seandainya...
waktu bisa ku ulang mungkin aku tidak akan mengajakmu pergi hari itu...
seandainya...
waktu itu kita tetap di kamar masing-masing hanya menelfon mungkin smua itu tidak akan terjadi ..
kini hanya penyesalan yg menggerogoti ku ..
hidupku terasa sunyi tanpa mu...
arga.... aku merindukan mu...
hanya air mata dan doa yg selalu menjadi temanku untuk mengenang mu ...
***********
"Aku tidak mau Regan..!!!" jawab ku dengan lantang dan berurai airmata, aku menatap Regan nanar, bagaimana bisa hal gila itu terlintas di benaknya. aku adalah mantan calon kakak ipar nya walau pada akhirnya Arga ku meninggal. tetapi cinta ku seutuhnya hanya untuk dia.. mungkin seumur hidup aku akan tetap sendiri.
Regan menatap ku dalam seraya berkata rendah dan tampa mau di bantah.
"Gue tidak perlu persetujuan lho ..tidak ada pilihan lain, selain kita menikah Nirina!!"
Akankah pernikahan itu langgeng sementara cinta Nirina hanya untuk Arga seorang..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofie Fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kepanikan Regan...
Regan berlari keluar perusahaan dengan langkah terburu-buru, dia lupa kalau masih memakai pakaian formal belum ganti baju setelah rapat sehingga menjadi pertanyaan dari orang-orang yang bekerja di perusahaan, karena yang mereka tau Regan adalah keponakan CEO yang sering keluar masuk perusahaan karena ingin bertemu dengan bos mereka, kenapa tiba-tiba dia keluar dengan pakaian formal dengan wajah panik dan menabrak beberapa kariawan.
Di belakang nya CEO mereka mengejar tak kalah panik nya.
"Regan kenapa?"
"Maaf om diskusinya lanjutkan besok, Nirina demam aku harus segera pulang."
Regan sudah berlari menuju motor sport nya yang terparkir dan segera melajukan nya cepat. sedangkan Arman tertegun sesaat, kenapa harus se panik itu apa mereka ada hubungan?? Arman memang tidak mendengar kabar dari bosnya.
Yang biasanya perjalanan harus di tempuh tiga puluh menit Regan sampai di rumah nya dalam waktu lima belas menit, dia segera berlari ke arah kamarnya di dalam sudah ada bunda dan ayah yang menunggui Nirina, bunda sedang mengompres Nirina.
"Bagaimana keadaannya bun.?? Kenapa kok sampai demam lagi padahal tadi pagi dia sudah mendingan" tanya Regan dengan bertubi-tubi, nafasnya tersengal karena habis berlari mukanya penuh keringat dan panik.
Ayah menepuk pundak Regan.
"Kita bicara di luar biar bunda yang menemani Nirina sebentar, kita sudah konsultasi dengan dokter dan psikolog yang menangani Nirina "
Regan hanya mengangguk mengikuti ayah keluar, mereka menuju ruang kerja ayah.
"Ada apa yah.?" Tanya Regan dengan tidak sabar, dia gusar ingin melihat istrinya, Regan sangat khawatir dengan ke adaan Nirina.
"Nak, ternyata membawa Rina kesini bukan keputusan yang tepat." kata ayah dengan sendu.
"Maksud ayah??" tanya Regan dengan bingung.
" trauma Rina tambah parah, kata psikolog, dia belum siap untuk tinggal di sini, dengan melihat dan tinggal di tempat Arga tumbuh banyak kenangan di sini sehingga penyesalan itu semakin dalam dan psikolog menyarankan agar Rina tidak tinggal di sini sampai dia mau berdamai dengan keadaan. Kita bisa melakukan terapi dulu sampai dia pulih dengan perlahan."
"Tapi yah kita sudah sepakat untuk membuat Nirina bisa berdamai dengan keadaan."
"Tapi faktanya kita salah mengambil keputusan Regan. Kamu tidak tau bagaimana paniknya kita melihat Rina tidak sadarkan diri di kamar Arga dengan tangan berlumuran darah Regan " teriak ayah
Regan tertegun, ternyata Nirina tidak hanya demam seperti kata bunda di telfon, ternyata Nirina... Regan mundur sehingga membentur meja kerja ayah.
"Kenapa tidak ada yang mengabari aku, kalau sekacau ini. Kenapa??" teriak Regan
Regan marah, padahal Nirina istrinya, tanggung jawabnya tapi dia sibuk di luar tidak tau apa-apa tentang istri nya.
"Kamu lagi sibuk Regan."
"Tapi.. Yah ayah yang memberi kan tanggung jawab ini kepadaku, Nirina tanggung jawab ku, dan seharusnya aku orang pertama yang tau kondisi nya " bantah Regan penuh penekanan.
Ayah menghela nafas, "Oke ayah sama bunda salah seharusnya mengabari dari siang maaf "
Regan berlari keluar dari ruang kerja ayah, dia berlari ke arah kamar nya, ayah mengejar
"Regan kita belum selesai bicara nak." bujuk ayah.
Regan tetap tidak perduli setelah sampai di kamar dia segera mengangkat, membopong tubuh Nirina. Bunda sama ayah panik.
"Nak mau di bawa ke mana..??" tanya bunda panik.
"Mulai sekarang Nirina tanggung jawab ku, kita akan pindah ke rumah yang sudah aku siapkan."
mampir juga ya..
Rangkaian kosakata kamu juga banyak.
Mulai baca2 lagi buat nambah kosakata.
Untuk gaya bahasa, udah sesuai karena kamu ambil genre teenlit.
Hai! Namaku Nirina. Aku tinggal di desa yang berada di pinggiran kota kecil. Aku hanya anak remaja yang baru beranjak kelas dua SMA. Tidak ada yang spesial dalam diriku, kecuali cantik.
jangan lupa baca karyaku juga ya..