Raina hanya ingin mengisi waktunya di malam hari dengan membaca novel romantis sebelum tidur. Tapi siapa sangka, novel berjudul “Pengantin Bayangan Sang Antagonis” itu akan menjadi akhir dari hidup lamanya. Sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya—dan saat ia membuka mata, ia bukan lagi Raina. Ia kini menjadi Ayla, karakter figuran yang hanya muncul di dua bab novel… sebagai istri sang antagonis pria yang hendak menceraikannya.
Namun yang lebih mengejutkan bukan hanya reinkarnasinya, melainkan sistem misterius bernama “Sistem Gosip” yang kini bersarang di benaknya. Sistem ini memberinya informasi rahasia paling update, tentang siapa pun di dalam dunia ini. Skandal, rahasia kelam, kebohongan, semuanya tersedia.
Sayangnya, ada satu efek samping yang tidak disebutkan: setiap bisikan hatinya bisa didengar oleh suaminya sendiri—Kael Arvane, pria dingin dan penuh ambisi yang menjadi antagonis utama dalam novel itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Darah, Janji, dan Kematian
Ledakan cahaya merah menyambar langit-langit aula. Althar mengerang keras, suara yang bukan hanya menggema, tapi seakan mengguncang dunia. Tanah retak. Pilar-pilar runtuh. Namun dalam pusaran kehancuran itu, hanya kami berdua — aku dan Kael — yang berdiri tegak, berselimut aura merah hasil ikrar jiwa.
Sistem Gosip terus berdengung di dalam benakku:
[Status: Mode Pertahanan Jiwa Ganda.
Musuh utama: Althar.
Efek samping aktif: Penarikan emosi terdalam.]
Emosi terdalam? Apa maksudnya—?
“Ayla, hati-hati!” Kael menarik ku saat sebuah tangan hitam dari kabut mencoba mencengkeram leher, ku. Aku hampir tak sempat menghindar. Tapi sentuhannya, cengkeraman lembut Kael pada pergelangan tangan ku, membuat jantung ku berdetak tidak karuan.
"Mengapa... aku merasa ini bukan hanya tentang menyelamatkan dunia?"
KREK!
Althar melayang mundur, bentuk tubuhnya berkedip-kedip. Wajah yang semula tak terlihat perlahan mulai terbentuk — wajah seorang pria tua, matanya kosong, namun di balik kekosongan itu ada kilatan… kesakitan?
“Apa yang kau lakukan pada, ku?” teriak Althar. “Kenapa… aku bisa merasakan rasa bersalah?!”
Kael menunduk, napasnya terengah, lalu mengangguk ke arah, ku. “Kita bukan hanya menyerangnya secara fisik. Ikatan kita… membuka celah dalam jiwanya.”
Aku menatap Kael dengan ngeri. “Kau maksud… kita mengacaukan pikirannya?”
“Lebih dari itu. Kita membuatnya mengingat... siapa dia dulu.”
Sistem Gosip berbunyi keras.
[Rahasia Terungkap: ALTHAR adalah ELIAZ — mantan penjaga dimensi.
Terkena kutukan kehampaan setelah kehilangan ikatan jiwanya.
Target: Hancurkan simbol pengikat di balik tubuhnya.]
Simbol pengikat?
Aku memperhatikan tubuh Althar — atau Eliaz — yang mulai bergetar. Di punggungnya, samar terlihat sebuah simbol menyala merah: bentuk seperti mata dengan ekor ular. Itu dia.
“Kael! Di belakangnya!”
Ia mengangguk, lalu bergerak seperti petir. Aku melompat ke sisi berlawanan, menarik energi sihir dari udara, menguatkan tubuh ku dengan mantra perlindungan.
Kael menyelinap cepat, dan saat Althar hendak menengok—
“HEY, MONSTER GOSONG!” teriak, ku. “Kau tahu gak? Kau nyebelin banget dan baunya kayak sandal basah yang di simpan di lemari setahun!”
Althar langsung menoleh pada, ku.
“ASTAGA, itu bener-bener keluar dari hati!” pikir ku panik.
Kael tertawa lirih — aku lupa, dia DENGAR. Tapi terlambat bagi Althar. Kael telah menusuk punggungnya, tepat pada simbol merah menyala.
Althar menjerit, tubuhnya bergetar hebat, lalu runtuh ke tanah dalam sorotan cahaya menyilaukan. Semua menjadi diam. Kabut menghilang. Bangunan tua itu hancur, tapi langit kembali biru.
[Sistem Gosip: Target Kelas S Terkalahkan.
Status: Sistem akan memasuki Mode Stabilisasi.
Efek Ikatan Jiwa: Masih aktif.]
Aku jatuh terduduk di tanah, tubuh ku gemetar. Kael berjalan pelan ke arah ku, wajahnya pucat, tapi matanya… hangat.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya.
Aku mengangguk. “Gak nyangka… kita berhasil.”
Ia duduk di samping, ku. Keheningan sejenak menyelimuti. Angin sore berembus lembut, membawa aroma rumput dan debu. Lalu…
“Kalau kupikir-pikir… pegang tangan mu tadi bikin jantung ku aneh.”
“…dan... aku gak tahu apakah karena sihir atau karena... kau.”
Kael memalingkan wajah. “Sihir, ya?”
“Atau mungkin… karena aku suka kamu?”
Aku menutup mulut. Gawat. Itu barusan aku pikir… dan Kael—
Ia tersenyum.
“Sudah ku duga,” gumamnya. “Jujur saja, aku juga.”
Dunia mungkin saja baru di selamatkan, tapi yang lebih menakutkan dari semua itu adalah kenyataan bahwa hatiku kini tak bisa lagi di sembunyikan. Tapi entah kenapa… aku tak ingin menyembunyikannya lagi.
