Anatari Gayatri yang sedang magang di hotel. Ia adalah cewek yang sama sekali tak suka dengan cowok bule.
Erland yang saat itu sebenarnya sedang patah hati dan ingin menyendiri, jadi kesal dengan teriakan Anatari yang tak suka cowok bule. Ia pun bertekad hendak membuat gadis itu jatuh cinta lalu meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lolos
Keduanya ini berada di dalam kamar. Anatari masih berdiri sambil memandang ranjang dengan seprei berwarna biru muda. Gadis itu menelan ludah sambil berusaha menenangkan hatinya. Kalau di percintaan mereka yang pertama Anatari ada dibawah pengaruh alkohol, namun kali ini tidak. Gadis itu sangat sadar walaupun anggur yang ia minum tadi sudah mulai bereaksi dan membuat tubuhnya panas.
Erland yang sudah membuka kaosnya menatap Anatari yang masih berdiri.
"Apa lagi yang kamu tunggu? Ayo buka gaunnya!" perintah cowok itu lalu membuka celana pendek yang digunakannya, membuat ia hanya mengenakan celana boxer berwarna hitam.
Anatari memalingkan wajahnya melihat lelaki yang sudah menjadi suaminya itu hampir polos. Badan Erland memang sangat bagus. Anatari bahkan bisa melihat perutnya yang sixpack seperti roti sobek.
"Bolehkah aku gosok gigi dulu? Aku juga ingin pipis." kata Anatari.
"Silahkan! Tidak lebih dari 7 menit."
Anatari langsung berlari ke kamar mandi. Ia menutup pintu geser itu dengan tangan yang bergetar. Gadis itu berdiri di depan wastafel sambil mencoba mencari akal bagaimana bisa lolos dari sentuhan Erland.
Erland yang berdiri di depan pintu kamar mandi segera berteriak. "Jangan diam Anatari! Waktu terus berjalan."
Anatari segera mengambil sikat gigi dan meletakan odol di atasnya. Ia menggosok giginya sambil terus berpikir bagaimana cara menghindar.
Akhirnya ia keluar dari kamar mandi dengan wajah seperti menahan sakit.
"Pantas saja perutku sakit. Aku sudah datang bulan, Erland."
"Apa? Kamu mau menipu aku?" tanya Erland dengan mata yang melotot.
"Kamu mau memeriksanya sendiri?"
Erland diam.
"Please ..., belikan aku pembalut. Aku tak membawa stok pembalut. Nggak mungkin kan aku keluar dari pakaian seperti ini."
Wajah Erland terlihat kesal. Namun ia beranjak juga dari tempatnya berdiri, mengenakan kembali pakaiannya dan pergi.
Anatari menarik napas lega. Setidaknya, ia akan lolos dari Erland selama 5 hari ke depan.
Erland kembali 30 menit kemudian. "Aku tak tahu harus beli yang mana makanya aku ambil saja semua merk dan jenis yang ada di sana."
Anatari sebenarnya ingin tertawa namun ia pura-pura meringis. "Terima kasih." Anatari mengambil satu pembalut yang modelnya sangat tipis lalu segera kembali ke kamar mandi. Ia terpaksa menggunakan pembalut itu karena takut Erland akan memeriksanya.
Tak lama kemudian ia keluar dari kamar mandi sambil terus berpura-pura memegang perutnya. Gadis itu langsung menuju ke sofa dan tidur.
"Hei, tidur di ranjang bukan di sofa. Kita kan sudah menikah."
Anatari pun bangun saat mendengar teguran Erland. Dari pada membangunkan singa yang tidur, Anatari memilih mengalah. Ia berpindah ke atas ranjang sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Si bule gila ini menyetel AC nya di angka yang paling rendah sehingga kamarnya menjadi sangat dingin.
Tak lama kemudian Anatari merasakan kalau ranjang di sebelahnya bergerak. Ternyata Erland juga ikut naik ke atas ranjang. Lelaki itu kemudian mematikan lampu utama dan lampu baca sehingga keadaan kamar menjadi temaram karena hanya disinari oleh lampu dari luar kamar.
Kata Anatari yang sudah terpejam menjadi terbelalak saat ia merasakan tangan kekar Erland melingkar di perutnya.
"Jangan protes. Sekalipun malam ini kita tidak bisa bercinta namun bukan berarti aku tak bisa memelukmu, istriku." bisik Erland tepat di belakang telinga Anatari. Gadis itu hanya bisa menggigit bibirnya. Ada penolakan dari dalam dirinya karena kebenciannya terhadap pria bule.
Tubuh Erland memang wangi. Pastilah ia menggunakan parfum yang mahal. Namun Anatari tetap tak suka. Ia hanya bisa memejamkan matanya sambil mengepalkan tangannya.
*************
Anatari bangun saat jam sudah menunjukan pukul setengah 7. Gadis itu tak menemukan Erland di sampingnya. Ia langsung berlari ke kamar mandi karena ia hampir saja terlambat.
Entah jam berapa Anatari tertidur. Ia baru bisa memejamkan matanya saat pelukan Erland di perutnya mengendur karena lelaki itu akhirnya tertidur.
Anatari mandi secepat mungkin. Saat ia membuka lemari, semua pakaiannya sudah ada di sana. Ia kemudian mengenakan seragam putih hitamnya. Saat ia keluar dari villa, ia juga tak melihat Erland. Gadis itu setengah berlari menuju ke hotel yang memang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki karena letaknya juga tak jauh.
"Anatari, kenapa kamu sudah masuk? Bukankah kamu sakit?" tanya Satria saat melihat Anatari yang datang dengan napas yang tersengal-sengal. Waktu sudah menunjukan waktu pukul 7 lewat 10 menit.
