Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Mengguncang
***
Ini terlalu mengejutkan, presiden Elajar datang
bersama dengan Sherinda Maheswari ?? Dan
jelas terlihat, pria paripurna itu menggandeng
tangan sang model tanpa ragu. Ahh..ini adalah
sesuatu yang terlalu mengguncang.!
"Apa kita tidak salah lihat.? Bagaimana bisa
Tuan El datang bersama dengan model itu.?"
"Ini terlalu sensasional.! Tuan Elajar berani
mempertaruhkan nama besar nya dengan
menggandeng model itu ke acara ini.!"
"Ini sungguh luar biasa.! selama ini kita melihat
Tuan Elajar dengan segala kesempurnaan nya.
Apa sekarang dia sudah bosan dengan citra baik
yang selama ini melekat pada dirinya.? Ataukah
dia ingin menciptakan suasana baru.!"
Itulah bisikan demi bisikan yang merambah
cepat diantara para tamu di tengah keterkejutan mereka atas fakta yang sedang berlaku saat ini.
Prang.!
Gelas minuman yang sedang di pegang oleh
Nyonya Laila tiba-tiba jatuh ke lantai tanpa
sadar. Sementara matanya masih tampak
menatap syok ke arah sepasang sejoli yang
sedang berjalan tenang penuh pesona.
Wanita paruh baya itu kini menggisik matanya, mencoba meyakinkan penglihatan nya. Sherin..
gadis yang selama ini selalu di hina dan di caci
malam ini tampil luar biasa memukau dalam
balutan segala kemewahan yang serba elegan
dan berkelas, tidak berlebihan namun sangat mempesona dan menyilaukan.
Nyonya Kinar tidak kalah terkesimanya, mata
nya menatap lurus ke arah Sherin dan Devan.
Putri sulung nya itu nampak sangat cantik
malam ini. Ada sesuatu yang menabrak halus
jantung nya. Ada rasa bangga namun juga
teringat fakta bahwa putrinya itu telah salah
jalan selama ini. Dan malam ini secara nyata
Sherin membawa pria yang menyewa nya.
"Wahh..Nyonya Kinar.. putri sulung mu tenyata
memilki racun yang sangat berbahaya ya. Salut.!
lepas dari putraku.. ternyata dia masih berhasil
menggait pria sehebat Mr Elajar..Dia benar-benar
lihai, memanfaatkan kesempurnaan fisiknya
sampai seperti ini hanya demi obsesi nya.!"
Ujar Nyonya Laila yang langsung membuat wajah Nyonya Kinar memucat seketika, di hantam rasa
malu. Para tamu, yang rata-rata adalah ibu-ibu
sosialita kelas atas tampak menatap aneh kearah Nyonya Kinar yang hanya bisa menundukkan kepalanya mencoba menahan segala amarah
dan rasa tidak terima.
Apa yang kamu lakukan Sherin.. kenapa kamu
mempermalukan keluarga mu sampai seperti ini.
Nyonya Kinar menjerit dalam hatinya. Tak tahan
dengan rasa malunya dia berbalik, kemudian
pergi dari kumpulan ibu-ibu sosialita itu.
"Dev.. lihatlah, mereka semua menatap ke arah
dirimu dengan wajah syok. Kenapa kamu harus
melakukan semua ini.?"
Sherin berbisik di tengah langkah tenangnya
menuju area utama tempat pesta berlangsung.
"Biarkanlah mereka bertarung dengan asumsi
kusut dalam otak masing-masing. Apa kau pikir
aku sudi datang ke pesta ini kalau bukan karena
ada wanita liar yang nekad datang ke sini.?"
"Tuan Dev.. tolong ralat kembali perkataan anda
barusan. Walaupun liar, tapi aku masih memiliki
sedikit hati nurani.!"
"Ya.. tentu saja, kalau tidak, kau tidak mungkin
berani datang ke pesta mantan kekasih mu.!"
