NovelToon NovelToon
Mr. Ibram

Mr. Ibram

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERTEMU

Khusus hari ini Ayuna diminta untuk menggunakan baju formal karena akan menemani Pak Ibram meeting di luar setelah makan siang. Sejak pagi banyak yang memuji kecantikan gadis itu, bahkan Jonathan menyebutnya seperti artis Korea. Ayuna tak merasa tersanjung karena ia merasa biasa saja. Ia hanya menggunakan blazer dan celana bahan warna senada dark stone, dan kemeja putih. Rambutnya pun diurai begitu saja.

"Lipstik kamu pakai merk apa sih, cocok banget sama bibir kamu?" tanya Bu Uci yang mengingatkan Ayuna, 10 menit lagi ditunggu Pak Ibram di lobi. Kebetulan Ayuna sedang menggunakan toch up biar tidak kusam, hanya sekedar lisptik dan bedak saja.

Emang jiwa penjual, Ayuna langsung mengeluarkan lipstiknya. "Tara! Banyak warna, murah lagi. Lipstik merk Korea!"

"Berapa?"

"Murah, seharga mie ayam dah!"

"Kalau mie ayamnya di restoran bintang 5 ya sama aja mehong," lanjut Bu Uci melawak.

"Besok saya bawakan testernya deh," Ayuna pun segera membawa tas yang berisi agenda dan tablet kantor. Ia tak mau telat dan membuat Pak Ibram marah, lebih baik ia yang menunggu Pak Ibram saja.

"Sudah siap, Ay?" tanya Pak Ibram berjalan beriringan dengan Ayuna.

"Sudah, Pak."

"Proposal?"

"Sudah, Pak!"

"Tablet?"

"Sudah, Pak!"

"Kontrak kerja?"

"Sudah!"

Keduanya pun masuk mobil, awalnya Ayuna duduk di belakang, Ibram menghela nafas kesal.

"Gue bukan sopir lo, duduk depan!" vibes level mampus dimulai, Ayuna pun memberanikan diri duduk depan sesuai perintah.

"Kamu punya hubungan apa dengan perusahaan X?" tanya Pak Ibram tanpa menoleh ke Ayuna. Fokus mengemudi.

"Perusahan X?" Ayuna pun berpikir, perasaan ia tidak punya kenalan petinggi suatu perusahaan. "Siapa ya, Pak? Saya tidak merasa kenal."

Ibram melihat Ayuna sebentar lalu fokus mengemudi lagi. "Saya mendapat email balasan dari perusahan X untuk investasi di proyek kita. Hanya saja dia mencantumkan syarat meeting hari ini."

"Syaratnya?"

Ibram menatap Ayuna lekat, bersamaan dengan lampu merah. "Harus mengajak kamu."

"Hah? Saya?"

"Mungkin saudara kamu?"

"Saya sudah dibuang keluarga besar, Pak. Gak mungkin itu."

"Dibuang? Maksudnya?"

Ayuna hanya menggeleng, sembari tersenyum canggung. "Urusan pribadi, Pak Ibram. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan."

Oke, Ibram pun tak menggali lebih dalam. Suasana di dalam mobil pun hening, hingga keduanya sampai di sebuah restoran. Ayuna membawa map yang sudah disiapkan oleh Bu Uci. Ia berjalan di belakang Ibram. Namun saat di depan pintu masuk, Ibram meminta Ayuna berjalan di sampingnya.

"Proposal di atas, tablet silahkan dinyalakan, dan buka slide presentasi yang sudah kita buat, buka buku agenda kamu! Nanti kamu yang presentasi, saya akan menambahkan di akhir," titah Ibram sistematis. Ayuna pun cekatan melakukan apa yang diperintah Ibram.

Sekilas Ibram tersenyum karena Ayuna bisa mengikuti ritme kerjanya. "Nervous?"

Ayuna menoleh pada Ibram, lalu mengangguk. "Belajar ya, mau jadi bos kan?" sekali lagi Ayuna mengangguk. Merasa bangga karena diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan pihak lain.

Waiter pun datang, menyajikan beberapa menu yang sudah dipesan oleh Bu Uci. Ibram sesekali melihat jam tangan, kurang 5 menit dari janji.

"Mau makan dulu, Ay?"

"Oh enggak, Pak. Terimakasih, tadi sudah makan siang di kantin!"

"Gak usah tegang begitu, toh mereka sudah kenal sama kamu," ujar Ibram yang masih menggali hubungan Ayuna dengan perusahaan X.

