PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Sudah lebih dari 8 tahun Alika menunggu kesempatan untuk membalas kematian kedua orangtuanya yang dibunuh secara keji oleh Klan mafia Camorra dari Sisilia. Saat itu Alika masih berusia 12 tahun dan baru saja beberapa jam sebelumnya ia berulang tahun dan membuka hadiah dari kedua orangtuanya. Tiba-tiba rumah yang mereka tempati didatangi tamu yang tak diundang. Ayahnya ditembak di tempat dan ibunya pun tak luput dari tembakan. Sedangkan Alika saat itu pingsan setelah tertembak dibagian perut. Untung ia bisa diselamatkan oleh tetangganya seorang mantan agent CIA yaitu Mr. Hamilton yang tanpa sengaja melihat gerombolan Camorra mendatangi rumahnya. Dan Mr. Hamilton pun mengadopsi Alika karena ia dan istrinya tidak memiliki anak.
Sungguh tragis ... diusianya yang masih muda Alika harus menjadi yatim piatu. Dan ia sendiri hampir meregang nyawa. Sejak saat itu Alika dilatih oleh ayah angkatnya men
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALING MENCINTAI
Mereka bisa beristirahat, memulihkan kesehatan Ethan, dan merencanakan serangan berikutnya terhadap Camorra.
Di vila itu, Alika dan Jodie bekerja sama untuk mengumpulkan informasi tentang Don Alessandro dan Camorra. Mereka menggunakan semua sumber daya yang mereka miliki, termasuk jaringan informan mereka, kemampuan peretasan mereka, dan keahlian mereka dalam intelijen. Mereka menemukan bahwa Don Alessandro sedang merencanakan serangan besar-besaran terhadap Amerika Serikat. Ia berencana untuk menggunakan senjata biologis untuk membunuh jutaan orang Amerika. Informasi ini membuat mereka berdua merasa ngeri dan bertekad untuk menghentikannya.
Sementara Jodie sibuk dengan komputernya, Alika menghabiskan sebagian besar waktunya di sisi Ethan. Luka tembaknya membutuhkan waktu untuk sembuh, dan ia masih merasa lemah. Alika merawatnya dengan penuh perhatian, memastikan ia minum obatnya, makan dengan teratur, dan mendapatkan istirahat yang cukup.
Suatu sore, Alika duduk di samping tempat tidur Ethan, membaca buku dengan suara pelan. Ethan membuka matanya dan menatap Alika dengan tatapan penuh cinta. "Kau tahu" kata Ethan dengan suara serak, "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu". Alika tersenyum dan meletakkan bukunya. Ia meraih tangan Ethan dan menggenggamnya erat. "Aku juga tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu" kata Alika. "Kau adalah segalanya bagiku". Ethan menarik Alika mendekat dan menciumnya dengan lembut. Ciuman itu dipenuhi dengan cinta, kasih sayang, dan rasa terima kasih. "Aku mencintaimu, Alika" kata Ethan setelah melepaskan ciumannya. "Aku juga mencintaimu, Ethan" jawab Alika. Mereka berpelukan erat, menikmati kebersamaan mereka. Mereka tahu bahwa mereka sedang menghadapi bahaya besar, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain. Cinta mereka adalah kekuatan mereka, dan itu akan membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.
Malam harinya, Alika dan Ethan duduk di teras vila, menikmati pemandangan pedesaan Tuscany yang indah. Bintang-bintang bersinar terang di langit, dan udara dipenuhi dengan aroma bunga-bunga liar. Ethan memeluk Alika dan mencium rambutnya. "Aku berjanji" kata Ethan dengan suara lembut, "Setelah semua ini selesai, kita akan pergi ke suatu tempat yang jauh dan tenang. Kita akan melupakan semua masalah ini dan memulai hidup baru bersama". "Aku juga menginginkannya" kata Alika sambil menyandarkan kepalanya di bahu Ethan. "Aku ingin hidup bersamamu, tanpa rasa takut dan khawatir".
Namun, keesokan harinya, Alika dan Jodie kembali fokus pada misi mereka. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa membiarkan Don Alessandro menyerang Amerika Serikat. Mereka harus bertindak cepat. "Kita harus menghubungi Pentagon" kata Alika. "Kita harus memberi tahu mereka tentang rencana Don Alessandro". "Aku setuju" kata Jodie. "Tapi bagaimana caranya ? Kita tidak bisa begitu saja menelepon Pentagon dan mengatakan bahwa kita memiliki informasi tentang serangan teroris". "Aku akan menghubungi Direktur Thompson untuk menyampaikan informasi ini ke Pentagon" kata Alika.