"Dia bukan lah prioritas ku. Apa kau pikir aku
masih bisa memaafkan manusia semacam dia.
Aku hanya tidak bisa membuat hati ibuku jatuh
dan mengambang.!"
"Apa yang akan terjadi pada ibumu kalau kau
tidak datang, aku rasa tidak ada pengaruhnya
kau hadir atau tidak !"
"Putri bungsu nya akan membuat dia merasa
tidak bisa menjadi ibu yang baik karena tidak
bisa mengabulkan keinginannya.! Dan itu akan
membuat ibuku menangis darah .!"
Devan menyeringai sinis, genggaman tangan
nya semakin erat membuat Sherin melirik dan
mencoba melepaskan nya. Tapi pria itu malah
semakin menguncinya.
"Kalau begitu berdiri dengan tegak di hadapan
mereka. Perlihatkan bahwa kamu akan selalu
baik-baik saja dalam situasi apapun.!"
Tegas Devan dengan wajah yang kini berubah
serius. Sherin tersenyum tipis sambil kembali
berjalan tenang. Dan kini tatapannya bertemu
dengan mata Brian yang terlihat berkilat panas.
Kedua tangan pria itu terkepal kuat. Ohh.. jadi
mantan wanita nya ini telah berhasil melobi
Mr Perfect dengan pesona nya, brengsek.!!
Sementara Stella tampak goyah, dia yang kini
sudah tampil bak princess itu benar-benar syok.
Kakak yang selama ini berusaha untuk di tekan
dan di singkirkan nya saat ini tengah berjalan
anggun penuh pesona di samping pria pujaan
hatinya, pria dambaannya. Sherindaa... sial.!!
Apa yang telah di lakukan nya hingga dia bisa
menarik perhatian seorang Devan Kanigara
Elajar yang sangat berkuasa itu.!
Beberapa orang yang sudah bisa menguasai diri
kini berusaha untuk mengabadikan moment luar
biasa itu dengan kamera ponsel mereka. Devan
dan Sherin saat ini sudah tiba di ujung panggung
kecil tempat Brian dan Stella berada.
Dengan sikap dan gaya yang sangat tenang,
Devan naik dan berdiri di hadapan Brian yang langsung berubah air mukanya, dia memasang
raut wajah ramah penuh hormat di depan pria
yang memiliki nama dan pengaruh besar itu.
"Selamat Tuan Mcknight, lancar dan sukses.!"
Ucap Devan sambil berjabat tangan dengan
Brian yang sudah bisa menguasai keadaan.
"Terimakasih Mr Elajar, sebuah kehormatan
besar, anda sudi memenuhi undangan kami.
Semoga anda sudah memikirkan segala konsekuensinya."
Sambut Brian sambil melirik sinis kearah Sherin
dengan seringai senyum aneh. Devan tampak
tersenyum tenang, dia melirik ke arah Sherin
yang terlihat tenang-tenang saja.
"Kehormatan terletak pada apa yang telah kita
lakukan, bukan semata-mata pada apa yang
kita katakan atau kita pertontonkan Tuan.!"
Sahut Devan dengan suara yang sangat khas,
berat dan tegas dengan kharisma yang mampu
membuat Brian mengangguk manut dan patuh.
"Sekali lagi terimakasih kehadiran nya Presdir.. Silahkan..kita akan berbincang sebentar lagi."
Brian mengulurkan tangannya mempersilahkan
Devan yang kini bergerak ke hadapan Stella. Dia
menatap seksama wajah gadis itu yang terlihat memerah. Stella benar-benar tidak tahan, bisa
berhadapan langsung dengan pria yang memiliki
daya tarik luar biasa ini. Apalagi di tatap sedalam
itu. Gilaa.! di tatap seperti ini saja sudah mampu membuat tubuhnya panas dingin di dera sensasi
aneh, angan-angan nya langsung melayang.
"Selamat Nona Muller.. suatu saat nanti, anda
harus siap menerima kejutan.! sesuai dengan
apa yang telah anda lakukan selama ini.!"
