Tatapannya muram. Baginya, pria di hadapannya bukan sekadar atasan, melainkan sosok yang menjadi panutan hidupnya.

“Saya dengar Anda sudah mendapatkan kembali ingatan Anda yang hilang, Jendral Kruger. Apakah benar Anda akan pensiun hari ini?”

Sang Jenderal tidak menoleh. Matanya tetap menatap ke horizon yang memerah. “Sudah lima belas tahun lamanya aku mengabdi pada negara. Sekarang, sudah saatnya aku kembali mengambil kehidupanku yang dulu."

Sanchez terdiam, ia tahu betul jika pria di hadapannya ini adalah monster mengerikan yang hidup dan besar di tengah medan perang. Sejak ia berusia 10 tahun, hingga kini usianya menginjak 25 tahun.

Sudah tak terhitung berapa banyak nyawa yang melayang di tangannya.

Sanchez mengepalkan tangan. “Pasukan Naga masih membutuhkan Anda, Jenderal! Mereka lahir dan hidup untuk Anda. Tanpa Anda, siapa yang akan menuntun kami?”

Akhirnya, Sang Jenderal menoleh. Tatapan dingin itu menghantam Sanchez seperti bilah baja. “Pasukan Naga kini telah menjadi pasukan terkuat di seluruh negara bagian. Kalian bisa menghadapi siapapun tanpa bantuanku.”

Sanchez tercekat. Ada getir di matanya. "Saya mengerti... Anda telah menghabiskan masa kecil anda di medan perang. Saya tidak bisa membayangkan kehidupan seperti itu. Saya minta maaf karena tidak memahami kondisi Anda."

Sang Jenderal hanya terdiam. Angin yang bertiup membuat pita emas di bahunya berkibar, seakan menjawab untuknya: masa lalu itu sudah ditakdirkan.

"Kalau begitu, bolehkah saya tahu nama asli Anda?" tanya Sanchez, ia tahu jika nama yang Sang Jenderal pakai selama ini adalah nama pemberian dari seseorang karena ia kehilangan ingatannya.

Sang Jenderal terdiam sejenak sebelum menjawab: "Nama asliku Leon Vargas... selanjutnya, jika kita bertemu, kau bisa memanggilku Leon."

"Nama yang indah..." Sanchez menahan air matanya yang nyaris terjatuh. Perlahan, ia mengangkat tangan, memberi hormat terakhir. “Jika ini adalah jalan yang Anda pilih… Maka saya tidak akan menghentikan Anda. Tapi, bolehkah saya tahu… kemana Anda akan pergi setelah semua ini?”

Hening.

Hanya suara angin menyapu tebing.

Sang Jenderal membuka sarung tangan hitamnya, menatapnya sejenak sebelum menyelipkannya ke saku.

“Aku akan kembali ke tempat asalku... Tempat segalanya dimulai. Ke tempat yang membuatku lebih memilih medan perang daripada kehidupan biasa," katanya datar, namun sarat akan makna

Sanchez menunduk dalam. Untuk pertama kalinya, ia sadar bahwa dirinya tidak akan pernah benar-benar mengenal pria ini. Semua yang diketahui dunia hanyalah sosok naga perkasa di medan tempur.

Tapi apa yang tersembunyi di balik dinginnya mata tajam itu? Tidak ada yang tahu.

Hanya satu yang jelas: hawa membunuh yang menyelubungi sang Jenderal tetap terasa kuat, bahkan disaat ia berbicara tentang pensiun.

Seolah-olah naga itu hanya memilih untuk tidur sejenak—bukan mati sepenuhnya.

"Beri hormat!"

Dari kejauhan, barisan pasukan naga terlihat berdiri tegap di kedua sisi. Lebih dari lima puluh prajurit berpakaian seragam hitam dengan lambang naga emas di dada, memberi penghormatan serentak.

Wajah-wajah keras yang ditempa medan perang tampak gagah, dada membusung, gigi mengertak, namun mata mereka basah. Tidak ada suara tangis, hanya kesunyian berat yang menggantung di udara.

Mereka menatap ke depan, menahan gejolak hati. Seakan seluruh tubuh mereka menolak kenyataan bahwa pemimpin yang membentuk mereka… akan segera pergi.

Sang Jenderal melangkah maju. Sepasang mata tajamnya menyapu seluruh pasukan. Cahaya matahari menyalakan pita emas di bahunya, seolah dunia sendiri menunduk memberi hormat.

Ia berdiri tegak, suaranya lantang, dalam, dan menggetarkan dada tiap prajurit.

