NovelToon NovelToon
Imamku Ternyata Bos Mafia

Imamku Ternyata Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Saidah_noor

Semua wanita pasti menginginkan suami yang bisa menjadi imam dalam rumah tangganya, dan sebaik-baiknya imam, adalah lelaki yang sholeh dan bertanggung jawab, namun apa jadinya? Jika lelaki yang menjadi takdir kita bukanlah imam yang kita harapkan.
Seperti Syahla adzkia, yang terpaksa menikah dengan Aditya gala askara, karena sebuah kesalahpahaman yang terjadi di Mesjid.
Akankah syahla bisa menerima gala sebagai imamnya? ataukah ia memilih berpisah, setelah tahu siapa sebenarnya gala?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Syahga 24.

Syahla menundukkan kepalanya, tangannya saling bertaut merasakan sesuatu yang begitu mendebarkan, ia mulai tegang.

Apapun yang akan ia dengar ia harus siap menerimanya—tentang suaminya—siapapun gala, dia adalah seorang imam yang sudah terikat janji pernikahan dengannya.

Kini syahla dan ari berada disebuah cafe yang tak jauh dari panti asuhan, mereka duduk berhadapan di bangku yang dekat jendela kaca dan jauh dari keramaian pengunjung yang berlalu lalang.

"Jadi, apa yang mau neng sasa tanyakan?" tanya Ari memulai percakapan setelah sedari tadi mereka diam.

"Eng, anu. Ini soal mas gala," jawab Syahla ragu.

Ari menghela nafasnya, ia mulai paham kemana arah pembicaraan mereka.

"Siapa sebenarnya dia, kang?" tanya Syahla menatap Ari yang dengan mata yang mulai menggenang.

Ari sempat diam, mencari kata yang mungkin bisa dipahami oleh istri bosnya, tapi ia kesulitan karena jujur ia seharusnya merahasiakannya.

"Neng, cukup tahu bahwa bang gala itu adalah orang yang baik. Dia bekerja diperusahaan yang bagus, punya gaji gede juga ... Bisa jadi imam yang sholeh buat neng sendiri," jawab Ari dengan memuji bosnya, tapi tidak cukup bagi syahla.

Jawaban itu masih terdengar rahasia, seolah ia tak boleh tahu tentang siapa sebenarnya suaminya itu.

"Apa begitu sulit mengatakan bahwa dia seorang mafia?" tanya Syahla yang mulai kesal.

Ari terperangah, ia menelan ludahnya yang terasa pahit, pertanyaan itu serasa seperti lemparan bom yang siap meledak kapan saja.

"Kenapa akang diam? Apa sasa benar, Kalau mas gala itu seorang mafia? Iya." Syahla menatap lekat lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Jalan raya yang semakin sempit ditengah terik itu masih ramai oleh kendaraan beroda dua dan empat, seakan tak ada lelahnya manusia itu memakai jalanan kota.

Keduanya diam tak ada yang bicara, syahla tahu bahwa itu mungkin bersikap rahasia sehingga kang ari saja tak berani menjawabnya dengan jujur.

"Lalu bagaimana dengan keluarganya? Mereka, apa keluarga kandung atau angkat?" tanya Syahla tanpa menoleh sedikitpun.

"Keluarga kandung," jawab Ari tegas.

 "Jika neng penasaran, lebih baik neng cari di internet tentang keluarga Askara, nama keluarga mereka cukup terkenal. Akang pergi dulu, tak baik jika neng berlama-lama diluar lebih baik neng sasa cepat pulang," ujar Ari sambil beranjak meninggalkan syahla sendirian.

Syahla masih merenung, pikirannya terlintas pada ucapan kasarnya pada sang ayah. Dimana malam itu, ia meluapkan rasa sakitnya setelah tahu fitnah tentang ibunya.

"Tidak yah, Syahla ikhlas jika punya suami preman ataupun bos mafia sekalipun, asal dia baik sama sasa. Mau melindungi dan menjaga sasa itu sudah cukup, dari pada seorang ayah yang menyia-nyiakan putrinya," ucap Syahla yang membalas tatapan tajam ayahnya.

Kata-kata itu terngiang kembali di telinga syahla, "bos mafia" ternyata suaminya adalah seorang mafia—tidak, lebih tepatnya bos mafia.

Sekarang do'anya sudah terkabul seolah sang penguasa takdir benar-benar mendengarkan rintihan tangisnya.

Ia diam lalu menyandarkan wajahnya dilengannya yang berlipat diatas meja, menyembunyikan mukanya yang kusut penuh peluh yang bercampur dengan air mata.

Ia menangis pelan disana, ditemani oleh sepi ditengah keramaian.