Devan berucap dengan nada penuh penekanan.
Kejutan.? Wajah Stella tampak kian memerah.
Jangan bilang kalau Mr Perfect tertarik pada
dirinya dan suatu saat akan menarik dirinya
ke dalam pelukannya, Tuhan.. semoga saja..!!
"Terimakasih atas kedatangan anda Presdir..
Ini sudah merupakan sebuah kejutan besar
bagi saya yang sangat tidak terduga."
Sahut Stella dengan suara di buat selembut
mungkin. Devan menyeringai tipis. Tatapan
nya semakin terlihat mendalam membuat
tubuh Stella semakin memanas.
"Saya harap, anda mematuhi peraturan dalam
kompetisi. Tidak boleh menikah dulu selama
kompetisi berlangsung.!"
Tegas Devan. Tak ada jabatan tangan, ataupun
sentuhan fisik. Karena..itulah seorang Devan
selama ini. Dia sangat anti melakukan kontak
fisik dengan lawan jenisnya. Oleh karena itu,
kejadian menggenggam tangan Sherin tadi,
itu adalah sesuatu yang sangat mengejutkan.
Stella mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan mata elang Devan yang telah mampu melelehkan jiwanya dalam sekejap. Tuhan..
ingin sekali dia menyambar bibir pria itu, lalu menikmatinya, dan menyeret dirinya langsung
ke atas tempat tidur.
"Sa-saya mengerti Presdir.. tentu saja."
Sahut Stella sambil menundukkan kepalanya.
Mencoba menepis segala angan dan fantasi
liarnya yang menggila.
Sementara Sherin kini berdiri dihadapan Brian.
Keduanya saling menatap, terlihat sekali kalau
tatapan Brian seolah ingin menelan bulat-bulat
sosok Sherin yang tampil mempesona itu.
"Selamat Tuan Brian Mcknight.. aku harap kau
segera memperbaiki apa yang masih mungkin
di selamatkan mulai sekarang.!"
Ucap Sherin sambil merapatkan kedua tangan
di depan dadanya. Brian tersenyum miring,
tatapannya kini semakin tajam sedikit mesum.
"Kelihatannya kau cukup bangga bisa datang
bersama Tuan penguasa Miss Sherin.. Tapi
sayangnya..namamu sudah terlanjur hancur.
Tidak akan bisa di perbaiki walau mencoba
mendompleng nama besar Mr El sekalipun.!"
"Ya, tentu saja. Tapi setidaknya aku masih bisa mencobanya. Siapa tahu keberuntungan masih berpihak padaku.! Oya..Tuan Brian..hati-hati
dengan beberapa dokumen hitam.! "
Ucap Sherin dengan senyum lembut nan
memikat yang langsung menabrak jantung
Brian. Sherin segera beralih pada Stella yang menatapnya hangat seolah sangat bahagia.
Kemudian memeluk erat tubuh Sherin .
"Owhh.. Kak Sherin sayang.. terimakasih mau
datang. Aku kira karena hubungan kita sedang
kurang harmonis, kakak tidak akan datang."
Lirih Stella sambil tersenyum lembut, melirik
sekilas ke arah Devan yang masih berdiri di
samping Sherin dengan tatapan datar tanpa
ekspresi berlebihan.
"Tentu saja aku akan datang. Bukankah hal ini
sesuatu yang paling kau inginkan.? Aku ikut
bahagia dengan pertunangan ini."
Sahut Sherin sambil melepas rangkulan Stella
dengan sebaran senyum penuh ketenangan.
"Maaf kak Sherin.. aku tidak pernah punya niat
untuk merebut posisimu. Tapi cinta tidak bisa
di paksakan. Keluarga Mas Brian ternyata lebih
memilih ku untuk menjadi menantunya.!"
Ucap Stella dengan tampang wajah di rancang
khusus seolah begitu menyesali keadaan ini.
