NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permainan Kecil dan Sebuah Perangkap Manis di Masa Depan.

.

.

Dengan perlahan gadis itu mengaduk-aduk sesuatu merah yang dia tumis dengan api sedang, pada dapur besar bergaya modern bernuansa putih dan hitam itu, kaki kirinya terus mengetuk-ngetuk pelan ujung jemari berusaha menghilangkan rasa tidak nyaman yang masih menghantui seluruh tubuhnya tanpa henti.

Setelah sampai pada kediaman sang Tuan Evangrandene itu, dengan percakapan mereka yang selalu berakhir dengan aneh untuk ke sekian kalinya.

Untuk ke sekian kalinya, Revander hanya memilih diam dan tidak terlalu ambil pusing dengan semua apa yang terjadi pada hidupnya.

Karena mendengar Flauza yang mengatakan pria itu dapat melihat rasa tidak nyaman dirinya, rasa sakit dan bingung yang dia sendiri tidak mengerti.

Lalu apa?

Jika pria itu bisa merasakan apa yang ada pada dirinya lalu apa yang bisa dia lakukan selanjutnya?

Palingan hal yang akan terjadi hanya melanjutkan langkah untuk hidup di kemudian hari bukan?

Bukankah itu adalah kesempatan yang bagus?

Kesempatan apa?

Kesempatan seseorang yang mungkin mau mengulurkan tangan untukmu?

Membantumu keluar dari jeratan yang selalu menyesakkan dadamu ini?

Dan berpikir setelah mendapatkan bantuan itu, itu tertera secara cuma-cuma?

Gadis itu mengecilkan api kompor itu, memberikan garam, gula, dan penyedap sebelum sedikit mencicipi bumbu merah ke orenan itu.

“Hmm... sudah pas. Mungkin sedikit lebih pedas untuk Flauza?” kembali mengaduk itu sebelum mematikan kompor itu, meletakkan panci hitam lainnya dan ke atas kompor itu dan menuangkan sedikit minyak.

 Dia berjalan perlahan ke arah wastafel yang tidak jauh dari sana, mengambil beberapa udang yang telah di bersihkan dan juga di belah butterfly, dan di berikan jeruk nipis dan garam untuk marinasinya.

“Nona Revander?” panggil salah satu pelayan yang mendekati gadis itu dengan perlahan. “Adakah hal yang sekiranya perlu kami bantu?”

Gadis itu sedikit menoleh kepada pelayan wanita berambut pendek berseragam hitam dan putih itu, dan tersenyum kecil sebelum kembali dengan kesibukannya yang sempat berhenti beberapa detik tadi.

“Terima kasih atas tawarannya Bu, tapi itu tidak memberatkan Ibukan?” Pelayan Wanita itu mendekati gadis itu dan melihat sang Nona muda itu tampak sedang mempersiapkan empat ekor udang besar yang telah di bersihkan itu.

“Memangnya Nona sedang memasak apa?”

“Kemarin malam aku melihat seseorang yang memasak udang bakar dan itu kelihatannya enak Bu, nama masakannya udang bakar jimbaran.” Revander menunjuk ke arah salah satu panci yang masih terletak pada kompor mati itu. “Reva sudah selesai dengan bumbu bakar udangnya, tinggal masak udang dan sambal dabu-dabu. Kalau bisa bagaimana jika Ibu coba cicipi bumbunya, siapa tahu ada yang kurang atau kepedasan untuk Tuan Flauza.”

Gadis itu tertawa kecil saat mengatakan kalimat terakhir itu.

Dan pelayan wanita itu juga tertawa mendengar sang gadis yang seakan mengejek pria yang selalu terlihat menyeramkan itu walaupun dia memberikan senyuman ramah itu.

Revander mengambil sebuah sendok makan, dan menyendokkan bumbu itu merah ke orenan itu, lalu memberikannya kepada  pelayan wanita itu.

“Bagaimana?”

“Ini sangat enak! Kamu benar-benar pandai dalam memasak!!!”

Revander tersenyum lebar mendengar pujian dari pelayan wanita itu. “Terima kasih bu, jika Ibu mau, Ibu bisa ambil satu, ini masih tersisa cukup banyak kok untuk dua....—“

“N-Nona!!! Mana mungkin saya berani mengambil makanan buatan Nona, terlebih lagi ini adalah sebuah permintaan dari Tuan Evangrandene!!!”

