Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.
Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.
Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.
Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liburan Di Tengah Hari Kesibukan (2)
.
.
Cukup lama dengan keduanya tetap berada di posisi itu, menikmati suasana hari yang cerah dengan suara aliran sungai sebagai latar belakang mereka, gerakan tangan sang gadis itu pun berhenti sejenak.
Kepala bersurai hitam panjangnya itu kembali menunduk untuk melihat sosok pria berambut cokelat indah nan lebat itu kini tampak terlihat tenang berada di pangkuan paha menghadap dirinya, dengan nafas yang teratur dan juga tengah memeluk bantalan boneka beruang yang sama dengan warna rambutnya.
Pria itu tidak terlihat seperti seorang yang bisa menelan seseorang dengan setiap kata yang keluar dari bibir tersenyum namun berbisa itu.
Pria itu juga tidak terlihat seperti seorang yang bisa membakar, dan menciutkan seseorang dengan hanya menatap dirinya menggunakan kedua mata cokelat madu menggoda dan berbahaya itu.
Dia hanya seperti pria normal yang tengah berusaha beristirahat pada suatu tempat yang dapat membuatnya tenang dan melepaskan topengnya.
Dan.....
Tempat itu adalah dirinya....
Seorang gadis yang tak lain dan tak bukan, dengan entah bagaimana cerita takdir mereka bertemu di tempat yang tidak terbayangkan, dan berakhir juga entah seperti apa.
Oohhh.... Revander, apakah kamu lupa sebuah pepatah yang mengataka jika jodoh bisa datang dari mana dan kapan saja?
Hah....
Jodoh...?
Mana mungkin.
Mana mungkin apanya?
Ya mana mungkin pria seperti Flauza itu jadi jodohku dasar bodoh!!!
Tanpa sadar dia sedikit mendengus dengan kembali tenggelam pada pemikirannya.
Kamu berpikir seperti itu?
Dan kenapa pula kamu bisa berpikir seperti itu.
Tentu kini mereka ‘terlihat dekat’. Dan ya mungkin mereka juga terlihat seperti sebuah ‘pasangan’ tapi itu bukanlah sebuah kebenaran!!!
Itu adalah sebuah ilusi!!!
Ilusi!!!!.
Uuuhhh.....
Beberapa langkah kaki yang mendekat ke arah mereka berhasil membuat gadis itu kembali tersadar dari pemikirannya sendiri di siang hari itu. Refleks, kepala gadis itu menoleh kepada sumber langkah kaki yang berasal dari lima orang remaja perempuan berjalan cukup jauh dari tempat mereka, namun rombongan remaja itu tampak mendekat ke arah sini.
Ke limanya terlihat asyik dalam obrol mereka, sampai pada akhirnya mereka seperti mengetahui ‘seseorang’ yang berkarisma kuat itu berada di sana, sedang terlelap pada pangkuan sosok gadis berambut hitam panjang yang masih diam pada tempatnya.
Dengan cepat Revander kembali meluruskan pandangannya pada aliran sungai di depan mereka.
“Hey!!! Hey!!! Lihat itu..... ada orang luar negeri.” Ucap salah satu dari mereka, setengah berbisik tetap cukup kuat terdengar untuk suasana sepi seperti ini.
“Eh... iya-iya ada orang luar negeri!!!.”
“Mana-mana?” dan beberapa dari remaja-remaja perempuan itu mulai mengintip malu-malu melihat ke arah pondok di bawah pohon itu.
“Ganteng juga!!!” Revander mengedipkan matanya beberapa kali mendengar ucapan-ucapan dari remaja-remaja itu.
Tapi.....
Suara-suara remaja itu cukup kuat, bahkan itu berhasil membuat pria di pangkuannya itu sedikit mengeluh karena kebisingan kecil dari mereka.
Revander dengan cepat mengelus lembut rambut kecokelatan Flauza berusaha menenangkan pria itu agar tidak terbangun dari istirahatnya.
“Eh tapi.... seperti sudah punya pacar deh? Apa sudah menikah?”
“Ya pastilah!!! Lihat...!!!! ceweknya juga masih muda, mungkin masih pacaran?”