Ingin sekali Sherin tertawa melihat sandiwara
manis adik semata wayangnya itu. Tapi Sherin berusaha untuk tetap tenang dan hanya bisa tersenyum lembut.
"Aku sudah mengikhlaskan semua nya. Tuhan
sudah merancang takdir hidup setiap hamba
Nya dengan sangat sempurna. Lagipula.. aku
lebih bahagia dengan kehidupan ku sekarang."
Ucap Sherin sambil kemudian mendekat ke
arah Stella lalu merengkuh bahu nya sembari
merapihkan hiasan rambutnya.
"Semoga kau bahagia dengan pria pilihan mu
ini. Karena aku sudah mendapatkan yang lebih
baik dari dia. Jadi ambilah dia dengan sepenuh
hati, jangan biarkan hatinya melanglang buana."
Bisik Sherin sambil kemudian menepuk bahu
Stella, setelah itu dia melangkah tenang turun
dari atas panggung, meninggalkan Stella yang langsung mengetatkan rahangnya saat melihat
Sherin kembali berjalan beriringan dengan
Devan menuju area khusus pesta di bimbing
oleh para panitia.
Para tamu penting tampak mengelilingi Devan
dan mencoba berinteraksi dengan nya. Brian
juga ikut berbincang sebentar sampai akhirnya
dia harus kembali melayani tamu lainnya. Dan
kini bergantian dengan Tuan Hendrik dan Tuan
Adam Mcknight. Kedua pengusaha itu tampak
sangat hormat dan segan pada sosok Devan
yang terlihat begitu tenang, santai namun tetap
berkharisma. Persis seperti pendahulunya..
Tuan Wiratama Kertaradjasa.
Untuk beberapa lama Sherin masih berada di
samping Devan, menemaninya, dan menjadi
objek perhatian para pengusaha pemilik hasrat
besar. Di benak mereka, masih ada keyakinan
bahwa wanita yang pesonanya jauh melampaui siapapun malam ini, adalah model yang bisa
mereka sewa asalkan berani membayar mahal.
Dan mereka juga yakin, malam ini Sherinda
pasti di bayar mahal oleh presdir El untuk menemaninya ke pesta ini..
Namun tidak lama Sherin meminta ijin pada Dev
untuk bergabung dengan para model yang ikut kompetisi kemarin yang kebetulan datang ke
pesta ini. Namun Pamela tidak bisa datang
karena dia sedang ada job di luar negeri. Para
model itu tampak antusias bertanya pada Sherin kenapa bisa datang bersama dengan Devan.
"Kami kebetulan saja bertemu di depan, jadi
ya.. apa salahnya masuk bersama-sama.."
Itulah jawaban santai Sherin yang mendapat
anggukan kepala teman-teman modelnya itu.
Mereka memang selalu percaya pada Sherin,
karena tahu gadis itu tidak suka bersilat lidah.
Saat sedang asik-asiknya berbincang, tiba-tiba
Brian datang, dan tanpa basa-basi dia menarik
tangan Sherin dengan kencang hingga tubuh
mereka saling bertubrukan, dan kini merapat.
Sherin cepat-cepat menarik dirinya, tatapan
keduanya tampak memanas.
"Jadi, kau sudah berhasil menawarkan dirimu
pada Bos universal hahh? Woow.. Sherin..apa
kau pikir dirimu sudah hebat.?"
Desis Brian dengan tatapan nyalang dan wajah
yang semakin mendekat. Dia mengunci tangan
Sherin yang terus berusaha melepaskan nya.
Semua orang kini menatap bingung ke arah
keduanya.
"Lepaskan aku Brian.! Apa kau tidak sadar kita
sedang jadi tontonan semua orang.! Kau adalah
pemilik pesta ini, jadi pertahankan sedikit saja
harga dirimu di depan orang-orang.!"
"Aku tidak peduli hal itu.! Yang aku pedulikan
adalah..berapa besar pria itu membayarmu
untuk menemaninya malam ini.?"
