AMBISI SANG ANTAGONIS

AMBISI SANG ANTAGONIS

ASA : 01

“Malam ini adalah momen yang kami tunggu, setelah beberapa tahun lalu pernah melewati hal membahagiakan sama persis ... kala putri kebanggaan keluarga Wiguna, yakni Arimbi menikah dengan Thariq Alamsyah,” kepala keluarga Wiguna, yakni Sigit Wiguna membuka acara dengan nada riang, menatap ramah para tamu undangan.

“Mari kita bersulang atas pertunangan resmi anak angkat kami, Sahira dengan Wira Tama, putra dari sahabat saya.” Gelas yang ada dalam genggamannya diangkat tinggi, langsung saja para tamu undangan melakukan hal sama.

Ucapan selamat membahana di dalam ruangan yang disulap demikian indah, bunga-bunga segar tertata rapi mengeluarkan harum semerbak, lampu hias mewah bersinar lembut, kursi dan meja dibalut kain berwarna gold dan putih.

"Nak, turunlah sapa para tamu!" titah Sigit Wiguna kepada wanita bergaun sederhana dan berwajah lugu, Sahira.

“Ayo ke sana!” Wira Tama menggenggam lembut jemari tunangannya, yang mana terdapat cincin lambang ikatan mereka, tinggal selangkah lagi menuju janji suci pernikahan.

Dua sejoli itu menuruni undakan tangga panggung pendek dengan saling bergandengan tangan.

Sahira menurut, melangkah menyamai ayunan kaki pemuda berjas hitam, berpostur idaman para wanita yang mendambakan pria berperut kotak-kotak, hasil dari rajin berolahraga.

“Selamat ya! Kalian terlihat sangat tidak serasi.” Jenny mengedipkan sebelah matanya, tersenyum penuh maksud tersembunyi, menatap remeh pada anak angkat sang paman yang malam ini memoles wajahnya dengan make-up tipis.

“Mau dipermak seperti apapun, aura wanita melarat begitu melekat padamu, Hira.” Bisiknya tepat di pusara telinga Sahira, lalu melerai pelukan mereka.

Sahira begitu tenang, tidak terprovokasi, dia tersenyum lembut, memperlihatkan raut polos.

“Dasar tak tahu malu!” Jenny mencibir, memutar malas bola matanya kala tidak mendapati ekspresi wajah murung, kesal, ataupun sedih seorang Sahira. Dia beralih memeluk dan mencium kedua pipi Wira Tama, yang disambut formal.

Beberapa tamu undangan lainnya mulai mendekati pasangan yang baru saja meresmikan hubungan mereka ke jenjang pertunangan.

Lagi-lagi Sahira enggan bersuara, hanya tersenyum simpul, sesekali mengangguk, ia layaknya manekin yang dipamerkan oleh sang tunangan. Wira terlihat begitu sempurna memainkan peran sebagai calon suami idaman, paras tampan, senyum hangat, gaya bicara ramah.

“Tanpa menilik lebih dalam, kita semua pasti tahu kalau yang paling beruntung itu Sahira, dia mendapatkan pria kaya, tampan, ramah, mana terlihat begitu cinta lagi. Lihatlah bagaimana Wira sangat menjaga calon istrinya yang jelas-jelas jelek, berpenampilan pun selalu salah kostum. Masa, mengenakan baju yang lebih pantas dipakai pada saat prosesi pemakaman,” ejek salah satu wanita yang dulu pernah satu kampus dengan Sahira.

“Jelas lah, kalau saja tidak lewat jalur perjodohan, mana mungkin sekelas Wira mau dengan wanita kumuh, dungu, macam Sahira … ha ha ha.” Jenny menimpali, menutup mulutnya dengan tangan. Yang langsung disahuti tawa terkikik para wanita seumuran Sahira, 24 tahun.

Meskipun alunan musik terdengar sedikit keras, tetap saja kalimat-kalimat ejekan itu masih dapat didengar oleh Sahira yang kini berdiri sendirian diantara kerumunan orang berpenampilan menarik, mewah dan elegan.

“Kau jangan kemana-mana, tetap disini! Saya ada urusan sebentar.” Wira mendekati sang tunangan, sedikit membungkuk seraya berkata lirih tanpa menunggu jawaban apalagi persetujuan Sahira, ia melengos pergi.

Sahira sama sekali tidak menatap ke arah calon suaminya, sebaliknya dia memandang lekat sosok tinggi tegap, beraura pekat penuh intimidasi, yang kehadirannya mampu membuat orang disekelilingnya menatap sungkan bahkan menghentikan obrolan mereka.

Pria berkemeja biru muda, bercelana bahan hitam itu terlihat menyapa ayah angkat Sahira, hanya beberapa menit saja, kemudian dia pergi lagi dengan diikuti orang kepercayaannya.