“Enak banget punya pacar orang luar negeri....”
Bisikan-bisikan remaja itu masih terdengar jelas, walaupun mereka sudah melewati tempat mereka.
Mengatakan hal-hal yang tidak penting, seakan mereka membicarakan sebuah hidup seseorang yang baru saja mereka lihat beberapa menit yang lalu dengan asumsi-asumsi aneh mereka.
Memang begitulah hidup Revander......
Seseorang melihat, seseorang berkata, seseorang mendengar.....
Tanpa tahu fakta yang sebenarnya, dan tidak ingin tahu fakta sebenarnya....
Dan di perparah orang yang mereka bicarakan tidak bisa melakukan hal yang banyak untuk meluruskan ini.
Benar!!!
Gadis itu terus mengelus rambut halus pria itu, berpura-pura tidak terlalu peduli dengan omongan-omongan para remaja yang kini sudah lebih jauh dari beberapa detik yang lalu.
Menjadi pacar dari seorang pria seperti Flauza Evangrandene?
Tidak pernah terpikirkan oleh dirinya sama sekali.
Apa lagi bisa sampai menikahi pria itu!!!!
.
.
.
Bermimpi pun dirinya tidak pernah terpikir seperti itu.
.
.
.
Ya.....
Tentu saja dirinya beberapa kali pernah berandai-andai mendapatkan seorang laki-laki mapan yang bisa mencintainya dan mencukupi kebutuhan hidupnya.
Tapi.....
Tidak seperti pria ini!!!!!
Dan Tuhan.....!!!
Dia begitu mengerti jika, pria itu kini sedang ‘tertarik’ dengan dirinya.
Dan Tuhan.....!!!
Dia juga mengerti jika, pria itu kini sedang berusaha memikatnya dengan segala hal yang dia miliki.
Ohh... dia sangat mengerti itu.
Tapi dia juga sangat yakin satu hal.....
Jika pria kaya seperti Flauza Evangrandene itu, juga hanya sedang ‘bermain-main’ kepada dirinya, dan hal-hal seperti yang dia lakukan kepada pria itu tidak akan pernah bertahan begitu lama.
Dia yakin akan hal itu...
Bagaimana kamu begitu yakin dengan hal itu?
Karena.....
Dia ini bukanlah seorang yang memiliki apapun yang bisa dia banggakan.
Tentu dia tidak jelek, dan dia tahu itu.
Tapi dia juga tidak secantik orang-orang di luar sana, ataupun seperti super model yang mungkin pernah Flauza jumpai.
Dan mari bersikap dengan nyata saja, hal itu pasti pernah terjadi kepada pria sekelas Flauza. Berjumpa dengan wanita cantik, seksi, kaya, dan pintar di sepanjang hidup dan karier pria itu.
Kamu memiliki poin yang bagus...
Tentu saja!!!!
Tapi kamu juga melewatkan beberapa poin dari hal yang kamu katakan sendiri.....
Revander menaikkan salah satu alisnya, dengan tangan gadis itu kembali berhenti mengelus rambut pria itu.
Memangnya apa?
Kamu adalah seorang yang cantik Revander....
Dan kamu adalah seorang yang pintar.....
Mungkin tidak dengan kata ‘seksi’ atau ‘kaya’.
Tapi kamu juga memiliki kelebihan yang lain dari mereka yang ada di luar sana.
Sang gadis mendengus kecil mendengar pemikirannya itu.
Kelebihan apa?
Kelebihan tidak bisa melakukan apapun dengan benar?
Tidak ada jawaban lagi dari dalam sana.
Dan itu membuat sang gadis berambut panjang itu menghela nafas panjang.
Kenapa pula dia harus memikirkan hal-hal seperti ini di saat menikmati liburannya hari ini.
Sedikit bergerak untuk menyamankan posisinya yang masih memangku kepala pria yang masih tertidur itu, dan iris matanya kembali fokus menatap pemandangan alam di depannya itu.
Cukup lama dia hanya diam menatap kosong pemandangan di sana, tapi itu bukanlah hal yang buruk untuk Revander dalam menikmati liburan ini.
