NovelToon NovelToon
Membeli Rahim Pembantuku

Membeli Rahim Pembantuku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / nikahkontrak / nikahmuda / Poligami / cintamanis / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Ibu Pengganti
Popularitas:63.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Lemari Kertas

Bening Anjani, baru saja lulus sekolah dan ingin melanjutkan kuliah di kota besar demi mewujudkan cita-citanya. Sayang, sang adik harus menjalani operasi besar yang menelan biaya sangat besar hingga ayah dan ibunya terpaksa menjual rumah juga satu-satunya sawah mereka. Bening tak jadi melanjutkan kuliah, sebagai baktinya kepada kedua orangtua, juga untuk meringankan beban keluarga, ia bertekad merantau ke Jakarta.

Di sana, ia yang belum berpengalaman akhirnya menjadi pembantu di kediaman keluarga kaya raya. Sang majikan memiliki putera yang sudah lima tahun menikah bernama Anggara Dewa. Sayang, lima tahun pernikahan itu belum menghasilkan keturunan karena istrinya yang adalah seorang model terkenal belum bisa memberikan Gara anak.

Sebuah kesepakatan kemudian mengantarkan Bening dan Gara dalam hubungan rumit setelah pasangan suami istri itu setuju untuk membeli rahim Bening, sang pembantu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Pertama yang Membuat Emosi

Setelah meletakkan koper dan membuka jaket yang menutupi seragamnya, Bening diajak berkeliling rumah luas itu. Rumah itu dua lantai dengan tangga yang tinggi melingkar juga lift di tengah-tengah. Ada lantai bawah tanah yang berfungsi untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak lagi terpakai. Kolam renang di rumah itu besar sekali. Ada cukup banyak kamar di lantai atas tetapi hanya beberapa yang ditempati.

Banyak fasilitas mewah di rumah itu. Bening sendiri tak tahu ada berapa banyak anak nyonya besar mengingat besar dan luasnya rumah itu. Kalau hanya satu anak, sungguh pasti anaknya akan kesepian.

"Nyonya dan tuan besar punya tiga anak. Semuanya sudah menikah tetapi hanya satu yang tinggal di Indonesia. Dua perempuan dan yang paling bungsu laki-laki."

Bening segera mengangguk paham, bu Tuti seolah menjawab pertanyaan Bening yang hanya terpatri di dalam hati tadinya. Kini, mereka sedang berdiri di sebuah ruangan. Ruangan kemarin yang Bening masuki, ruangan yang penuh dengan buku juga lukisan mahal.

"Ketemu nyonya lagi saja dulu."

"Baik, Bu."

Bu Tuti mengetuk pintu.

"Masuk saja, Ti." Suara dari dalam menyahut.

Bu Tuti segera membuka pintu, dilihat sang nyonya seperti sehabis berteleponan dengan seseorang. Raut wajahnya juga menyiratkan kekesalan.

"Kamu yang kemarin kan?" tanya nyonya besar tanpa basa basi. Bening segera mengangguk hormat. " Sudah tahu semua aturan di sini?" tanyanya lagi.

"Sudah, Nyonya."

"Bagus. Tahu ruang apa saja yang tidak boleh kamu masuki?"

Bening mengangguk lagi.

"Coba sebutkan!" perintah perempuan itu.

"Saya tidak boleh masuk ke kamar di lantai atas yang paling ujung dengan pintu berwarna cokelat tua. Lalu saya tidak boleh masuk ke ruang pribadi tuan besar tanpa seizinnya walau untuk kepentingan membersihkan ruangannya sekalipun dan terakhir saya tidak boleh masuk ke ruangan ini tanpa seizin Nyonya besar."

Nyonya besar itu mengangguk-angguk. "Bagus, rupanya otakmu cukup cepat jika menghafal. Tahu kenapa kamar paling ujung dengan pintu berwarna berbeda dari kamar lain itu tidak boleh dimasuki sembarangan?"

Bening kali ini menggeleng, sebab bu Tuti memang tidak menjelaskan alasannya.

"Itu kamar putra bungsuku. Dia memang jarang pulang ke sini. Tapi kalau dia ke sini, dia akan sangat benci pada orang yang suka sembarangan masuk ke kamarnya. Dia sudah menikah, dia tinggal di rumahnya bersama istrinya. Jika dia bertandang ke sini, layani dia dengan baik. Dia sangat perfeksionis. Dia tidak suka jika kau lambat melayaninya. Emosinya juga sering naik turun. Dia sangat nakal pada saat masa mudanya dan sekarang dia lebih banyak diam tetapi dia sangat teliti." Nyonya besar menjelaskan hal yang menurutnya paling penting itu. Bening tampak mengingat dengan baik semua yang nyonya besar katakan.

"Baik, Nyonya."