"Pak benar deh, saya gak punya hubungan dengan,"

"Selamat siang Pak Ibram," sapa seorang pria berjas, yang mungkin usianya sekitar 40 tahunan.

"Oh, Pak Hadi Winarko!" sapa Ibram sembari menjabat tangan pria tersebut. Ayuna mendadak terpaku mendengar nama itu. Yah itu adalah nama ayah Rajendra. Tapi bukan pria ini ayah sang mantan.

"Maaf, Pak Ibram. Saya Pak Dibyo, asisten pribadi Pak Hadi Winarko. Kebetulan Pak Hadi sedang menjalani pengobatan di Malaysia," ralat Pak Dibyo sembari tersenyum ramah. Ibram pun merasa tak enak karena tak mengenali Pak Hadi Winarko, maklum Ibram mendapat saran dari sang papa untuk pengajuan kerja sama ini, sehingga pertemuan ini adalah kali pertama Ibram kerja sama dengan perusahaan X.

Mereka pun basa-basi, kemudian Ibram mengenalkan Ayuna sebagai asisten di meeting kali ini. "Oh ini, Bu Ayuna."

"Iya. Salam kenal Pak Dibyo!"

"Sebentar lagi Pak Rajendra datang, beliau masih menerima telepon sebentar!" ucap Pak Dibyo.

Rasa percaya diri Ayuna langsung merosot, ia sampai menyenggol lengan Ibram, beruntung sang bos peka, karena tak mungkin Ayuna berani bersikap seperti itu. Keduanya saling tatap. Ayuna menggelengkan kepala. Ibram menjawab dengan kerutan alis.

"Maaf saya terlambat!" sebuah suara yang sangat dirindukan namun tidak ingin didengar Ayuna lagi. Ibram berdiri menyambut kedatangan Rajendra, tapi tidak dengan Ayuna. Gadis itu hanya memejamkan mata saja, hingga Ibram berdehem.

"Tidak apa-apa, Pak Ibram. Kami sudah kenal, bukan begitu Bu Ayuna?"

Ayuna hanya diam menatap Rajendra yang tampak ganteng sekali, dan senyuman ramahnya. Ayuna harus bisa menguasai emosinya. Harus profesional, ia tak mau menggagalkan proyek Mr. Ibram.

"Iya, selamat siang Pak Rajendra!" ucap Ayuna dengan memaksakan senyum, meski matanya berkaca-kaca. Beruntung Ibram memulai pertemuan ini, memberikan penjelasan secara umum, kemudian Ayuna diminta menjelaskan proyek yang akan mereka lakukan.

Ayuna menarik nafas, dan mengabaikan tatapan Rajendra, menganggap sang mantan tidak ada di depannya. Penjelasannya memang dua arah, tapi mengarah ke Pak Dibyo. Ia pun bisa tersenyum saat dipuji Pak Dibyo karena penjelasan serta cara menjawab Ayuna sangat lugas.

Lain Pak Dibyo dan Ayuna, Ibram fokus pada Rajendra yang tak lepas memandang Ayuna. Sejak Ayuna mengambil alih meeting, Rajendra terus mengamati gadis itu. Bahkan Ibram melihat beberapa kali Rajendra tersenyum saat Ayuna juga tersenyum.

"Siapa dia?" batin Ibram penuh tanda tanya.

"Menurut saya, proyek ini menjadi pionir wisata edukasi yang mengajak pengunjung belajar dan punya pengalaman secara langsung. Biasanya kan hanya jalan dan melihat papan informasi. Bagus Pak Ibram," ucap Pak Dibyo.

"Terimakasih," balas Pak Ibram.

"Bagaimana Pak Rajendra?" tanya Ibram pada Rajendra. Pria itu sempat gelagapan, namun segera menjawab Ibram.

"Saya setuju saja, karena saya sendiri masih belajar memegang perusahaan papa saya. Saya harus banyak belajar dari Pak Dibyo dan Pak Ibram, sekaligus Bu Ayuna atas presentasinya yang luar biasa."

Bagaiman respon Ibram, dalam hatinya ia hanya bilang Bulshit. Lo gak tahu apa-apa soal proyek ini.

Ayuna pun menyodorkan kontrak kerja, Rajendra tanpa membacanya langsung tanda tangan, Pak Dibyo pun sedikit kaget, terlalu cepat tanpa mengetahui seluk beluk kontrak tersebut, yang bisa saja merugikan perusahaan. Ibram tersenyum sinis.

Hanya karena cinta, ia buta huruf.

1
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Rian Moontero
qu mampir kak authoor,,semangat up yach💪💪🤩🤸🤸
Lel: terimakasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!