NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Bab 1

..."Senyuman itu membuat Adrian, mendadak salah tingkah dan hatinya terlanjur berdebar-debar"...

Mentari pagi Jakarta terasa membakar kulit Revana. Keringat mulai membasahi blusnya. Sebagai seorang sekretaris, ketepatan waktu adalah segalanya, namun hari ini takdir seolah mempermainkannya. Semalam, ayahnya dilarikan ke rumah sakit akibat serangan jantung mendadak. Kabar itu membuatnya kalut dan kurang tidur. Kini, ia berdiri gelisah di halte bus, menunggu taksi yang tak kunjung tiba.

Revana melirik jam tangannya. Pikirannya berkecamuk. Ia tak mungkin menghubungi kantor dan mengatakan alasannya terlambat. Pimpinan perusahaan, Pak Adrian, adalah sosok perfeksionis. Keterlambatan sekecil apapun bisa menjadi masalah besar.

Tiba-tiba, sebuah mobil sedan hitam mewah berhenti tepat di depannya. Kaca mobil itu terbuka, menampakkan sosok pria tampan berwibawa di balik kemudi. Sosok itu adalah, Pak Adrian! Jantung Revana berdegup kencang.

"Revana? Kamu kenapa masih di sini? Bukankah jam kantor sudah mulai?" kata Adrian dengan nada khawatir.

"Ma-maaf, Pak. Saya sedang menunggu taksi, tapi belum ada yang lewat." jawab Revana tergagap.

Adrian menatap Revana dengan "Kamu terlihat pucat. Apa terjadi sesuatu?"

Revana menunduk. "Ayah saya... semalam masuk rumah sakit, Pak."

Adrian menghela napas "Ya Tuhan. Kenapa kamu tidak bilang? Begini saja, daripada kamu terlambat, biar kamu bareng Saya aja. Ayo, masuk."

Revana menatap ragu "Ta-tapi, Pak..."

"Tidak ada tapi-tapian. Waktu kita terbatas. kita ada meeting pagi ini Rev, Ayo!" suara Adrian pelan, tapi mengandung penegasan.

Revana mengigit bibirnya. Ia tahu, menolak tawaran bosnya bukanlah pilihan bijak. Dengan berat hati, ia membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang. Aroma maskulin langsung menyeruak memenuhi indranya.

"Terima kasih banyak, Pak." ucap Revana dengan suara pelan.

Adrian tersenyum tipis "Jangan dipikirkan. Semoga ayahmu lekas sembuh."

Suasana canggung menyelimuti mereka sepanjang perjalanan. Revana berusaha menenangkan diri, sementara Adrian fokus menyetir dengan tenang. Dalam hati, Revana bertanya-tanya, apa yang akan terjadi selanjutnya?

Mobil Adrian berhenti tepat di depan lobi kantor. Revana merasa sedikit lega sekaligus gugup. Ia segera turun dari mobil, tak lupa mengucapkan terima kasih sekali lagi.

Setibanya di dalam kantor, Clara, sahabat sekaligus rekan kerjanya, langsung menghampirinya dengan tatapan penuh tanya. Clara memang selalu ingin tahu segala hal tentang Revana.

 "Rev, itu tadi mobil Pak Adrian, kan? Kamu bareng dia?" tanya Clara dengan berbisik.

Revana menghela napas "Iya, Clara. Aku cerita nanti, ya? Sekarang aku harus ke ruangan dulu. Ada meeting pagi ini."

"Oke, tapi nanti jangan lupa cerita ya.!"

Revana hanya mengangguk, lalu setengah berlari menuju meja kerjanya, ia harus segera menyiapkan segala dokumen untuk meeting internal pagi ini.

Di sisi lain, Anton. Kepala manajer yang sudah bersahabat dekat dengan Adrian. Juga memperhatikan interaksi keduanya dari kejauhan. Rasa penasaran menggelayuti benaknya.

Di ruang kerja Adrian, Anton mengetuk pintu dengan sopan.

Anton tersenyum ramah. "Bos, ada waktu sebentar?"

Adrian, mengangkat alis "Tentu, Anton. Ada apa?"

"Aku lihat tadi Revana turun dari mobilmu. Ada hubungan apa kalian berdua?" tanya Anton dengan nada menggoda.

Adrian tertawa pelan. "Jangan salah paham, Anton. Ayah Revana semalam masuk rumah sakit, jadi dia telat. Aku tak sengaja melihatnya di halte, Aku cuma menawarkan tumpangan, tidak lebih."

Anton menatap Adrian dengan curiga. "Oh, begitu. Tapi, jujur saja, Bos. Revana itu cantik dan menarik. Apa kamu tidak tertarik padanya?"

Adrian terdiam sejenak. "Anton, jangan bicara yang tidak-tidak. Revana itu hanya sekretaris Aku. Aku tidak ingin mencampur adukkan urusan pribadi dan pekerjaan."

Anton mengangguk-angguk, namun tatapannya masih menyimpan keraguan.

"Tapi...daripada kamu terus berhubungan dengan wanita-wanita tidak jelas di luar sana, lebih baik menjalin hubungan dengan Revana. Dia gadis yang baik, cantik, dan selalu perhatian padamu."