“Sepuluh tahun kita berdiri di medan darah. Sepuluh tahun kita menantang dunia. Dan hari ini… aku berdiri di hadapan kalian bukan lagi sebagai panglima, tapi sebagai saksi—bahwa kalian, pasukan naga, telah menjadi kekuatan yang tak tertandingi di bawah langit ini!”

“Kalian bukan hanya prajurit. Kalian adalah legenda hidup. Bayangan yang membuat musuh gemetar, cahaya yang membuat kawan merasa aman. Dunia tahu namaku… tapi sebenarnya, kekuatan sejati ada pada kalian!”

“Mulai hari ini, aku menyerahkan api pertempuran pada kalian. Jangan bergantung pada satu naga… jadilah naga itu sendiri! Kalian bukan lagi pasukan yang mengikuti bayanganku. Kalian adalah pasukan yang akan menulis sejarah dengan darah dan kehormatan kalian sendiri!”

Sang Jenderal berhenti sejenak, menatap ke langit yang memerah, lalu menurunkan pandangannya pada wajah-wajah setia di hadapannya.

“Ingatlah… selama napas kalian masih berhembus, nama pasukan naga akan abadi. Dan aku… akan semangatku akan selalu bersama kalian!”

Suara sang Jenderal menggelegar. Tubuh para prajurit bergetar. Dada mereka bergemuruh oleh api yang membakar jiwa.

Mereka menoleh serentak, mengangkat tangan ke udara, dan suara lantang memecah senja: “HIDUP JENDERAL ALEXANDER KRUGER!!”

Sorakan itu mengguncang bumi, bergema di lembah, seakan seluruh dunia ikut mendengar nama sang naga agung.

Sanchez menunduk, dadanya bergetar. Ia sadar… tidak akan pernah ada lagi sosok seperti pria itu.

....

Beberapa hari kemudian...

Suara mesin pesawat bergemuruh lembut, lampu kabin redup. Leon duduk di kursinya dengan penuh wibawa. Satu kaki disilangkan di atas yang lain, lengan kirinya bersandar santai pada sandaran, sementara tangan kanannya memegang sebuah novel yang berjudul Rebirth of the Trash Hero.

Matanya tajam, bulu mata lentik, memindai setiap baris tulisan dengan tenang. Aura dingin namun memikat itu terpancar kuat—membuat siapapun yang melihatnya merasa kecil.

Di kursi sebelahnya, seorang wanita berambut sebahu melirik curi-curi pandang. Wajahnya manis, bibirnya sedikit bergetar, pipinya memerah. Ada sesuatu yang menekan dadanya setiap kali melihat ketenangan Leon.

Leon menutup bukunya perlahan, lalu menoleh kearah gadis itu dengan matanya yang tajam.

“Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?”

Wanita itu tersentak kecil. “Ah… i-itu… aku hanya… aku juga suka novel itu. Sama sepertimu.”

Leon mengangkat alis tipis. Bibirnya melengkung sinis. “Aku tidak menyukainya.”

Wanita itu membelalak. “Eh? Kenapa? Bukunya… cukup bagus, kan?”

“Karakter utamanya bodoh.” Leon menegakkan tubuh. Suaranya datar tapi tegas. “Dia diperlakukan sebagai sampah, diinjak, dihina. Namun ketika musuh-musuhnya jatuh, ia malah memaafkan mereka atas nama kemanusiaan.”

Wanita itu menelan ludah. “Tapi… bukankah musuh-musuhnya sudah mengakui kesalahannya?”

Leon menyipitkan mata. “Pertobatan tidak menghapus luka. Luka tetap ada. Darah tetap tertumpah. Satu-satunya jalan adalah dengan menghancurkan mereka sampai tak bersisa.”

Suara Leon dingin, tapi bergetar seperti palu yang menghantam dada wanita itu. Ia mencoba tersenyum, meski gugup. “Mungkin… penulisnya hanya ingin memberi pesan positif,” ucapnya setengah ragu.

Leon mendengus pelan, menatap nama penulis novel di sampul depannya dengan inisial VV.

“Kalau memang benar, maka penulisnya lebih bodoh dari yang aku bayangkan. Berusaha membuat tokoh ‘baik hati’ padahal cuma lemah. Buku ini sampah. Aku tidak akan pernah membeli karya lain dari penulis ini.”

Wanita itu terdiam. Wajahnya menegang. Jantungnya berdegup keras. Ia menggenggam erat rok yang menutupi pahanya.