Eh?

Revander mengedipkan matanya dengan cepat.

Melihat pelayan wanita langsung berubah menjadi panik, berhasil membuatnya juga menjadi panik.

“Bisa-bisa saya membuat Tuan Evangrandene marah besar dengan kelancangan saya itu.”

Itu....

Dia melupakan hal ini.

Dan dia juga mengerti rasa takut yang di rasakan pelayan wanita ini.

“Ah.... maafkan aku Bu, aku tidak bermaksud untuk membuat ibu dalam masalah, sungguh!”

“Tidak apa-apa kok mbak, saya mengerti.” Pelayan wanita itu membalas sang gadis dengan tersenyum, menaruh sendok itu di wastafel.

Revander membalas senyaman itu sedikit getir, namun melanjutkan pekerjaannya, saat melihat minyak yang sudah cukup panas pada panci hitam yang ada di kompor hidup itu.

Meletakkan satu demi satu udang itu dengan perlahan, lalu memberikannya mentega, sebelum bumbu merah ke orenan itu menjadi bagian terakhirnya. Aroma harum yang lezat dan pedas tersebar luas pada udara dapur putih hitam itu.

“Biarkan saya membantu untuk memasak udang ini Nona muda.” Gadis itu langsung membiarkan pelayan wanita itu melakukan apapun yang dia rasa perlu, mencoba untuk tidak membuat menjadi sebuah masalah untuk wanita itu.

Di perlukan beberapa menit untuk keduanya menyelesaikan masakan itu, dengan keduanya pula tenggelam pada obrolan-obrolan serta tawa kecil yang menggema di sana.

Saat Revander berbalik dengan membawa masakannya yang sudah selesai itu, sang gadis sedikit melompat terkejut melihat keberadaan pria berambut kecokelatan yang terlihat basah itu sedang bersandar pada salah satu sisi dinding ruangan dapur itu, dengan melipat tangan kekarnya di depan dada, dan juga tersenyum lebar.

“F-Flauza?!” Iris cokelat pria itu melirik ke arah pelayan wanita yang sudah membungkukkan dirinya memberi hormat kepada tuannya itu.

“Bring the dish to the dining room.” Titah pria itu tanpa membalas tatapan sang gadis.

Sebelum gadis itu membuka mulutnya, suara pelayan wanita itu sudah menggema menjawab perintah pria itu. “As you wish My Lord.” Revander mengedipkan matanya beberapa kali melihat perubahan yang begitu drastis yang terjadi pada pelayan wanita itu.

Kini dia terlihat formal, kaku, dan takut.

Ya....

Takut kepada pria yang menjadi tuannya itu.

Gadis itu menyerahkan piring yang berisi masakannya itu kepada wanita itu, lalu menatap sang pria yang masih tersenyum padanya.

“My Revander.”

“Kamu baru saja mandi?” tanya gadis itu yang berdiri di depan pria itu, sedikit menadahkan kepala untuk menatap langsung mata cokelat itu.

“Tubuhku sedikit tidak nyaman setelah berada di tempat lusuh yang telah kamu pilih seperti itu, maka dari itu aku membersihkan diri menghindari sesuatu yang mungkin saja menyebabkan penyakit yang tidak ku kenali.” Revander menaikkan alisnya mendengar jawaban absurd yang benar-benar ciri khas pria itu.

“Selama hidupku ini, aku tidak pernah mengalami masalah dengan ‘sesuatu penyakit yang tidak di kenali’ setelah pergi dan pulang ke pasar tradisional.”

Mereka berdua mulai berjalan menuju ke ruang makan, dengan para pelayan lainnya yang tengah sibuk menata hidangan hasil masakan dirinya serapi dan semenarik mungkin.

Flauza menarik pelan salah satu kursi di meja tersebut, meminta sang gadis untuk duduk terlebih dahulu sebelum pria itu juga mengambil duduk di sebelah dirinya.

“Hmmmm.... jadi inikah yang akan kamu sajikan untukku My Revander?”

“Kenapa? Sudah takut karena warnanya yang merah?” goda gadis itu sedikit mengejek kepada sang pria. “Tenanglah Tuan Flauza... aku tahu kamu lemah dalam hal-hal seperti ini jadi aku membuatnya tidak terlalu pedas.” lanjut Revander sembari mengambilkan makanan pria itu pada piring yang sudah di isi berbagai lauk-pauk itu.