Diam-diam, Sahira melangkah keluar ruangan, dia berjalan dalam senyap, menghindari kerumunan keluarga Wiguna. Sampai dimana kakinya membawanya pada parkiran mobil mewah yang malam ini dikhususkan untuk keluarga pemilik pesta.

“Ah … aku sudah tidak tahan lagi, Wira!”

Suara desahan bercampur nada frustasi menuntut pelepasan itu menarik minat wanita bergaun hitam longgar selutut.

“Menjijikan!” Di balik pilar penyangga area parkir, Sahira melihat dengan mata kepalanya sendiri. Pria yang belum ada satu jam lalu bertunangan dengannya, kini tengah mencumbui Jenny Mandala.

Bukannya lari melabrak ataupun pergi menjauh, wanita pemilik rambut sepunggung itu memilih melangkah pelan berpindah pada tiang penyanggah diseberang, lebih dekat pada dua sejoli tak bermoral.

“Naikkan kakimu pada kap mobil!” Wira membuka resleting celananya dengan tergesa-gesa, lalu menyerang bibir Jenny, melumat dengan gerakan kasar nan terburu-buru.

Jenny tidak mau kalah, dia mengimbangi dan menyentuh area sensitif pria yang sebenarnya adalah teman ranjangnya semenjak satu tahun lalu.

“Lebih cepat lagi!” pintanya saat merasakan dua jari sedang bermain sela-sela paha yang terbuka lebar.

Dua sosok beda jenis itu tak ubahnya hewan, bercumbu di area terbuka tanpa takut ketahuan. Saling mendesah, meracau menggunakan kata-kata kasar.

Bugh

Bokong Jenny dihempaskan pada kap mobil sedan, kakinya bersandar di bahu Wira. Hentakan demi hentakan begitu mereka dinikmati.

Tanpa mereka ketahui adegan menjijikan itu tersorot kamera cctv tersembunyi, dan Sahira tersenyum culas, dia tahu betul dimana saja letak cctv tambahan itu.

“Cukup!” Tangan yang semula terkepal erat perlahan terbuka, ia membuka clutch bag, mengambil obat tetes mata. Hilang sudah ekspresi lembut, binar mata hangat, tersisa raut datar, tatapan tajam bak ujung mata pisau.

Seperti kedatangannya dalam senyap, ia pun pergi menggunakan cara yang sama dengan berlinang air mata, kembali mengubah ekspresi seperti yang orang lain kenal selama ini.

Sahira melangkah gontai, tangannya tidak berkesudahan menghapus air mata palsu, bahunya bergetar hebat, sesekali mendongak menatap cctv. Wanita berbadan kurus itu terlihat seperti orang frustasi.

Sesekali berhenti tepat pada titik-titik kamera yang terpasang di sepanjang area basement sampai gerbang hotel.

Begitu sampai di gerbang terbuka. “Hah ... Argghh!!”

Tubuh Sahira luruh, ia menjerit sekuat-kuatnya, sampai dua orang security terlihat kebingungan melihat sosok rapuh berpenampilan acak-acakan, begitu didekati, Sahira langsung beranjak dan berlari kencang.

.

.

Hujan turun begitu derasnya, jalanan yang biasanya ramai lalu lalang kendaraan, malam ini terlihat lenggang.

"Aku Bersumpah! Akan menuntut balas sampai mereka bersujud memohon ampun!Lebih memilih mati daripada hidup seperti di neraka!"

Sahira terduduk di trotoar tepi jalan raya, tidak menghiraukan tubuhnya yang basah kuyup, melepas sepatu hak tinggi dan menaruh asal tas tangannya, menatap gemerlapnya lampu gedung tinggi.

Akhh!!

Teriakannya teredam derasnya air hujan, ia menjerit, menangis, meluapkan sesak di dada, mengingat kenangan buruk yang sangat kejam sekaligus mengerikan.

Tiba-tiba netranya silau oleh lampu tembak jauh sebuah mobil mewah, semakin dekat laju mobil, terbitlah senyum culasnya kala melihat nomor plat yang ia hapal diluar kepala.

“Mari kita mulai!”

Sahira berdiri, melompat turun ke jalan raya, merentangkan kedua tangan, menghadang laju mobil lumayan kencang.

Ciitt!

Bruk.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Cublik

Cublik

Hai .... ketemu lagi di karya baru sederhana saya.

Salam sayang, salam hangat semuanya 🤍.
Semoga suka dan terhibur.
Terima kasih banyak ya Kakak ... bagi yang sudah berkenan mampir membaca ....🫂❤️

2025-06-09

43

jumirah slavina

jumirah slavina

yyuuhhuuuuu Aku hadir d'sini...
Mon maaf yg horor Aku gak berani...
semangat berkarya My Otor....

lope Otor sekebon Bang Agam ...

2025-06-10

4

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Najong ini pasangan, ngaku kaya tapi iclik aja ditmpt parkiran, ga punya duit loe buat nyewa hotel 😤

2025-06-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!