Dia menikmati rasa hening tak banyak pembicaraan yang terjadi di sepanjang hari ini.
Sungguh dia menikmatinya.
Dan dia tidak keberatan dengan hal itu.
.
Flauza kembali bergerak lemah di pangkuan sang gadis itu, sebelum pria itu menelentangkan tubuhnya dan membuka mata miliknya menampilkan iris cokelat yang indah itu.
“My Revander....” panggil suara berat, serak dari pria itu, menata sang gadis yang kini juga mantapnya dari atas dengan iris hitamnya itu.
“Sudah bangun?” gumam Revander.
“Hmmm....” tatapan keduanya masih saling bertemu dan belum ada tanda saling melepaskan satu sama lain. “Sudah berapa lama aku tertidur?”
Tangan gadis itu kembali mengelus rambut Flauza. “Sekitar satu jam lebih?”
“hhhmmm....”
“Kamu benar-benar terlihat lelah.” Flauza tertawa kecil mendengar perkataan sang gadis.
“Atau mungkin aku hanya merasa aman dengan dirimu berada bersamaku.” Kini tangan sang gadis sedikit terangkat lalu berpindah pada wajah pria itu dan, menarik pelan hidung mancung Flauza.
“Kamu selalu saja berkata dengan hal-hal aneh seperti itu.” Revander masih terus menarik hidung pria itu.
Tapi pria itu hanya menikmati saja perlakuan sang gadis kepada dirinya, membalasnya dengan tawa pelan sebelum dia kembali memiringkan tubuhnya, menenggelamkan wajah tampannya ke perut sang gadis sembari memeluk dengan kedua tangan kekar itu.
Tentu Revander langsung menjadi gugup mendapatkan pelukan dari Flauza, membuat degup jantung gadis itu terasa lebih cepat dan dia juga dapat merasakan panas dan kedutan pelan di pipinya.
UUhh.....
“F-Flauza!!!”
“Hmmm....”
“I-Ini di depan umun!!! nanti di lihat oleh orang-orang!!!” tapi pria itu hanya mengabaikan protesan kecil sang gadis.
“HHmmmm...”
“Flauza!!!”
“Tidak apa-apa My Revander, tidak apa-apa jika mereka melihatnya”
UUUhhh.....
“T-Tapi... i-itu tidak sopan!!!”
Ohhh... bagus sekarang karena kegugupannya dia menjadi terbata-bata di depan pria itu.
“HHHmmmmm....”
Melihat pria itu tidak akan melepaskan pelukannya itu, sang gadis hanya menghela nafas panjang dan menjadi pasrah dengan ini semua.
Mau bagaimana lagi?
Ya sudahlah....
“Dasar beruang yang manja....” lirih Revander kembali mengelus kepala Flauza.
“Beruang, heh?”
“Ya..... kamu itu seperti beruang, tinggi, besar dan berwarna cokelat.” Revander bergerak sedikit mengambil bantalan boneka beruang itu dan mendekatkannya kepada Flauza, yang sedikit melonggarkan pelukannya itu.
“Lihat!!!” Revander melihat kepada keduanya. “Benar-benar mirip!!!”
Flauza hanya tersenyum. “Dan itu berarti kamu juga seperti hamster hitam....”
“Tidak!!! Aku tidak seperti hamster hitam!!”
Pria itu menaikkan salah satu alisnya berpura-pura bingung, namun bagi Revander itu terlihat seperti ejekkan. “Kamu lebih kecil, lalu suka bercicit kecil, dan juga suka jatuh tertidur atau hanya menikmati makanan.”
“Hey!!! Yang baru saja jatuh tertidur itu kamu tahu!!!”
“ooohhh....”
Uuhhh.....
“Dasar menyebalkan!” Dengan cepat gadis itu bergerak kekiri dan kekanan, berusaha melepaskan diri dari dekapan pria itu. “Uhh... minggir Flauza!!!” kini iris hitam itu sedikit berkilat tak biasa.