"Sudah paham? Aku harap kau paham, sebab aku paling malas mengulang kata-kataku dua kali. Aku bisa naik darah," ujar nyonya besar itu lagi.

Bening segera mengangguk. Dia pasti akan mengingat dengan baik semua yang dikatakan oleh nyonya besar itu.

"Oke, keluar lah sekarang. Kerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. Nanti saatnya makan, bergiliran dengan para pelayan yang lain. Di sini tidak ada yang melarang kau mau makan apapun. Makanan yang tersaji untuk para penghuni terhormat fi rumah ini, dipastikan juga akan kau cicipi."

Bening mengangguk lagi. Nyonya besar itu meneliti Bening dengan seksama. Ia menyayangkan, gadis secantik Bening malah harus jadi pembantu. Namun, nyonya paham, orang desa memang tidak pilih-pilih dalam bekerja. Dan untuk kesan pertama terhadap Bening, dia suka. Gadis itu nampaknya cekatan. Terlihat ketika Bening sedang mengerjakan tugas rumah, gerakannya luwes tapi begitu hati-hati seolah ia sudah terbiasa dengan tugas semacam itu. Nyonya besar memperhatikan dari atas dengan pandangan menilai. Ia mengangguk-angguk seolah mulai mengerti pribadi Bening.

Ia meninggalkan tempatnya tadi berdiri setelah merasa yakin bahwa Bening layak bergabung di rumahnya. Namun, tak lama dari nyonya besar itu pergi, Bening dihampiri Asih. Asih menatapnya tidak suka, mungkin dia melihat saat nyonya besar melihat Bening dengan tampang suka.

"Kamu jangan coba-coba cari perhatian ya di sini!"

Bening menoleh kaget, dia sedikit terlonjak dan hampir memecahkan vas bunga mahal yang sedang dibersihkannya. Beruntung benda itu tidak jatuh.

"Maaf, Mbak Asih, saya gak ngerti maksudnya." Bening meletakkan vas dengan hati-hati lalu menatap Asih dengan sopan.

"Alah, kamu sengaja kan caper di depan nyonya besar tadi? Sok rajin di depan majikan. Nanti kalo gak ada lagi nyonya, pasti kamu males-malesan juga!"

Bening menggeleng, ia menatap Asih dengan tegas.

"Maaf, Mbak, saya di sini karena saya memang mau kerja. Bukan mau cari perhatian kepada siapa-siapa. Mbak terlalu cepat menilai saya."

"Wah, cukup berani kamu ternyata."

"Saya tidak bermaksud menantang Mbak Asih, tapi saya perlu meluruskan pikiran Mbak yang melenceng itu."

Baru saja Asih hendak membalas, ia melihat nyonya besar muncul dari kejauhan. Ia segera berbalik dan menatap Bening dengan benci.

"Urusan kita belum selesai!"

Bening hanya menggeleng saja melihat perempuan itu. Dia harus bisa menyabarkan hati. Dia tidak mau terpancing emosi dan kehilangan pekerjaan ini.

1
Mat Saleh
gara hebat tidak membuka aib istri pertamanya
Mat Saleh
baru kali ini aku setuju sama pelakor hhhhhh
Viviansa85 Cantik
best banget cerita x.
semangat dlm berkarya kak..
Lutfiah Tunnissa
Lumayan
Salsa Sal
Revi nih bebal banget ya, gedek aku ...
Salsa Sal
iya deh...mas Gara paling ganteng gak ada duanya /Joyful/
Salsa Sal
novel yang keren, alurnya keren, tata bahasanya rapih, semangat terus untuk kak author
Salsa Sal
sepanjang membaca sampai bab ini, kereeennnn....aku suka aku suka /Heart/
Sutri Ana
Luar biasa
Nurmi Nuhung
Semoga bahagia selamanya
Rakmad Atika
saya sampai 4 tahun si tole baru bisa di sapih🤭
Anonymous
ok
Author_Ay: yuk baca novel ku

kak
total 1 replies
Rakmad Atika
saya udah 14 taun menikah, masih malu nawarin duluan 🤭
Idha Giatno
Luar biasa
Sintia Dewi
hahaha nyahok kan lu begaya bgt lu gk bersyukur udh dpt laki tajir keluarga baik2 dibebasin tp nglunjak dan gk tau diri bgt, trima aja dah nasibmu revi, gara udh gk mikir lu mau trima dimadu atau mau nrima bening bodo amat dia/Chuckle/
Nur fadillah
Pasang KB Mbak Bening ...😀😀
Vera
Garing juga bisa
Nur fadillah
Bahagianya...😃😍😍
Nur fadillah
Saling setia dan jujur itu adalah obat manjur dalam Keluarga...😃😍😍
Nur fadillah
Miss you to...😂😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!