NovelToon NovelToon
Bayangan Si Cupu Tampan

Bayangan Si Cupu Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Di balik kacamata tebal, kemeja kusut, dan sepatu bolongnya, Raka Arya Pratama terlihat seperti mahasiswa paling cupu di kampus. Ia dijauhi, dibully, bahkan jadi bahan lelucon setiap hari di Universitas Nasional Jakarta. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Tidak ada yang peduli pada dirinya.

Tapi tak ada yang tahu, Raka bukanlah mahasiswa biasa.

Di balik penampilan lusuh itu tersembunyi wajah tampan, otak jenius, dan identitas rahasia: anggota Unit Operasi Khusus Cyber Nusantara,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perampokan

Bab — Tawa Tipis di Tengah Teror

Suasana di dalam Kinohana mulai tenggelam dalam keheningan. Raka dan Cheviolla duduk saling diam, hanya ditemani denting gelas dan musik jazz yang seolah berputar di ruang hampa. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Raka memandangi sisa kopi hitamnya yang mulai mendingin. Mata itu tenang, tapi penuh perhitungan. Sementara Cheviolla menatap ke luar jendela, menyandarkan dagunya ke tangan, raut wajahnya masih kesal.

Tiba-tiba—

“BRAK! BRAK!”

Dua suara tembakan mengguncang dari arah jalan besar. Disusul teriakan. Serangkaian suara klakson, kaca pecah, dan decit ban terdengar.

Beberapa pengunjung kafe mulai berdiri panik. Dari jendela kaca, tampak sekelompok pria bersenjata keluar dari sebuah bank di seberang jalan—berlarian, dikejar polisi bersenjata lengkap.

Salah satu dari mereka, melihat jalur utama sudah disergap, langsung melirik ke arah kafe dan berteriak:

“MASUK SINI! AMAN! CEPAT!”

Tiga perampok berlari masuk ke kafe, senjata laras pendek di tangan mereka. Salah satunya langsung menembak ke langit-langit.

“JANGAN GERAK! SEMUA DUDUK! DIAM!!”

"WOII!! TUNDUK!!"

Kepanikan meledak. Pengunjung kafe berteriak histeris, beberapa menjatuhkan gelas, ada yang merangkak ke bawah meja. Salah satu perampok mendekati seorang wanita tua dan langsung menyanderanya, menodongkan pistol ke kepala.

Cheviolla membeku. Wajahnya pucat. Tangannya spontan ingin meraih sesuatu dari tasnya—namun langsung dihentikan oleh Raka, yang tiba-tiba mencengkeram lengannya.

“Jangan, Vio... jangan gerak.” bisik Raka pelan.

Namun ekspresinya aneh.

Raka tampak... terlalu tenang. Bahkan—ada senyum tipis yang mencuat di sudut bibirnya. Sorot matanya sedikit berbinar, seolah bukan ketakutan, tapi justru sedang menikmati situasi.

Tapi tubuhnya tetap gemetar kecil. Dengan gaya gugupnya, ia semakin menunduk dan... dengan tiba-tiba memeluk erat lengan Cheviolla.

“Aku takut, Vio...” bisiknya dengan nada cupu yang dibuat-buat. “Kita mati nggak sih ini? Aku belum siap... aku belum sempat benerin Vespaku...”

Cheviolla mendelik.

“HEH! Lu tuh laki-laki ya?! Jangan pegang-pegang lengan gue! GILA!”

Namun Raka justru makin memeluk lengan Cheviolla, seperti anak kecil yang panik.

“Tapi... tapi aku takut, Vio... peluru itu nyata...” katanya sambil merapatkan tubuhnya, membuat kacamatanya yang diplester semakin melorot.

Cheviolla hampir melempar sendok ke wajahnya kalau saja mereka tidak sedang disandera.

Tapi kemudian dia menyadari—ada yang aneh. Raka... terlalu santai. Matanya tidak menunjukkan panik. Bahkan, ia memiringkan kepala, mengintip arah pintu belakang kafe, seperti sedang... menghitung.

Salah satu perampok melihat ke arah mereka dan mendekat.

“Kalian! Berdiri! Ke tengah!” katanya sambil menodongkan pistol.

Raka langsung berdiri dengan gugup, menggenggam tangan Cheviolla erat.

“Ayo Vio... pelan-pelan... jangan bikin dia marah ya... nanti aku beneran kencing...”

Cheviolla benar-benar ingin meninju wajah cowok itu.

Mereka digiring ke tengah kafe bersama pengunjung lain. Situasi semakin menegang, polisi sudah mengepung di luar. Salah satu perampok mulai bernegosiasi lewat walkie-talkie.

Sementara itu, Raka mencuri pandang ke sekeliling. Tatapan matanya menghitung sudut, posisi musuh, jarak dengan senjata, arah tembakan polisi—dan yang paling penting, bagaimana menyelamatkan Cheviolla tanpa menarik perhatian berlebihan.

Senyum kecilnya muncul kembali.

"Waktunya main drama..." gumamnya dalam hati.

Namun bagi Cheviolla, cowok ini cuma anak cupu yang makin lama makin ngeselin. Dan ia belum tahu—kalau anak cupu di sebelahnya itu... bukan sembarang pemuda biasa.

1
Suyono Suratman
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!