Flauza hanya tertawa, menatap semua gerak-gerik gadis itu tidak merasa tersindir sedikit pun akan ejekan kecil dari gadisnya. “Jika aku hanya merasakan pedas, dan tidak menikmati masakkanmu, bukankah berarti kamu kalah dalam permainan kecil kita ini?”

Ahh...

Ya...

Permainan kecil mereka.

Sebuah permintaan darinya yang akan di kabulkan Flauza.

Memang apa yang kamu minta?

Uang?

Kekuasaan?

Atau sebuah kejelasan di antara kalian?

Gadis itu mendengus kecil, menyajikan makanan untuk dirinya sendiri.

Keduanya menikmati makan siang mereka dalam diam, dengan beberapa pelayan yang berdiri tegap di sisi sudut ruangan itu, seakan siap menerima perintah apa pun yang mungkin saja keluar dari mulut tuan mereka.

“Enak bukan?” tanya Revander lagi melihat piring pria itu hampir habis, dia tak dapat menahan senyuman lebarnya itu, mengetahui resep baru yang dia buat itu benar-benar berhasil.

Bahkan berhasil membuat pria sekelas Flauza Evangrandene tampak seperti ketagihan.

Hah!

“Hmm...” gumam pelan pria itu masih mengunyah pelan makanannya. “tidak buruk”

Revander sedikit memajukan bibirnya mendengar perkataan Flauza yang benar-benar tidak jujur.

“bilang saja enak apa susahnya.” Celetuk gadis itu sedikit kesal.

“Baiklah, baiklah.” Flazua kembali tertawa.” Jika itu maumu, ini sangat enak, kamu benar-benar ingin memenangkan permainan kecil ini hm....?”

“Well, sejujurnya aku tidak terlalu suka kekalahan, tapi juga tidak berharap dapat sebuah kemenangan”

“Sebuah prinsip yang bagus, My Revander.”

Prinsip?

“itu bukan prinsip....” lanjut gadis itu, pelan tak menyadari itu berhasil membuat hembusan angin yang melewati ruang makan itu terasa sunyi di tengah kehadiran mereka. “itu hanya keinginan hidup yang sederhana.”

Flauza tidak menjawab saat mendengar pernyataan kecil gadis itu.

Ya....

Dia benar-benar tidak suka merasa kalah akan sesuatu.

Tetapi, juga tidak ingin menjadi pemenang yang dapat membuat orang-orang melihat dan meminta lebih kepadanya.

Dia hanya mau ada di sana dalam diam dan tenang dan berjalan tanpa gangguan.

Tanpa ada kebisingan dari orang-orang yang berharap lebih kepadanya.

“Jadi itukah permintaanmu My Revander?” Iris mata hitam itu berkedip beberapa kali, tersadar akan pemikirannya yang kembali tenggelam bahkan saat berada di samping pria ini.

Ah....

Itu....

Permintaan ku?

.

.

.

Iris hitam itu berjumpa dengan cokelat madu milik pria di sampingnya itu.

Bersinar dingin, berbahaya dan juga memabukkan bagi orang-orang yang awan.

Dan itu adalah sebuah tatapan yang sangat mudah membuat seseorang terperangkap akan pesona manisnya, tanpa tahu apa yang akan terjadi kedepan.

.

.

.

Bukankan seseorang itu adalah kamu Revander?

Telah terjebak di antara manis itu tidak tahu itu seberapa lengket dan merekatnya akan hal itu?

Itu....

Tidak salah....

Dialah yang berjalan masuk ke dalam perangkap manis itu, dengan segala rasa putus asa, dan menyesakkan dada yang selalu penuh di dalam dirinya.

Bahkan sampai sekarang pun perasaan itu tidak pernah berkurang.

Tapi sedikit demi sedikit bertambah di karena kan apa dan siapa sebenarnya dirinya kepada pria di sampingnya ini.

“Tidak bukan itu....” balas sang gadis sedikit menggeleng pelan kepalannya.

“Hmmm?”

Apa yang ingin menjadi permintaanmu?

“Akhir pekan ini.....” Revander kembali bergumam pelan, dengan sedikit menyandarkan tubuhnya pada kursi itu. “Akan ada sebuah pesta dari saudara perempuanku, kemungkinan aku harus ikut ke sana.” Lanjut Revander lagi masih menatap lurus kepada Flauza. “Dan kemungkinan aku akan sibuk dengan itu.”