"A-ah... Begitu ya..." ucap si wanita sambil tertawa getir. Karena tanpa disadari oleh Leon… wanita yang duduk di sampingnya adalah penulis dari novel yang dia baca.

Terpopuler

Comments

Hendra Saja

Hendra Saja

baru Mateng nih Thor..... semangat up...jgn awal aja yg banyak up

2025-09-04

0

Anatara

Anatara

mantap kak

2025-09-05

0

santi damayanti

santi damayanti

10 tahun udah perang?

2025-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 1 Kembalinya Jenderal Perang
2 2 Lunebridge City
3 3 Villa keluarga D'Arvenne
4 4 Kejutan di pesta ulang tahun
5 5 Pertemuan Mengejutkan
6 6 Terpaksa berpisah dan membeli bar
7 7 Garka Vs Jack
8 8 Pesta di bar
9 9 Reuni sekolah Evelyn
10 10 Rencana perubahan bar
11 11 Kemarahan June
12 12 Pertemuan yang tidak diharapkan
13 13 emosi yang meledak
14 14 Kedatangan Leon
15 15 Leon Vs N'Kosi
16 16 Berkumpul kembali
17 17 Kedatangan seorang komandan
18 18 Wibawa seorang jenderal
19 19 Papan catur yang runtuh
20 20 Ketenangan yang tak diharapkan
21 21 RestoBar, MoonClub
22 22 Edward Vallor, CEO Imperial Grand Hotel
23 23 Angeline
24 24 Kehangatan yang menggairahkan
25 25 Kabar yang mengharukan
26 26 Tianxia dan pergulatan batin Angeline
27 27 Ulang tahun Angeline
28 28 Kebahagiaan yang berubah
29 29 Leon dan Angeline
30 30 Hubungan yang rumit, Kemarahan Antony
31 31 Menemukan kebahagiaan sendiri
32 32 Kemarahan Leon, Kode Zero
33 33 Sabotase licik Leon
34 34 Tidak ada kesempatan kedua
35 35 Kesalahpahaman
36 36 Yonas dan Evelyn
37 37 Perkelahian di MoonClub
38 38 Hancurnya kesombongan
39 39 Alasan yang membingungkan
40 40 Calon menantu
41 41 Bermain petak umpet
42 42 Starlight Entertainment
43 43 Bajingan yang baik
44 44 Mencurigai identitas Leon
45 45 Hari-hari terlewati
46 46 Penculik Angeline
47 47 pria misterius
48 48 Justine
49 49 Kekhawatiran Angeline
50 50 Masa kecil Leon
Episodes

Updated 50 Episodes

1
1 Kembalinya Jenderal Perang
2
2 Lunebridge City
3
3 Villa keluarga D'Arvenne
4
4 Kejutan di pesta ulang tahun
5
5 Pertemuan Mengejutkan
6
6 Terpaksa berpisah dan membeli bar
7
7 Garka Vs Jack
8
8 Pesta di bar
9
9 Reuni sekolah Evelyn
10
10 Rencana perubahan bar
11
11 Kemarahan June
12
12 Pertemuan yang tidak diharapkan
13
13 emosi yang meledak
14
14 Kedatangan Leon
15
15 Leon Vs N'Kosi
16
16 Berkumpul kembali
17
17 Kedatangan seorang komandan
18
18 Wibawa seorang jenderal
19
19 Papan catur yang runtuh
20
20 Ketenangan yang tak diharapkan
21
21 RestoBar, MoonClub
22
22 Edward Vallor, CEO Imperial Grand Hotel
23
23 Angeline
24
24 Kehangatan yang menggairahkan
25
25 Kabar yang mengharukan
26
26 Tianxia dan pergulatan batin Angeline
27
27 Ulang tahun Angeline
28
28 Kebahagiaan yang berubah
29
29 Leon dan Angeline
30
30 Hubungan yang rumit, Kemarahan Antony
31
31 Menemukan kebahagiaan sendiri
32
32 Kemarahan Leon, Kode Zero
33
33 Sabotase licik Leon
34
34 Tidak ada kesempatan kedua
35
35 Kesalahpahaman
36
36 Yonas dan Evelyn
37
37 Perkelahian di MoonClub
38
38 Hancurnya kesombongan
39
39 Alasan yang membingungkan
40
40 Calon menantu
41
41 Bermain petak umpet
42
42 Starlight Entertainment
43
43 Bajingan yang baik
44
44 Mencurigai identitas Leon
45
45 Hari-hari terlewati
46
46 Penculik Angeline
47
47 pria misterius
48
48 Justine
49
49 Kekhawatiran Angeline
50
50 Masa kecil Leon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!