Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peresmian rumah singgah cemara
Surat pengajuan nikah Zion dan Fiona sudah disetujui dan keduanya baru saja selesai mengikuti sidang BP4R dua hari lalu yang bertujuan memberikan izin menikah dan memastikan calon pasangan memahami tanggung jawab dan tantangan yang akan dihadapi oleh calon anggota Polri.
Pagi ini Fiona sudah berpakaian rapi dengan gamis branded yang terlihat sederhana dan anggun dengan harga yang tidak murah dipadukan hijab senada dengan aksen corak terlihat cantik dan ayu dikenakan wanita itu.
Ia akan mengikuti suaminya ke Kisaran untuk meresmikan salah satu rumah singgah dibawah naungan Polresta Medan untuk anak-anak korban kekerasan baik dalam kekerasan seksual maupun kekerasan fisik.
Zion menghela napas kasar saat melihat betapa cantiknya sang istri sekarang ini. Rasanya ia tidak rela istrinya bertemu orang-orang di luaran sana yang pasti akan mengagumi kecantikan sang istri.
"Mas, kok bengong! Ayo, kita berangkat!" tegur Fiona yang melihat suaminya tegak mematung seperti patung.
"Yank, kita gak usah pergi aja ya? Aku gak rela nanti banyak mata-mata nakal menatapmu dengan kagum!" ucap Zion seperti merengek.
"Halah, gak usah gembel! Gak mempan!" sahut Fiona memutar bola matanya.
"Gombal Yank, bukan gembel!" protes Zion dengan wajah merenggut.
"Sama aja! Dah, ayo berangkat! Tuh, mereka udah nungguin kita dari tadi!" sahut Fiona malas sambil menunjuk ke luar jendela.
"Ck, beginilah resiko punya istri yang cantiknya kelewatan!" sungut Zion dengan kesal.
"Dih, si bapak gak sadar diri rupanya! Justru dia lah yang membuat para ani-ani di luar sana mulai mengatur strategi untuk memikat hati pria tampan dan gagah seperti dia. Jika aku tidak punya kekuatan super sudah banyak ani-ani beterbangan disekitar Pak suami untuk memikatnya," balas Fiona menyindir sang suami dengan sengaja.
"Hanya orang bodoh yang mau terpikat sama barang rongsokan seperti itu! Dan aku bukan orang bodoh yang akan membuang berlian mahal seperti istriku ini!" sahut Zion dengan mengedipkan matanya menggoda sang istri.
"Cih, gembel!" sungut Fiona tersenyum kecil dengan pipi memerah padahal tidak memakai make-up sama sekali.
"Hahahaha," Zion tergelak kencang melihat istrinya tersenyum malu dengan gombalan receh dirinya.
Setelah memastikan pintu rumah sudah terkunci dengan betul, Fiona menyusul suaminya masuk ke dalam mobil dinas. Satria dan Bima duduk didepan dengan memakai pakaian dinas lengkap. Zion juga sama seperti kedua ajudannya dengan pakaian dinas lengkap dengan pangkat di bahu dan dadanya yang menandakan tinggi jabatannya.
Fiona menatap kagum suaminya yang semakin terlihat gagah dan berwibawa. Zion yang tahu jika istrinya menatap dirinya, ia meraih tangan lembut Fiona dan menciumnya dengan lembut tanpa melepaskan genggaman tersebut.
Selama perjalanan dua jam setengah melalui jalan tol, mereka akhirnya sampai di Kisaran yang mana mereka langsung menuju tempat acara dilakukan.
Suasana begitu ramai dan padat saat mobil mereka memasuki halaman tempat acara yang dipenuhi tenda dan kursi. Warga Kisaran tampak antusias melihat acara ini dan itu terlihat banyaknya para warga yang berjualan di pinggir jalan dan disepanjang tempat kosong diarea tersebut.
Zion keluar dari mobil setelah Satria membukakan pintu, begitu juga dengan Fiona yang keluar dengan menegakkan kepalanya dan senyuman yang tidak hilang dari wajah cantiknya.
Zion menggenggam erat tangan sang istri saat keduanya berjalan menuju beberapa pejabat kota Kisaran yang menyambut kedatangan mereka berdua yang merupakan tamu utama dalam acara ini. Terpampang spanduk besar berupa gambar Zion dengan pakaian dinas lengkap dalam kata-kata motivasi pada spanduk tersebut.
Fiona juga disambut dengan ramah oleh istri para pejabat kota Kisaran saat Zion memperkenalkan dirinya sebagai istri. Sikap Fiona yang humble, ceria dan santun membuat dirinya langsung menjadi idaman pada Ibu-ibu yang ada disana sehingga banyak dari mereka rebutan untuk bersalaman sambil berfoto.