Syahla pulang setelah adzan ashar berkumandang, ia pikir rumahnya sekarang yang menjadi tempatnya berteduh itu sepi, ternyata tidak.

Ia lihat gala melamun sendirian, duduk dengan menumpu dagunya pada kedua tangan dengan siku bertumpu pada pahanya, lelaki itu menatap lurus seperti banyak pikiran yang merongrong dikepalanya.

Syahla berjalan mendekatinya, setelah dekat ia duduk dikursi yang berada tepat dihadapan suaminya. Merundukkan kepalanya dengan perasaan takut yang ditahan.

"Sudah pulang, elo darimana?" tanya Gala pelan dan lembut.

"Da-dari mall, habis j-jalan-jalan sama dokter f-feni," jawab Syahla tergagap dan masih dengan kepala ditekuk.

"Ya sudah, istirahatlah. Elo pasti capek," ujar Gala beranjak dari tempat duduknya lalu ia pergi.

Gala marah tapi ia tahan, ia kecewa tapi tak ingin memperlihatkannya pada syahla. Ia tahu betul gadis itu seperti apa setelah tinggal bersamanya selama sebulan.

"Maaf, sasa gak ijin sama mas," ucap Syahla melirik punggung uang mendadak berhenti.

Gala terdiam, ia tahu alasannya setelah melihat cctv apartemen, hanya saja syahla sudah membuatnya khawatir setengah mati hal itu membuatnya kecewa.

Iya, tak ijin pada suami bukankah sama saja tak menghargai statusnya, dalam arti dia tak dianggap sebagai kepala rumah tangganya.

Gala tak menyahutnya, ia diam saja kemudian melanjutkan langkahnya untuk pergi.

Ada secuil rasa sesal yang menghadang hati syahla, diamnya gala membuatnya merasa bersalah, tentu saja ia paham soal itu, bahwa dirinya sebagai istri seharusnya meminta ijin untuk pergi dari tempat amannya.

Gala pergi keluar, tanpa berpamitan seperti biasanya apalagi sun tangan kanan, menoleh pada syahla pun pria itu seakan enggan.

Setelah suara pintu tertutup terdengar sasa kembali menangis, betapa cengengnya dia hari ini dan entah berapa kali air matanya keluar membasahi pipi tirusnya.

Waktu berlalu, mentari yang menemani hari ini berganti ship menjadi malam, sedangkan bulan seolah bersembunyi di balik awan hitam, pekat seolah akan turun air rahmat dari langit.

Setelah selesai sholat, syahla menunggu kepulangan suaminya yang belum juga kembali ke rumah, tak biasanya gala pulang terlambat malah perlahan jarum kecil jam dinding mereka sudah melewati angka 9 malam.

Syahla mulai merasa cemas, ia takut terjadi hal buruk pada suaminya, entah itu kecelakaan atau dibegal lagi. Syahla merebahkan tubuhnya disofa panjang depan tv sekalian menunggu gala pulang, pelan rasa kantuk pun datang dan membawanya ke alam mimpi.

Sementara ditempat lain, gala masih berada didepan tumpukan berkas pekerjaannya, karena tadi siang ia kabur untuk mencari istrinya makanya malam ini ia lembur.

Ada athan dan ari yang menemaninya disana, mereka tak membiarkan gala sendirian sehingga mereka cukup membantu pekerjaan bosnya.

"Udah selesai belum, Bos?" tanya Ari sembari meregangkan kedua tangannya yang pegal.

"Itu masih numpuk," Arhan yang jawab sedangkan Gala hanya diam menyandarkan tubuhnya pada kursi sofa sambil berpangku tangan dan bertumpu kaki.

"Apa tak apa, bos pulang larut malam? Istrinya pasti sendirian di rumah," tanya Ari memasang wajah bingung

Wajar saja gala tak pulang dan lembur karena pekerjaan, tapi biasanya setelah ada syahla ia lebih memilih pekerjaannya ditunda dan pulang ke apar dari pada lembur dan membiarkan syahla sendirian di rumahnya.

Tapi malam ini, gala lebih memilih lembur dari pada pulang. Ia membiarkan syahla sendirian di apartemennya dan mencoba mengabaikan wanita itu sendirian, seakan membuatnya merenungi kesalahannya tadi siang.

"Tak apa-apa," Arhan yang menjawab.

"Toh ia udah dewasa, iya kan bos," lagi arhan berujar.

Arhan melirik gala yang hanya diam saja sedari tadi, pria itu terlihat tak bersemangat sama sekali seperti orang yang pasrah akan hidup sengsaranya.

"Kenapa? Apa ada masalah diantara kalian?" tanya Arhan menatap lekat pada sahabatnya, Gala.