Alika menghubungi Direktur Thompson di CIA dan menjelaskan situasinya. Alika meminta bantuan kepada atasannya untuk menyampaikan berita genting ini. Dan akhir beliau setuju untuk menghubungi Pentagon dan menyampaikan informasi tentang rencana Don Alessandro. Pentagon segera bertindak. Mereka meningkatkan keamanan di seluruh Amerika Serikat dan meluncurkan operasi rahasia untuk melacak Don Alessandro dan Camorra. Pentagon juga meminta langsung kepada Alika untuk memantau dan mengawasi pergerakan Camorra. Karena hal ini sangat membahayakan stabilitas negara. Sementara itu, Ethan semakin pulih dari luka-lukanya. Ia mulai berlatih menembak dan bela diri lagi. Ia ingin siap untuk menghadapi Don Alessandro.
Suatu malam, setelah berlatih menembak, Ethan kembali ke vila dan menemukan Alika sedang menunggunya. Alika mengenakan gaun tidur sutra berwarna merah. "Kau terlihat cantik" kata Ethan sambil tersenyum. "Aku menunggumu" kata Alika dengan suara menggoda. Ethan mendekati Alika dan menciumnya dengan penuh gairah. Alika membalas ciuman Ethan dengan penuh semangat. Mereka berpegangan erat, saling merasakan kehangatan tubuh masing-masing. Mereka berdua saling menikmati sentuhan satu sama lain. Ciuman mereka semakin dalam dan penuh gairah. Akhirnya mereka berdua bergerak bersama, saling memberikan kenikmatan yang tak terhingga. Setelah itu, mereka berdua berbaring di tempat tidur. Ethan memeluk Alika dengan erat dan mencium keningnya. "Aku mencintaimu, Alika" kata Ethan dengan suara lembut. "Aku juga mencintaimu, Ethan" jawab Alika. Mereka berdua tertidur di pelukan satu sama lain, merasa bahagia dan puas.
Keesokan harinya, Alika dan Ethan bangun dengan perasaan segar dan bersemangat. Mereka tahu bahwa mereka sedang menghadapi bahaya besar, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain. Cinta mereka adalah kekuatan mereka, dan itu akan membantu mereka melewati masa-masa sulit ini. Mereka bergabung dengan Jodie di ruang makan untuk sarapan. Jodie melihat Alika dan Ethan saling berpegangan tangan dan tersenyum. "Kalian berdua terlihat bahagia" kata Jodie. "Kami memang bahagia" kata Alika. "Kami saling mencintai"."Aku senang untuk kalian berdua" kata Jodie. "Tapi kita tidak bisa melupakan misi kita. Kita harus menghentikan Don Alessandro". "Aku tahu" kata Ethan. "Kita akan menghentikannya. Kita akan menghancurkan Camorra selamanya". "Aku sudah menghubungi beberapa kontak ku di Eropa" kata Jodie. "Aku sedang mencoba mencari tahu di mana Don Alessandro bersembunyi".
"Aku juga punya beberapa informan yang sedang bekerja" kata Alika. "Aku yakin kita akan segera menemukan Don Alessandro". Tiba-tiba, telepon Jodie berdering. Jodie mengangkat telepon dan mendengarkan dengan seksama. "Oke" kata Jodie. "Aku mengerti. Terima kasih". Jodie menutup telepon dan menatap Alika dan Ethan. "Aku baru saja mendapat informasi" kata Jodie. "Don Alessandro akan mengadakan pertemuan rahasia dengan para pemimpin Camorra lainnya di sebuah kastil tua di Sisilia. Sepertinya tempat itu adalah markas induk dari klan Camorra". "Sisilia ?" kata Ethan. "Itu adalah wilayah kekuasaan Camorra. Apakah tidak sulit untuk menyusup ke sana ? Apalagi yang kudengar banyak sekali jebakan-jebakan yang terpasang disana. Kekuatan Camorra di Sisilia mengalahkan kekuatan pemerintahannya. Mereka dengan mudah mengatur apapun yang ingin mereka rubah bahkan hukum di Sisilia adalah mereka". "Aku tahu" kata Jodie. "Tapi kita tidak punya pilihan lain. Kita harus menghentikan Don Alessandro sebelum dia melancarkan serangannya ke Amerika Serikat". "Baiklah" kata Alika. "Kita akan pergi ke Sisilia setelah kita mempelajari peta kekuatan mereka disana".
Tiba-tiba, bel pintu berdering. Jodie pergi untuk membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang berdiri di depan pintu. Itu adalah seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang dan mata hijau yang menusuk. Wanita itu mengenakan setelan jas hitam yang pas dan membawa sebuah koper kecil. "Halo" kata wanita itu dengan senyum misterius. "Nama saya Isabella Rossi. Saya seorang agen CIA. Saya dikirim untuk membantu kalian".
***