Arkendra Zivan Mahendra seorang laki-laki yang berhati dingin dan terkenal dengan sikapnya yang anti perempuan. Bukan tanpa alasan laki-laki sukses dan kaya raya itu di juluki anti perempuan. Hal itu karena di masalalu, dia pernah di kecewakan oleh seorang perempuan yang berstatus calon istrinya.
Di hari pernikahan Kendra harus menelan pil pahit jika calon istrinya memilih meninggalkan dirinya dengan pria lain. Hal itu menjadikan Kendra trauma akan pernikahan dan malas berdekatan dengan perempuan.
Sampai di mana dia bertemu dengan seorang seorang perempuan yang menarik hatinya. Siapakah perempuan yang berhasil membuat Kendra berani untuk mengambil hatinya?
ikuti kisahnya ...
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kapan Nikah?
Jam tujuh pagi tepat, semua anggota keluarga Mahendra sudah berkumpul di meja makan. Disana terlihat nyonya sepuh Mahendra yaitu ibu dari Dimas Mahendra yang kemarin sempat di rawat di Rumah Sakit.
Ya, sebenarnya saat Yunita ada di Rumah Sakit dan Dania bisa bertemu dengan Kendra, mereka saat itu sedang mengurus kepulangan nyonya Ranti ibu dari Dimas Mahendra ayah dari Arkendra Zivan Mahendra.
Anggota keluarga Mahendra sudah berkumpul semua, ada nyonya Ranti sang tetua keluarga Mahendra, Dimas Mahendra, Yunita Mahendra, Anggita Ayu Mahendra anak pertama Yunita dan Dimas, ada juga Angga Pratama menantu pertama keluarga Mahendra dan ada Kendra anak bungsu dari Yunita dan Dimas.
Terlihat Yunita sedang menyiapkan makanan untuk ibu mertuanya dan juga Anggi sedang menyiapkan makanan untuk suami nya. Tak lama Yunita beralih ke suaminya dan menyiapkan sarapan untuk Dimas.
"Kak, aku juga dong kak..masa mama siapin buat eyang sama papa, kamu cuma siapin buat Angga doang, sekalian aku juga kali.."
Terlihat Kendra memprotes tindakan sang kakak yang hanya melayani suaminya sedangkan Kendra ingin juga di layani seperti papa dan kakak iparnya.
"CK..makanya, nikah! biar bisa rasain kayak kak Angga sama papa."
Anggita atau biasa di panggil Gita, dia memprotes sang adik untuk mencari istri.
"Kok jadi kesitu sih, aku kan cuma minta diambilkan sarapan, kenapa malah ke nikah sih..nggak nyambung juga kali.." dengan sewot Kendra menimpali ucapan sang kakak.
Sudah jadi rahasia di keluarga Mahendra, jika Kendra malas untuk membahas tentang pernikahan.
Itu karena masa lalunya yang sudah membuat dia trauma akan pernikahan. Kekecewaan terhadap perempuan begitu membekas dihatinya.
"Nggak semua perempuan seperti itu nak, cobalah kamu mengenal perempuan lain yang pastinya tidak akan mengecewakanmu."
Kendra mental sang ibu yang mulai ikut bicara soal pernikahan yang di bahas sang kakak.
"CK..sama sajalah..apa bedanya, perempuan hanya bisa bikin kecewa."
"Tapi nggak bisa kamu pukul rata dong Ken, kalau kamu memukul rata soal persepsi kamu soal perempuan, termasuk mama, sama kakak bahkan eyang dong.." Pembicaraan terlihat semakin serius, Kendra mendengar ucapan sang kakak langsung menghembuskan nafas kasarnya.
"Nggak juga kakak, mama, atau eyang juga. Kalian pengecualian..yang jelas aku belum bisa mengubah pandangan aku soal perempuan kak.."
"Sudahlah, yang jelas kamu harus bisa mengubah pola pikir kamu soal perempuan. Kalau kamu sudah bisa menilai perempuan bukan karena kamu cinta dia, kamu pasti akan bisa bahagia dengan perempuan yang akan menerima kamu apa adanya." eyang Ranti pun akhirnya ikut bicara.
Ada kekhawatiran juga dalam diri wanita tua itu dengan keadaan sang cucu yang pernah gagal menikah di masa lalunya.
"Kalau kamu mau, mama bisa kenalkan dengan anak teman mama. Insyallah, dia tidak pernah mengecewakan kamu." Kendra menatap sang mama dan kemudian dia meletakkan alat makannya.