Arhan melirik Ari yang juga sama meliriknya, wajah mereka bingung melihat bosnya yang diam saja, mereka mulai fokus menatap pada gala yang duduk dihadapannya dengan posisi yang masih sama.

"Tak apa," Gala menghela nafasnya lalu mengubah posisinya menjadi duduk tegak tapi masih berpangku tangan dan bertumpu kaki.

"Kalian, bagaimana caranya menaklukan hati cewe?" tanya Gala memasang wajah serius.

Lagi arhan dan ari saling tatap kemudian keduanya terkekeh, dan gala hanya memutar bola matanya yang sebal.

"Akhirnya, ya Ri. Bos kita bertanya," ujar Arhan disela tawanya.

"Bos bertanya pada orang yang tepat, iya kan Bang," timpal Ari yang tertawa lagi.

Mereka berdua terkekeh pelan seolah pertanyaan gala adalah hal yang sangat lucu, inikan kali petama gala bertanya soal cewek karena biasanya dia akan cuek se-agresif apapun godaan cewek.

"Kalian jawab saja, jangan membuat gue marah," sentak Gala mulai kesal.

"Bos harus pintar merangkai kata, seperti Arjuna mencari cinta dan membujuk kekasihnya dengan kata-kata sang pujangga," jawab Ari yang mulai berhenti tertawa.

"Jangan lupa peluk dan cium dia sampai kesemutan, lanjutkan fore play yang panjang agar semakin klepek-klepek," timpal Arhan mulai serius berbicara.

Otak gala mulai telmi, ia memiringkan kepalanya yang serasa mudeng, lelaki itu tak mengerti maksud dari dua saudara pantinya.

"Apa maksud kalian? Gue gak paham," tanya Gala mengangkat sebelah alisnya.

Sedangkan dua pria itu beradu pandang lalu tertawa kembali mendengar pertanyaan kali ini.

"Ya ampun, Bos. Soal cewek mah gampang, tinggal beli hadiah romantis seperti bunga kalung atau cincin, tidak lupa ajak dia shoping dan healing untuk menyegarkan kewarasannya," jawab Ari yang mulai serius.

"Dilanjutkan dengan pelukan hangat di malam yang indah, dengan berciuman kemudian merayapi tubuhnya yang lembut lalu—" ucapan Arhan berhenti kala bosnya segera menyela.

"Berhenti! Kalian itu jomblo dan belum menikah tapi sudah seperti orang yang berpengalaman, gue mulai curiga," ujar Gala.

"Benar-benar mencurigakan," tambah Gala menyipitkan matanya, menyidik dua orang didepannya bergantian.

"Curiga bagaimana maksudnya?" tanya Arhan melirik gala kemudian ari.

Ia sungguh tak paham kemana pikiran gala melayang hingga mengatakan praduga.

"Berapa banyak wanita yang kalian tiduri? Berapa benih yang kalian tumpahkan pada rahim wanita? Hah," tanya Gala yang mulai kesal.

Ari dan arhan langsung terbelalak, pikiran bosnya sangat kritis sehingga ilmu yang mereka berikan adalah sebuah ajaran yang menyesatkannya, padahal mereka tahu seperti apa keinginan seorang wanita.

Yang mereka ucapkan tadi adalah ilmu pelet yang berguna untuk lahir dan batin seorang ras terkuat di bumi, karena wanita tak butuh uang tapi uang adalah kebutuhan mereka.

"Weh, bos jangan salah kiprah. Gue mah masih perjaka ting-ting," elak Ari segera, "Noh bang arhan, dia yang sering ke klub malam."

Arhan merasa tertohok akan fitnah yang menuju padanya.

"Jangan menuduh sembarangan, Ri. Gue masih perjaka tahu," ujar Arhan membela diri melirik adiknya yang sudah menuduhnya.

"Mana ada perjaka, bang. Kalo udah pernah muncrat udah bukan lagi perjaka namanya, walau tidak ditumpah-in didalam," ujar Ari menjelaskan se-detailnya.

"Setidaknya gue gak ngelakuin itu, Ari. Gue masih waras dan inget Tuhan Maha Melihat," bela Arhan masih kukuh.

Gala hanya menatap mereka bergantian yang berdebat soal keperjakaan, tapi ada satu hal yang membuatnya ingat.

Cincin, ia sudah lama menikah dengan syahla tapi tak pernah membelikannya cincin sebagai tanda mereka sudah terikat pernikahan.

Bibirnya menyunggingkan senyum, ia tahu apa yang harus ia lakukan esok hari.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Dalam sebuah mimpi ...