“Mau kemana?” melihat hal itu pria itu melepaskan pelukannya dengan bangkit perlahan dari pangkuan sang gadis.
Tentu dengan cepat Revander langsung bangkit, dengan rasa keram yang juga langsung menyerang pada kedua kaki gadis itu.
Uuhhh....
Dengan pelan dia mendekat kepada tumpukan ransel yang mereka bawa di sisi lain pondok itu, membuka ransel hitam miliknya dan mencari-cari sesuatu di sana.
“Mau ambil apa, My Revander?”
“Baju ganti.” Balas sang gadis sedikit ketus kepada pria itu.
Flauza masih tertawa kecil mendengar dan melihat tingkah laku sang gadis, namun juga bergerak mendekat kepadanya.
“Baju ganti?”
“Uh..... aku ingin bermain air, bukankah itu tujuan berlibur di sini” balas gadis itu masih tetap ketus kepada pria yang kini berada tepat di belakangnya itu.
Flauza sedikit menundukkan kepalanya hingga dagunya itu bersandar pada bahu kanan sang gadis.
“Hmmmm.... ya, kamu benar, mungkin sedikit bermain air juga tidak ada salahnya.” Balas Flauza setengah berbisik kepada gadis itu.
UUhhh......
Terlalu dekat!!
“F-Flauza!!!”
Dengan cepat pria itu mencuri kecupan kecil pada pipi sang gadis sebelum dia memundurkan dirinya dan mengambil barang-barangnya pada ransel hitam miliknya sendiri.
.
.
.
Apa-apaan itu tadi!!!!
.
.
.
Perlahan Revander memasukkan salah satu kaki miliknya yang terbalut dengan perban putih yang tebal itu dari lutut hingga mata kakinya, berusaha mengecek suhu air dan membiasakan dirinya sedikit demi sedikit agar tubuhnya dapat beradaptasi.
Beruntungnya cuaca siang hari ini cukup panas, di tambah suhu air yang tidak terlalu rendah membuatnya masih bisa menikmati hal ini.
Senyuman sang gadis terukir dengan lebar saat kaki kanannya juga terpapar air sungai itu, dengan tubuhnya bersandar dan berpegangan pada salah satu batu vulkanik besar yang tidak jauh dari dirinya.
Flauza tampaknya belum kembali dari ke pondok, jadi dia memilih untuk merasakan suasana aliran sungai jernih yang sendari tadi itu menggoda untuk dirinya nikmati.
Dengan berpakaian kaos tipis berwarna cream dan celana pendek di atas lutut, dan rambut yang di sanggul tinggi agar tidak terlalu mengganggu.
Dia terduduk di atas batu itu dengan setengah kakinya yang kini tenggelam di dalam sungai itu, menatap orang-orang yang juga tengah bermain air dan juga bercanda entah kepada teman atau keluarga mereka tak jauh dari tempatnya.
Hmmmmm.....
Benar-benar hari yang tidak buruk pula.
Tawa anak-anak, remaja muda-mudi ataupun orang tua terdengar di sana.
Angin siang juga berhembus lembut, dengan cahaya mentari yang berhasil menyelinap kecil dari dedaunan hijau yang rimbun di atas sana, terpantul dari aliran sungai jernih menciptakan taburan cantik pelengkap pemandangan itu.
Ya.....
Hari ini benar-benar tidak buruk pula.
“My Revander?”
Suara berat pria yang begitu dia kenal itu terdengar dari atas, tempatnya pada pondok mereka itu.
“Aku di bawah sini Flauza!!!”
Pria itu menatap sang gadis yang masih tengah terduduk di atas batu berukuran lumayan besar itu, dengan pandangan sedikit aneh.
Ada apa?
“Ayo turun Flauza, airnya sangat segar.” Flauza mengangguk pelan dengan menaruh dan merapikan barang-barangnya, lalu menyusul sang gadisnya itu ke bawah.
Pria itu kini menggunakan baju kaos hitam berlengan pendek menampilkan lengan ototnya yang terbentuk sempurna, dan juga celana panjang berkain tipis yang entah kenapa itu tetap membuatnya keren dan juga tetap seperti model.