Flauza masih menatap kepada gadisnya itu.

“Jadi.....” Revander terdiam sejenak berusaha menyusun kata demi kata yang akan keluar dari mulutnya. “Jadi jika kamu tidak keberatan, bisakah aku mendapatkan sedikit waktu untuk hal ini saja, di akhir pekan ini...?”

“Sedikit waktu?”

“Aku tidak tahu apa yang akan keluargaku lakukan di pesta itu, namun mengingat ‘kami’ cukup dekan dan sudah menjadi tradisi keluarga akan saling datang dan membantu dalam sebuah acara besar seperti ini”

Walaupun dia tahu apa yang akan terjadi kepadanya di sana.

Tapi....

Apakah dia punya pilihan lain selain mengikuti ke inginan keluarganya?

“Tentu saja, My Revander.” Pria itu menyadarkan dagunya pada salah satu tangannya yang telah terletak menyiku di atas meja itu. “Aku tidak melihat masalah dengan hal itu.”

“B-benarkah?”

“Ya, kamu bisa pergi bersama keluargamu untuk akhir minggu ini, namun jangan lupa untuk tetap mengatifkan ponselmu.”

“B-baiklah. Terima kasih Flauza, ku kira...—“

“hmmm... kamu kira?”

“t-tidak, tidak ada.... sekali lagi terima kasih”

“Sama-sama My Revander, apa pun untukmu dan keinginanmu. Kamu hanya perlu mengatakannya padaku.”

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir nich /Hey/
Er and Re: makasih udah mampir kak
total 1 replies
Noveria_MawarViani
ku berikan bunga untukmu
Noveria_MawarViani
aku datang
R 💤
hello q mampir thorr
R 💤: siap Kaka, bacanya nyicil duluu yaa 🙏🏻🤗
Er and Re: Terima kasih udah mampir kakak :)
total 2 replies
R 💤
belum tentu bisa dapat, susah cari kerja mah,, kadang malah gampang lewat online.. ya gak thor
Er and Re: kalau datang langsung malah gak jelas jalan kemana buat cari kerja XD
total 1 replies
Noveria_MawarViani
penasaran, nanti mampir lagi
Er and Re: makasih udah mampir yah kak :)
total 1 replies
Noveria_MawarViani
mampir juga ya kak
Noveria_MawarViani
selalu pesimis sepertiku
Noveria_MawarViani
cari kerja susah amat yak
Junta's mommy
sudah mampir ya Thor!
absen dulu aku
Er and Re: terimakasih udah mampir yah Kaka/Smile/
total 1 replies
Ario~𝖒𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☪
Kak, ini ceritanya bagus bgttt, aku nyicil sampe sini dulu yaa hehehe... alur dan penulisannya sudah okee, cuman ada bbrp yg perlu dibenahi, sperti penggunaan [di–]. Jadi kalau dia termasuk kata kerja, mereka harus disambung, contoh: dimakan, disinggahi, diduduki. Kalau kata tempat harus dipisah, contoh: di dermaga, di depan, di sana. that's right, yg lainnya udh sipp pokonya, semangat nulisnya ya kaa/Determined//Determined/
Er and Re: terima kasih sudah mampir ya kak /Smile/
total 1 replies
M.S
udah mampir kakak
Er and Re: makasih sudah mampir ya kak :)
total 1 replies
Er and Re
di Konoha si setahuku kak
angga
ini di negara mana , kalau di Indonesia susah nyari loker hehe
🔴🍁⧗⃟ᷢʷ🍌 ᷢ ͩ✨W⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊
Mampir⛹🏻‍♂️⛹🏻‍♂️
Er and Re: makasih sudah mampir kakak 😘
total 1 replies
Lestari
ceritanya bagus,tetep semangat ya . jangan lupa mampir 😉
Er and Re: makasih banyak udah mampir yah kakak
total 1 replies
saijou
Bahasa yang digunakan enak banget dibaca, sampe lupa waktu.
Er and Re: terima ksih banget telah mampir dan baca cerita punya ku kaka <3
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Bagus banget!!! Aku suka banget ceritanya 🥰
Er and Re: makasih ya kak telah menyukai cerita buatan aku <3
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!