Tak lama dia beranjak dari tempat duduknya. " Aku berangkat kerja dulu." Kendra menyambar jas miliknya dan mengambil ponselnya yang dia letakkan diatas meja.
Kendra pun melangkah meninggalkan ruang makan tanpa menghabiskan sarapannya.
"Kendra, kamu belum habiskan sarapan kamu nak...!" Yunita dengan suara lantangnya mencoba untuk menghentikan langkah putranya.
Tapi, ternyata ucapan Yunita tidak di gubris Kendra sama sekali. Terlihat Kendra cuek dan tetap melangkah keluar dari rumah.
Saat Kendra keluar rumah, dia melangkah menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah. Baru saja Kendra membuka pintu mobil, pandangannya sepintas melihat sosok baru yang hadir di rumahnya.
Terlihat Dania yang sedang membersihkan dedaunan kering yang ada di pot tanaman dan bunga yang terletak di sebuah kebun kecil halaman rumah itu.
Mata Kendra sempat mengernyit heran saat melihat Dania yang sedang membersihkan kebun dengan bibir komat kamit baca mantra.
Aneh, kenapa dia kayak orang nggak waras gitu, komat kamit kayak ngomong sendiri. CK..astaga, bisa-bisanya dia ngomong sama tanaman, bener-benar cewek aneh.
Kendra hanya bisa membatin melihat kelakuan pembantu baru di rumah nya. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Dania.
Melihat kelakuan Dania membuat kepalanya semakin pening. Kendra langsung masuk ke dalam mobil miliknya dan langsung menyatakan nya perlahan mulai meninggalkan mansion Mahendra.
Yunita hanya bisa membuang nafas kasarnya saat mendengar suara mobil putranya pertanda jika Kendra siap untuk meninggalkan rumah. "Hahh..kapan anak kita akan menikah ya pa, Kendra selalu saja seperti itu setiap kita bahas soal pernikahan." Yunita jelas sedih dengan sikap putranya yang enggan membahas soal pernikahan.
"Sabar ma, ini karena Kendra masih trauma dengan masa lalunya. Mama jangan terlalu push dia untuk menikah. Apalagi mendorong dia berkenalan dengan kenalan-kenalan mama itu, pasti akan ada masanya dia mencari pendamping hidup yang sesuai dengan keinginan nya. Itu artinya dia sudah sembuh dari rasa traumanya dulu."
"Mama hanya ingin Kendra bahagia pah, mama ingin melihat Kendra seperti dulu. Kendra yang ceria dan menyenangkan. Bukan Kendra yang dingin dan menakutkan."
"Sudahlah, sebaiknya kita jangan bahas pernikahan dulu di depan Kendra."
Yunita yang mendengar peringatan dari suaminya hanya bisa menghela nafas panjang. Dia pun langsung diam tak lagi membahas soal pernikahan Kendra. Rasanya jika bicara soal pernikahan anaknya yang satu itu tak pernah ada kata damai setelahnya.
Sedangkan Kendra yang ada di kantornya, hari ini rasanya moodnya begitu hancur karena pembahasan tentang pernikahan tadi pagi.
Rasanya dia kembali mengingat bagaimana rasa kecewa dan sakit nya di sakiti dan di kecewakan oleh orang yang dia percaya , dia cintai dengan sepenuh hati.
"Arrrgghhhh! Breng*ek Lo!!"
Kendra mengerang frustasi saat ingatannya pada seorang wanita yang sudah menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya.
Rasanya dia sudah berusaha untuk melepaskan semuanya tapi jika di ingatkan lagi, Kendra merasa dirinya benar-benar bod*h karena sampai saat ini belum bisa mengusir namanya sepenuhnya dalam hatinya.
"Harus sampai kapan aku harus ingat pengkhianatan kamu,bahkan kamu nggak sedikit pun memikirkan bagaimana aku saat kamu tinggalkan. Aku ingin kamu hilang, aku ingin kamu hilang selamanya dari dalam hati dan detak jantung ku anj*ng!!" Kendra menjambak rambutnya frustasi.
Benar-benar tak habis pikir kenapa dia mudah sekali untuk marah dengan pembahasan soal pernikahan. Apalagi ibunya yang terlihat bersemangat untuk mengenalkan perempuan padanya dadi lapangan-lapangan yang setara dengan keluarga Mahendra.
Tapi, bagi Kendra, perempuan hanya menyusahkan dan menyakiti saja.
Bahkan rasanya Kendra ingin memecat semua karyawan perempuan yang berhubungan langsung dengan dirinya. Tapi, beruntung Kendra tak sampai segil* itu.
Bersambung
Tunduk deh...