Benar-benar aura orang kaya di tambah tampan itu tidak akan berubah walaupun menggunakan pakaian apapun.
Dan dia menyetujui hal itu.
Sang gadis hanya tersenyum tipis saat pria itu telah berada di depannya, dengan perlahan menyentuh tangannya sebelum bersandar pada batu yang sama dengannya.
“Bagaimana?”
“hmmm.... ini baik.” Revander tertawa kecil.
“Yup.... tidak buruk...”
Revander mengayunkan pelan kedua kaki miliknya itu, bermain-main dengan air yang mengalir deras di sana, tetap tersenyum menatap orang-orang yang masih sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
“aku benar-benar senang bisa kembali datang ke sini dengan tidak harus menjadi bagian yang hanya bisa melihat dari jauh.” Gumam gadis itu pelan, tetapi tetap terdengar oleh Flauza.
“Mungkin tidak seramai jika pergi dengan mereka, tapi dengan ini semua...... ini semua terasa lebih baik dari pada yang ku rasakan di sebelumnya.”
Flauza menatap Revander dengan lurus, tanpa ada niat berbicara atau menanyakan apapun kepada gadis itu.
“Dan aku benar-benar berterima kasih kepadamu telah mau mengikuti keinginan yang mungkin aneh untuk mu ini.”
“My Revander....”
Revander pun kini menoleh kepada pria yang sudah begitu dekat dengan dirinya itu.
“Bukankah telah ku katakan kepadamu, Kamu adalah seorang yang membuat ini menjadi peristirahatan yang ternyaman yang pernah ku rasakan? kemanapun yang kamu inginkan, itu akan terasa nyaman dan menjadi tempat peristirahatanku yang terbaik.” Tangan kekar pria itu terangkat ke atas menyentuh pipi sang gadis yang kini sedikit terasa dingin walaupun dia terkena sinar matahari yang samar.
“Jadi.... apapun itu yang ingin kamu lakukan, kamu hanya perlu menunjukkan jalannya kepadaku.” Kening mereka saling bersentuhan lembut, dengan pandangan kedua mata mereka tidak pernah terlepas. “ karena tidak akan ada pula yang akan memarahimu untuk melakukan apapun yang kamu ingin lakukan di sini, bermasaku.”
Revander dapat merasakan debaran jantungnya begitu cepat saat mendengar setiap perkataan dari pria ini.
Berusaha mengatur setiap tarikan nafasnya untuk tidak lebih keras di bandingkan normalnya.
Tidak tahu harus berkata apa....
Tidak tahu harus melakukan apa....
Sampai tiba-tiba saja pria itu mengangkatnya dengan cepat membuat sang gadis berteriak cukup keras, bahkan tanpa sadar berhasil menarik perhatian orang-orang di sana.
“FLAUZA!!!!!”
Sedangkan pria itu?
Dia hanya tersenyum lebar, mengangkat gadis itu cukup tinggi sebelum berjalan pelan pula kepada bagian sungai yang tidak terlalu berbatu, dan meletakkan sang gadis di tengah-tengah aliran sungai yang cukup dangkal itu.
Membasahi tubuh pria dan gadis itu.
Uuhhh.....
“My Littel Hamster Revander Syahril....” ucap pria itu dengan nada jenakanya.
UUuhhhhh.....
.
.
.
Dengan tanpa dia sadari.....
Kenikmatan waktu bersama mereka itu selalu saja menarik perhatian mata-mata penasaran dari orang yang telah tertarik dengan interaksi keduanya.
Terkesan lambat, intim, dan lembut.
Seperti tenangnya suasana aliran sungai di tengah hutan rimbun hijau ini.
Tapi.....
Tetap saja.....
Apakah ini benar-benar hal yang akan ada....
Atau....
.
.
.
Sebuah kilatan kecil dari benda kecil yang di pegang oleh orang-orang itu berhasil menangkap momen kecil keduanya.
Mereka tertawa kecil melihat interaksi dan hasil apa yang mereka ambil itu, lalu berjalan pergi meninggalkan tempat itu tanpa rasa bersalah.