Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membongkar kebusukan Yogi.
Belum tangan pria itu berhasil menggapai apa yang diinginkannya, tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka, dan seseorang pun muncul dari baliknya.
"Sepertinya kau memang benar-benar ingin mati di tanganku." Kata seseorang yang tak lain adalah Gilang.
Tubuh Yogi langsung terhuyung kebelakang saat tangan besar Gilang menghantamkannya tanpa ampun. Hantaman bertubi-tubi dari Gilang membuat Yogi tidak sempat memberi perlawanan.
Gilang mengeluarkan semua kemarahan dalam diri dengan membuat Yogi terkapar tak berdaya. Jika bukan karena asisten Tiko dengan cepat menghentikan Gilang, tidak menutup kemungkinan Yogi akan kehilangan nyawanya di tangan Gilang.
"Cukup tuan! Dia bisa benar-benar mati jika anda terus memukulinya seperti ini." Asisten Tiko melerai dengan memeluk tubuh Gilang dari belakang.
Dengan tubuh lemah tak berdaya, Yogi menatap sinis pada Gilang.
"Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau mencampuri urusanku, hah?."
"Aku rasa kau belum lupa pada gadis yang pernah kau gilir bersama kedua temanmu, bukan? Gadis itu adalah adikku, adik kandungku, yang akhirnya meninggal dunia karena depresi akibat perbuatan bej-at kalian." Teriak Gilang dengan emosi yang berapi-api.
Gracia yang sejak tadi hanya berpura-pura berada di bawah pengaruh obat pemberian Yogi, akhirnya bangkit dari tempat tidur Mengeluarkan alat perekam yang sejak tadi sengaja diaktifkannya.
"Kau dan si tua bangka itu memang bodoh, Gracia. Seumur hidup belum pernah aku bertemu dengan orang-orang bodoh seperti kalian, sangat mudah sekali di tipu. Seandainya malam itu tidak ada orang yang hampir memergoki aku, pasti si tua bangka itu sudah menyusul ibumu, Gra. Meksipun aku tidak bisa melenyapkan si tua Bangka itu, namun sebentar lagi aku bisa menikmati tu-buh putri kesayangannya. Hahahaha......" rekaman tersebut terdengar begitu jelas hingga Yogi semakin gelisah dibuatnya.
Gilang hendak kembali menghajar Yogi ketika mendengar rekaman tersebut, namun dengan cepat di cegah oleh Asisten Tiko. Asisten Tiko menggelengkan kepalanya, seolah mengisyaratkan pada Gilang untuk tidak melakukannya lagi.
"Sudah cukup kau mempermainkan hidup kami, Yogi! Kini saatnya kau mempertanggung jawabkan semua perbuatanmu. Jangan pernah berpikir kau bisa kembali terlepas dari jerat hukum seperti sebelum-sebelumnya, karena aku sudah mengantongi semua bukti atas kejahatanmu." tegas Gracia. Kini tak ada lagi panggilan mas seperti biasanya. Menurut Gracia panggilan mas terlalu berharga disematkan pada pria seb-ejat Yogi.
Dengan wajah yang sudah babak belur, Yogi berusaha menyerang Gracia, hendak merampas bukti rekaman tersebut dari tangan Gracia.
"Buk...." belum sempat Yogi menyerang Gracia, tu-buhnya sudah menerima tendangan dari Gilang.
"Sedikit saja kau berani menyentuh Gracia, ku patahkan semua jari-jarimu." Gilang tidak main-main dengan ancamannya.
Tak lama kemudian pihak kepolisian yang dihubungi oleh asisten Tiko tiba di lokasi untuk meringkus Yogi.
"Apa-apaan ini, pak? Saya tidak bersalah, kenapa kalian menangkap saya?." Dengan sisa tenaganya, Yogi berusaha melepaskan diri, namun tenaganya kalah dari empat orang pria berseragam coklat yang meringkusnya.
"Nanti anda bisa menjelaskannya di kantor!." Yogi diseret keluar dari kamar hotel.
Setelah Yogi di bawa pergi oleh pihak yang berwajib, Gilang memastikan kondisi Gracia.
"Kamu baik-baik saja kan? Mana saja bagian tubuhmu yang disentuh oleh pria breng-sek itu?." Gilang memindai bagian tubuh Gracia dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Aku baik-baik saja mas, Yogi belum sempat menyentuhku. Lagipula kalau sampai si breng-sek itu berani menyentuhku, aku bisa memberinya hadiah." Gracia mengeluarkan alat pengejut listrik yang sengaja dibawanya beserta alat perekam sebelum mendatangi restoran tadi.
"Untungnya istriku baik-baik saja, karena kalau sampai terjadi sesuatu pada istriku, aku pasti tidak akan memaafkan mu." Kalimat tersebut ditujukan Gilang pada asisten pribadinya.
"Mana mungkin aku berani melibatkan istri anda jika tidak melakukan persiapan yang matang, tuan. Aku masih menyayangi nyawaku, tuan." Gilang menarik sudut bibirnya mendengar jawaban dari asisten pribadinya tersebut. Asisten Tiko memang selalu bisa di andalkan.