"Pantas aja Bapak Kapolres kita tampan dan gagah, lah istrinya aja spek bidadari gitu! Udah Bule, cantik, ramah lagi! Gak risih dia sama rakyat jelata kayak kita!" ucap salah satu Ibu pkk yang ada disana.
Para Ibu-ibu bhayangkari di kota Kisaran juga melemparkan pujian untuk Fiona dan mereka terlihat bangga sekali mempunyai atasan yang lembut dan ramah seperti Fiona.
"Iya, tadi aja beliau gak risih dan gak nolak saat diminta foto sama tukang siomay yang jualan diujung sana! Malah si Ibu meraih tangan nya agar deketan berdiri kalau mau foto! Duh, kalau ada acara Ibu-ibu bhayangkari nanti di Medan aku gak mau absen ah! Pengen ketemu sama Ibu Kapolres lagi!" ucap salah satu istri polisi di Polsek Kisaran.
"Iya, aku juga gak mau absen! Dua tahun lalu aku absen karena Pak Kapolres kita kan masih lajang, dan aku gak mau ikut acara Bhayangkari karena pemimpinnya waktu itu masih istrinya Kombes yang sombong itu!" sahut temannya sesama Bhayangkari.
"Iya, semoga aja Pak Kapolres kita cepat naik pangkat dan menggantikan Kombes yang katanya udah mau purnawirawan beberapa tahun lagi!" tambah anggota yang lain.
"Iya, Jika nanti Pak Kapolres kita udah jadi Kombes, otomatis setiap acara bhayangkari kita bisa ketemu terus sama Ibu Fiona!" sahut Ibu yang lainnya dengan penuh semangat.
Obrolan mereka terhenti karena acara peresmian rumah singgah Cemara akan segera dimulai. Zion maju menyampaikan beberapa patah kata diatas panggung lalu dilanjutkan dengan pemotongan pita didampingi oleh Kapolsek Kisaran AKP Ridwan Sianturi.
Tepuk tangan bergemuruh setelah pemotongan pita peresmian rumah singgah tersebut. Zion bersama jajaran Polsek Kisaran memasuki rumah tersebut dengan diikuti oleh istri masing-masing dengan rombongan yang berbeda untuk melakukan acara selanjutnya yaitu ramah tamah alias makan-makan.
"Bu, dimana kamar kecil nya ya? Saya mau ke kamar kecil dulu," bisik Fiona pada salah satu Ibu bhayangkari yang duduk di dekatnya.
"Oh, mari saya antar saja Bu. Kebetulan saya juga mau ke belakang," ucap Ibu yang bernama Maudy pada dada kirinya.
"Duh, saya ngerepotin!" sahut Fiona agak sungkan.
"Ya nggak lah Bu, saya malah senang Ibu minta tolong sama saya! Masa tuan rumah gak mau diminta tolong tamunya, mari Bu!" ucap Bu Maudy tidak keberatan sama sekali.
Mereka berdua pamit undur diri kebelakang dan Zion yang tidak melepaskan pandangannya dari sang istri juga melihat kalau Fiona pergi kebelakang bersama anggota bhayangkari.
Ada dua toilet di rumah singgah tersebut dan keduanya memasuki kedua toilet yang kebetulan kosong. Fiona menuntaskan hajatnya dengan napas lega karena sedari tadi ia menahan kencing tetapi sungkan untuk pergi disaat banyak Ibu-ibu mengajak ia ngobrol.
Setelah mencuci tangan dan mengeringkan nya, Fiona yang mau keluar tanpa sengaja menyenggol seseorang yang tidak tahu jika ada Fiona keluar dari kamar mandi sehingga keduanya bertabrakan dengan orang tersebut terkena tumpahan sop panas yang ia bawa.
"Astaghfirullah! Ya Allah, Bang! Maafkan saya gak sengaja!" teriak Fiona yang kaget melihat muka laki-laki itu terkena kuah sop yang masih mengepul.
"Eh, iya Bu! Saya yang minta maaf karena gak lihat kalau Ibu mau keluar dari toilet!" jawab pria itu dengan logat bahasa yang terdengar aneh di telinga Fiona.
Maudy yang mendengar teriakan Fiona bergegas keluar dari toilet dan terkejut melihat seorang pria sebagian rambut dan mukanya terkena tumpahan sop yang diduga panas. Baskom itu sudah tumpah semua isinya dan itu yang membuat Fiona merasa menyesal karena tidak berhati-hati.
"Ini salah saya, Bu Maudy! Saya keluar tergesa-gesa dan tidak tahu kalau abangnya ini lewat!" ucap Fiona mengakui kesalahannya.
"Ada apa ini???" tegur seseorang yang sangat Fiona kenal.
Bersambung...