Adrian terdiam. "Anton, kamu tahu Revana itu sekretarisku. Itu tidak mungkin."

"Kenapa tidak? Adrian, aku tahu kamu kesepian. Istrimu terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. Kamu butuh seseorang yang bisa mengerti dan menghargaimu. Tidak ada yang salah dengan itu. Lagipula, Aku lihat Revana juga menyimpan perasaan padamu."

Adrian terkejut "Apa maksudmu?"

"Aku sering melihat Revana memperhatikanmu dari jauh. Tatapannya penuh kekaguman dan mendambakan. Aku yakin, dia akan menjadi wanita yang baik dan penurut untukmu. Tidak seperti Laura, wanita malam yang kamu pacari itu, sungguh parah. Dia cuma mau uangmu saja."

"Anton, jangan bahas itu lagi." Kata Adrian kesal, mengingat Laura yang sudah memanfaatkannya.

"Sengaja, biar kamu tak mengulang lagi kesalahan yang sama." jawab Anton acuh, lalu ia beranjak. "Ya sudah, aku balik ke ruanganku dulu, sebentar lagi meeting." kata Anton sembari berjalan keluar dari ruangan Adrian.

Adrian terdiam membisu. Kata-kata Anton membuatnya semakin bimbang. Ia tahu, Anton benar. Selama ini, ia memang merasa kesepian dan merindukan perhatian. Namun, ia juga takut untuk mengambil risiko dan melanggar batasan yang selama ini ia jaga. Apa yang harus ia lakukan?

...☘️☘️☘️...

Ruang rapat terasa penuh dengan ketegangan. Para petinggi perusahaan berkumpul untuk membahas proyek besar yang sedang mereka kerjakan. Adrian memimpin rapat dengan profesional, namun pikirannya tidak sepenuhnya fokus pada materi yang sedang dibahas.

Sesekali, matanya mencuri pandang ke arah Revana yang duduk di sampingnya. Gadis itu tampak serius mencatat setiap poin penting yang disampaikan. Penampilannya hari ini sangat menawan. Blus putih yang dipadukan dengan rok hitam selutut membuatnya terlihat elegan dan anggun.

Adrian berusaha mengendalikan dirinya, namun tatapan Revana seolah memiliki daya tarik yang sulit dihindari. Ia merasa jantungnya berdegup lebih kencang setiap kali mata mereka bertemu.

"Baik, kita lanjutkan dengan pembahasan anggaran. Revana, tolong tampilkan slide berikutnya." ucap Adrian dengan suara tegas.

"Baik, Pak." jawab Revana dengan sigap.

Revana segera menekan tombol remote dan menampilkan slide yang dimaksud. Adrian memperhatikan gerak-gerik Revana dengan seksama. Tanpa sadar Ia terpesona dengan kepiawaian gadis itu dalam bekerja.

"Pak Adrian, saya rasa ada beberapa poin dalam anggaran yang perlu kita tinjau kembali." kata Kepala bagian divisi keuangan.

Adrian mengangguk. "Silakan, sampaikan pendapat Anda."

Diskusi pun berlanjut dengan serius. Adrian berusaha fokus pada jalannya rapat, namun pikirannya terusik oleh kehadiran Revana di sampingnya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya hari ini. Apakah ia mulai tertarik pada sekretarisnya sendiri?

Di sela-sela rapat, Adrian kembali mencuri pandang ke arah Revana. Kali ini, mata mereka bertemu lebih lama dari biasanya. Revana tersenyum tipis, seolah tahu apa yang sedang berkecamuk dalam benak Adrian. Senyuman itu membuat Adrian semakin salah tingkah. Ia segera mengalihkan pandangannya dan berusaha kembali fokus pada rapat. Namun, hatinya sudah terlanjur berdebar-debar.

1
Ma Em
Sudahlah Revana terima saja Adrian dan menikahlah dgn Adrian .
Ma Em
Revana sdh terima saja pemberian Adrian karena kamu emang membutuhkan nya , lbh baik cepatlah halalkan segera hubungan Revana dgn Adrian .
Ma Em
Adrian kalau benar serius dgn Revana segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn ditunda lagi , semoga Revana bahagia bersama Adrian .
Ma Em
Adrian segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn cuma janji 2 doang buat Revana hdp nya bahagia cintai dan sayangi Revana dgn tulus .
Ma Em
Semangat Revana tunjukan pesonamu pada sang calon mertua agar mereka bisa melihat ketulusan dan kebaikan hatimu Revana 💪💪💪
Ma Em
Ya terima saja Revana lamaran Adrian lagian Revana tdk salah2 amat karena emang Adrian sdh tdk bahagia hdp bersama istrinya karena istrinya Adrian tdk mau mengurusi suami juga anak2 nya .
Ma Em
Bagaimana Adrian tdk terpesona sama Revana jika Adrian selalu diperhatikan dan dilayani setiap keperluannya sangat berbeda jauh dgn sikap istrinya Adrian yaitu Nadya yg tdk pernah diperhatikan dan dilayani dgn baik sama istrinya
Ma Em
Pantas Adrian cari perempuan lain yg membuatnya nyaman , dirumah nya selalu dicuekin sama Nadya istrinya dan tdk pernah diurus semua keperluan suami dan anak2 nya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!