Deg
Gracia tertegun mendengar Gilang menyebutnya dengan sebutan istriku.
Flash back On.
"Jika anda ingin terbebas dari kemarahan tuan Gilang, maka lakukan tugas ini dengan baik! Cukup temui pria itu, sisanya akan menjadi tugasku." Jelas asisten Tiko kepada Winda sebelum wanita itu turun dari mobilnya.
"Baik, tuan." Winda sudah bertekad untuk melakukan tugas tersebut dengan baik. Bukan hanya untuk membebaskan diri dari kemarahan Gilang, tapi juga untuk menjerat pria breng-sek seperti Yogi. Ya, Winda sudah mendengar semua perbuatan jahat Yogi dari asisten Tiko.
Setelah mendengar semua penjelasan dari asisten Tiko, Winda lantas turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama restoran.
Winda nampak memilin ujung kemeja yang dikenakannya, perasaannya cemas menanti kedatangan Yogi.
Setelah dua puluh menit menanti, akhirnya yang dinanti pun menampakkan batang hidungnya.
"Untuk apa kau mengajakku bertemu? Bukankah semalam rencanaku sudah gagal total akibat kebodohanmu, hingga pada akhirnya mama aku kembali drop karena tidak jadi bertemu dengan putrinya." Baru saja menempati kursi dihadapan Winda, Yogi sudah kembali memainkan sandiwaranya.
Kalau bukan karena ingin melaksanakan tugas dari asisten Tiko, mungkin Winda sudah tidak bisa menahan diri untuk mencekik leher Yogi yang pandai sekali bersandiwara.
"Maaf untuk kesalahan yang sudah aku lakukan semalam, tuan! Jika tuan tidak keberatan, aku ingin menawarkan bantuan pada anda agar Gracia bersedia pulang ke rumah. Jujur, aku merasa sangat prihatin pada kondisi ibu anda, tuan." Sama seperti Yogi, kali ini Winda tak lagi bodoh melainkan ikut memainkan sandiwara yang sudah di atur sedemikian rupa oleh asisten Tiko.
"Benarkah?." raut kesal di wajah Yogi langsung berubah seketika mendengar tawaran dari Winda.
"Kau memang gadis yang baik, aku sangat beruntung karena Tuhan mempertemukan aku denganmu, Nona Winda. Nampaknya kamu memang malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk membantu mamah aku kembali bertemu dengan putri kesayangannya." Winda ingin sekali mematahkan tangan Yogi yang sudah berani menyentuh bahunya. Namun, Winda masih menggunakan akal sehatnya dengan baik sehingga tak sampai melakukannya. Wanita itu berusaha menekan perasaan kesal dalam hati.
Winda hanya mengangguk saja.
Tanpa diketahui oleh Yogi ternyata percakapannya bersama Winda terdengar dengan jelas oleh asisten Tiko yang saat ini tengah mengamati interaksi antara mereka dari tempat yang aman.
"Sekarang kau ajak Gracia bertemu, dan jangan lupa untuk mencampurkan obat tidur ini ke dalam minuman Gracia, agar aku bisa membawanya pulang ke rumah dengan aman." Yogi kembali memberikan jenis obat yang sama kepada Winda.
"Kalau bisa, ajak dia bertemu di sini! Aku akan menunggu di mobil sampai kau berhasil. Dan Jika kau berhasil membantuku, aku akan memberikan imbalan yang setimpal untukmu, Nona Winda."
Winda semakin yakin untuk membantu Gilang membongkar kebusukan Yogi yang tidak punya hati nurani, tega menjebak adik tirinya sendiri demi memuaskan naf-su birahinya. Ya, asisten Tiko sudah menceritakan semua niat busuk Yogi terhadap Gracia, bukan hanya itu saja tapi Asisten Tiko juga menyampaikan fakta bahwa Yogi lah yang telah memper-kosa adiknya Gilang, Yumi.
"Baiklah tuan, sekarang silahkan menunggu di mobil! Saya akan mencoba menghubungi Gracia." kata Winda. Untuk meyakinkan Yogi, Winda sengaja mengaktifkan Loo spiker pada ponselnya saat berbicara dengan Gracia. Yogi tersenyum girang dalam hati, ia yakin bahwa malam ini ia pasti akan mendapatkan apa yang selama ini diinginkannya, yakni menik-mati tubuh indah saudari tirinya, Gracia. Tanpa disadari oleh si Yogi serakah, saat ini ia sudah masuk ke dalam perangkap Asisten Tiko.
Dua puluh menit kemudian motor Gracia tiba di restoran, menyaksikan hal itu membuat senyum kembali terbit di bibir Yogi. Ya, demi memuluskan rencana serta meyakinkan Yogi, Gracia sengaja datang ke restoran dengan mengendarai sepeda motornya.
"Di mana si breng-sek itu?."tanya Gracia.
"Pria itu menunggu di mobilnya. Jika saya berhasil mencampurkan obat ini ke dalam minuman nyonya, pria itu memintaku untuk segera menghubunginya." jawab Winda.