Syahla pulang dari mesjid setelah mengaji bersama teman-teman sebayanya, baru sampai pagar rumah suara teriakan dan bentakan menyambutnya dari dalam rumah bersahutan dengan suara isakan tangis yang memilukan.

Ia terkejut, untuk pertama kalinya mendengar kalimat kasar sang ayah selama ia hidup.

Syahla kecil berlari dan mengucapkan salam dengan keras sambil memutar knop pintu, setelah terbuka ia melihat ayahnya yang hampir melayangkan tangannya pada sang ibu yang menangis deras duduk diatas sofa panjang ruang tamu.

"Bunda!" panggil Syahla dengan suara memekik.

Ia mendekati ibunya secepatnya, melindunginya dan memeluknya.

"Ayah, kenapa?" tanya anak kecil berusia 9 tahunan itu, melirik ayahnya yang menjatuhkan tangannya sembari menahan gejolak amarah yang membakar dadanya.

Sasa mulai menangis tak tega melihat ibunya dalam keadaan menyedihkan, ia tak mengira jika malam itu menjadi malam terakhir ia melihat ibunya.

Waktu subuh dimana setiap hari mereka menjalankan ibadah wajib bersama sangat berbeda dari hari-hari kemarin, syahla kecil bangun sendiri, melangkahkan kakinya menuju tempat ibunya melaksanakan ibadah sholat malam.

Ia menunggu ibunya selesai, tiap detik berubah menjadi menit dan itu membuatnya keheranan ibunya sedari tadi bersujud dan tak mengubah posisinya.

"Bunda, sudah selesai kah. Ayok sholat subuh, bun!" ajaknya namun tak ada perubahan sama sekali dengan posisi ibunya.

Syahla memberanikan diri menggoyangkan punggung ibunya pelan tapi cukup terasa menggoyahkannya, tapi apa yang ia lihat, ibunya ambruk kesebelah kiri dengan mata terpejam.

"Bunda tertidur, ya. Bun, ayo bangun!" ucapnya menggoyangkan lengan ibunya.

Berkali-kali tapi tak ada sahutan tak terbangun pula, ibunya seakan lelap dalam mimpi yang begitu panjang.

Syahla mulai ketakutan, jantungnya menegang saat suara nafas ibunya tak terdengar layaknya orang tidur, ia kaku dan tangannya terasa dingin namun bibirnya tersungging senyum yang sangat menawan.

"Bunda, jangan bercanda bun. Ayok bangun bun," isakannya mulai terdengar tertahan.

Ia tak mengira ibunya ternyata sudah tiada.

"Bunda!" teriak Syahla terbangun dari mimpi buruknya.

Bukan, itu bukanlah mimpi tapi masa lalu yang menjadi kenangan paling pahit.

Dadanya terengah matanya meneteskan buliran air mata dengan dahi yang penuh dengan keringat.

1
Rian Moontero
lanjuuutt🤩🤸
vj'z tri
mis komunikasi lah gala sama Sasa 🤭 🤭🤭🤭
Mbak Ima
lanjutanx aq tunggu
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣 malahane pada main petak umpet 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
Jena kauuuuu 😤😤😤😤😤😤😡😡😡😡😡
vj'z tri
itu udah bawaan dari Sono nya mas gala kalau masalah per ileran 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
waduh ketawan ni rahasia gala 🫣🫣🫣🫣🫣
vj'z tri
laluuuu ...bersambung 🤣🤣🤣🤣😅😅😅🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
nyumput di belakang gandi salah tempat sasa 🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 hayooo gala ada yang ngambek ,lu sih bukan nya langsung ngenalin ke jena 🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
galaaaa nyindir akohhh kamu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 plus sayur asam 🤤🤤😬
vj'z tri
modus lah Thor biar bisa lama2 liat Sasa 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
gak bisa tipu tipu papi Jen kamu gala ...papi Jen suhu nya 🤣🤣🤣🤣
Anyah aatma
duhhh satset ya bang
Azthar_ noor: gpp nyantei aja... tetap semangat ya
Anyah aatma: aku baru baca yg ini aja. ntar KLO dah selese nyicil baca, pindah ke yg lain😅
total 3 replies
Anyah aatma
dia nggak di saksikan org ngelakuinnya lgsg, udah kek yakin aja laporannya.
Anyah aatma
gue bacanya pke logat. suka bgt sama bahasa Sunda, kan ya?
Azthar_ noor: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/ wellcome sayang. ..🥰
total 1 replies
Anyah aatma
dugaan gue sama kek Sasa. wkwk
Anyah aatma
genderuwo kah? haha
rambut panjang trus laki.
Anyah aatma
Malaikat dong. Bisa2nya Sasa kepikir kesana. wkwk
Anyah aatma
ya Ibunya lah. Anda kan jahat pak.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!