"Sakit?"
"Iya. Kemarin ibu Linzzy mengatakan kalau kamu sakit. Jadi nggak masuk."
"Ibu Linzzy?"
"Iya. Manager kita yang baru. Ibu Winda kan perginya kurang lebih sebulan karena ia sekalian dengan liburan."
"Oh ....., aku sudah sehat." Anatari yakin kalau Erland yang mengatakan kalau dia ijin sakit pada hal kemarin dia menikah.
"Wajahmu terlihat sedikit pucat. Apalagi kamu tak menggunakan make up hari ini. Ayo ke belakang dulu." ujar Ayu.
"Baik, kak." Anatari segera menuju ke bagian belakang. Namun saat ia membuka pintu, ia terkejut melihat ada Alea di sana. Gadis itu pun nampak terkejut saat melihat Anatari.
"Hai Ana, kamu sudah sehat? Aku kemarin sudah di pindahkan ke bagian resepsionis."
"Oh....." Anatari hanya mengangguk saja. Ia kemudian duduk di depan kaca dan menggunakan lipstik dan sedikit pemerah pipi. Ia kemudian keluar lebih dulu. Entah mengapa hatinya sakit saat mengingat semua yang sudah Alea lakukan padanya.
"Mulai hari ini, mahasiswa magang di bagian resepsionis menjadi dua orang." ujar Satria. Anatari berusaha lapang dada.
Pagi itu di bagian resepsionis sedikit sibuk karena banyak tamu yang cek out.
Hotel ini memang tak pernah sepi pengunjung sekalipun bukan musim libur.
"Ana, cincin mu cantik sekali. Seperti cincin pernikahan ya, atau jangan-jangan kamu sudah menikah secara diam-diam?" tanya Ayu saat ia melihat cincin Anatari. Alea yang berdiri di samping Anatari juga ikut memperhatikan cincin Anatari.
"Oh ...ini? Cincin yang aku beli di pasar. Titanium. Bukan emas." kata Anatari berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
"Oh...., begitu ya. Tapi kok kayaknya seperti cincin emas ya?" Ayu memegang tangan Anatari sambil memperhatikan jari manis Anatari yang menggunakan cincin itu.
"Di mana ya aku pernah melihat cincin model seperti ini? Kayak pernah lihat deh. Atau jangan-jangan kamu itu sudah bertunangan?"
Anatari langsung menarik tangannya. "Ada tamu." ujar Anatari. Ia langsung tersenyum pada pria bule di depannya.
"Good morning, sir!" sapanya berusaha ramah. Tahu kan Anatari sangat tidak menyukai lelaki bule.
Selama bekerja, Anatari berusaha agar tak banyak bicara dengan Alea. Ia bahkan tak mengambil jam makan siangnya dengan alasan masih kenyang.
Jam 2 siang, Lizzy, sang manager baru mendekati meja resepsionis. Perempuan itu nampaknya blesteran barat-Korea.
"Anatari?" tanyanya.
"Yes?" Anatari menjawab dengan wajah bingung.
"Come with me!" ajaknya sambil tersenyum. Anatari yang bingung segera mengikuti pertemuan itu.
"Take your handphone."
Anatari pun kembali ke meja resepsionis dan mengambil ponselnya yang diletakan di dalam laci meja. Mereka memang tak boleh pegang hp selama jam kerja.
Mereka memasuki lorong yang menuju ke bagian kantor hotel. Perasaan Anatari langsung tak enak.
Benar saja, mereka kini berada di ruangan kerja Erland. Lizzy membuka pintu ruangan itu. Nampak Erland dan Joel sedang duduk di sana.
"This is your wife, Erland." ujar Lizzy membuat Anatari semakin terkejut. Bagaimana manager baru ini bisa tahu. Bukankah mereka sepakat hanya mereka bertiga saja yang tahu tentang pernikahan ini?
Wajah Anatari nampak kesal sambil menatap Erland.
"This is my wife." ujar Joel lalu berdiri dan segera melingkarkan tangannya di bahu Lizzy.
"Your secret is safe with me." bisik Lizzy sebelum pergi dengan suaminya.
"Ada apa meminta aku datang ke sini?" tanya Anatari.
"Mengapa tidak makan siang?"
"Apa peduli mu jika aku makan siang atau tidak?"
"Kamu lupa yang aku bilang semalam? Kamu itu kurus, tidak berisi. Dadamu rata, bokong mu kempes dan pinggangmu kurang seksi. Harus naik 5 kg supaya bisa menarik buat aku."
Anatari terkejut. "Kamu tahu dari mana dadaku rata?" tanya Anatari tersinggung. Ukuran dadanya saja 34A. Cukup lumayan.
"Kamu lupa ya, aku sudah pernah melihatnya. Bahkan menyentuhnya."
"Kamu....!"
Erland menurunkan tangan Anatari yang terangkat. "Habiskan makan siangnya baru kamu kembali kerja."
Anatari menatap makanan yang ada di atas meja. "Aku nggak suka makanan Jepang." Anatari menggeleng saat melihat ada daging ikan mentah di sana.
"Makan!" perintah Erland.
Anatari mengepalkan tangannya. Bolehkah kali ini ia menghajar Erland?
***********
Apa yang akan terjadi selanjutnya ?
Anatari blum pengalaman jd meski di arahkan dl sama si sutradara nya yaitu Erland 😀🤣😍🫢🤭
Erland ngeselin sekali buat Anatari..
apakah mereka akan malam pertama yg sdh sll tertunda itu hehehehehe..
lanjut thor 🙏
lanjut thor 🙏
Anatari bnyk akal tp Erland kyknya tdk kurang akal utk mengerjai nata 😄😁🫢🤭