"Jangan panggil aku begitu, panggil Gra saja seperti biasa!." Gracia merasa risih dengan panggilan baru Winda. Lagipula pernikahannya dengan Gilang tidak se-harmonis itu sehingga ia merasa tidak pantas mendapatkan panggilan demikian dari orang lain, termasuk Winda.
"Maaf....tapi saya tidak bisa. Anda adalah istri dari tuan Gilang, maka sudah seharusnya saya memanggil Anda dengan sebutan Nyonya."
"Terserah kamu saja!." Pada akhirnya Gracia pasrah dengan panggilan baru Winda tersebut, hanya saja Gracia meminta Winda untuk tidak memanggilnya dengan sebutan seperti itu jika sedang berada dilingkungan kerja, mengingat tak ada orang kantor yang tahu tentang pernikahannya dengan Gilang, kecuali asisten Tiko. Gracia paham betul dengan perasaan Winda, wanita itu pasti takut pada suaminya. Jangankan Winda, dirinya saja yang hampir setiap malam berbagi peluh dengan Gilang masih saja merasa takut jika Gilang sedang marah.
Setelah lima belas menit berlalu, Gracia meminta Winda untuk menghubungi Yogi dan menyampaikan pada pria itu jika ia sudah berhasil melakukan tugas dari pria bajin-gan itu, mencampurkan minuman Gracia dengan obat yang diberikannya tadi.
Tak butuh waktu lama, Yogi nampak kembali memasuki pintu utama restoran dengan wajah cerahnya, berpikir rencananya telah berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
"Aku tidak akan memaafkan mu jika sampai terjadi sesuatu pada istriku." Dari tempat persembunyiannya, Gilang sudah menekan tubuh Asisten Tiko ke dinding, ketika menyaksikan Yogi membawa istrinya menuju ke mobilnya. Meskipun hingga detik ini asisten Tiko belum sekalipun melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya, tetapi ketika berhubungan dengan istrinya, Gilang tetap saja merasa cemas.
"Tuan tenang saja! Percayalah.... Nona Gracia pasti akan baik-baik saja!." Asisten Tiko yakin sebab pria itu sudah mengerakkan anak buahnya di hotel yang barusan dipesan oleh Yogi lewat aplikasi di ponselnya.
Di dalam mobilnya, Yogi mencoba menyentuh dagu Gracia, namun dengan gayanya yang seperti orang mabuk, Gracia menepis tangan Yogi dengan kasar.
"Ternyata kau suka dengan cara kasar, Gracia sayang...." Yogi semakin tak sabar untuk segera tiba di hotel yang telah dipesannya lewat aplikasi di ponselnya beberapa saat lalu.
Ya, insting asisten Tiko tidak bisa diragukan lagi. Benar saja dugaan pria itu, hotel yang menjadi pilihan Yogi adalah hotel terdekat dari lokasi restoran.
Tanpa di sadari Oleh Yogi, di dalam saku jaket Gracia terdapat sebuah alat pengejut listrik yang sengaja dibawa oleh gadis itu untuk berjaga-jaga, misalnya jika asisten Tiko dan suaminya tidak berhasil menemukan keberadaannya. Walaupun sangat kecil kemungkinan hal itu terjadi, Gracia tetap membawa serta benda tersebut di kantong jaketnya.
Di tengah perjalanan menuju hotel, Yogi mengucapkan kata-kata yang mampu membuat jantung Gracia seperti berhenti berdetak, sebuah pengakuan mengejutkan dari Yogi.
Setibanya di hotel, Yogi langsung menggendong tubuh Gracia ala bridal style. Pria itu beralasan pada petugas hotel jika istrinya sedang kurang enak badan sehingga tak mampu berjalan. Dan alasannya tersebut dipercaya begitu saja oleh petugas hotel, sehingga Yogi dengan mudahnya membawa Gracia ke kamar yang telah dipesannya.
Yogi yang sudah tidak sabar ingin mencicipi tu-buh indah Gracia, lantas menang-galkan satu persatu pakaiannya hingga tersisa hanya tinggal boxer saja yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Sebenarnya Gilang tak rela menyaksikan pemandangan yang membuat da-danya terasa sesak menahan geram, namun semua itu harus dilakukan untuk menguatkan tudingan terhadap Yogi.
Gilang terus mengamati pergerakan di dalam kamar hotel melalui kamera tersembunyi yang sengaja di pasang oleh pihak hotel atas perintah dari asisten Tiko, beberapa saat sebelum kedatangan Yogi. Gilang sudah tidak bisa menahan diri lagi ketika melihat Yogi hendak menyentuh wajah istrinya. Dengan langkah lebarnya, Gilang menghampiri kamar tersebut, kemudian membuka pintu kamar dengan akses yang telah diberikan oleh pihak hotel untuknya. Tanpa basa-basi, Gilang langsung menghajar Yogi tanpa ampun.
mantap 👍👍👍👍
Akan tetapi sudah terlihat🤭🤭🤭🤣🤣
alias udah jatuh cinta...
biar Vanessa gak mikir pisah lagi...
sekarang udah beda lagi,karena udah menyusui 🤣🤣🤣