"Cukup Tuan Brian Mcknight.! Jangan pernah
berani menyamakan dirimu yang brengsek
dengan pria terhormat sepertinya.! Aku tidak
akan pernah membiarkan hal itu terjadi.!"
"Owhh..kau sudah sangat terpesona padanya !
Kau begitu memujanya Sherin.!"
"Ya, tentu saja.! Wanita manapun akan sangat
mudah jatuh cinta padanya, karena dia adalah
laki-laki sejati.!"
"Sherindaa..aku tidak akan pernah melepas..."
"Tuan Brian Mcknight.. tolong lepaskan teman
kencan ku.! Dan biarkan dia menikmati pestamu
dengan tenang. Satu lagi, jagalah harga dirimu
di depan para tamu.!"
Ada suara berat dan tegas yang membuat semua orang memusatkan perhatian pada keributan itu.
Brian dan Sherin yang masih di kunci tangannya melirik ke asal suara. Wajah mereka tampak
terkejut, begitu melihat Devan sudah berdiri
tegak dengan wajah yang terlihat dingin namun
masih nampak santai dan tenang.
Dengan gerakan cepat, Dev menarik tangan
Sherin dari kekuasaan Brian, kemudian tanpa
kata lagi dia membawa Sherin ke area lain.
Brian mendengus kasar, dia melangkah pergi
dari tempat itu masuk ke dalam satu ruangan.
***
Tidak lama acara pokok pun di laksanakan.
Yakni acara tukar cincin yang di dampingi oleh
kedua keluarga inti. Namun anehnya, kakak tiri
Sherin tidak nampak hadir di tempat itu. Dia
memang tinggal di luar negeri selama ini dan
hanya sesekali saja pulang. Selama acara itu
berlangsung, mata Brian sesekali terlempar ke
arah Sherin yang berdiri cukup jauh bersama
dengan Devan. Sorot matanya masih terlihat
panas dan tidak terima.
Dan pesta yang sebenarnya kini di mulai..
Semua orang mulai sibuk mencicipi hidangan
yang telah di sediakan.
"Nona Sherin.. maaf, Nyonya Kinar meminta
anda untuk menemuinya di ruang istirahat."
Seorang pelayan dari rumah keluarga Muller
tiba-tiba datang ke hadapan Sherin dan Devan
yang sedang berbincang dengan beberapa
pengusaha, keduanya saling pandang.
"Dev.. aku permisi sebentar.. nikmati pestanya.
Aku tidak akan lama, setelah ini kita pulang."
Bisik Sherin sambil mengusap lembut tangan
Devan, kemudian pergi dari hadapan pria itu
yang terlihat menatapnya berat. Tapi tidak lama
dia kembali berbincang dengan para pengusaha
itu yang terlihat antusias dengan pembicaraan
ini. Kapan lagi mereka bisa dapat kesempatan
langka seperti ini.
Sherin masuk ke sebuah ruangan di bagian
belakang. Namun dia menautkan alisnya saat
tidak mendapatkan sosok Nyonya Kinar ada di
tempat itu. Dan pelayan yang mengantarnya
pun sudah tidak ada di sana. Hatinya tiba-tiba
saja tidak enak. Namun baru saja dia akan
keluar dari tempat itu, beberapa pria bertubuh
tinggi besar tiba-tiba datang mengurung nya.
"Apa yang kalian inginkan.? Apa Brian yang
sudah menyuruh kalian melakukan ini.?"
Sherin bertanya sambil mundur ke sisi ruangan.
5 orang pria itu tidak menjawab, namun yang
seorang tampak mengibaskan tangannya. Dan
ke 4 pria lainnya melompat menyerang Sherin
yang segera menghindar dan berusaha untuk
meladeni serangan mereka. Untung saja gaun
yang di kenakkan nya berpotongan lebar di
bagian bawah. Namun tetap saja dia tidak
bisa leluasa bergerak.
Sherin berhasil memasukkan tendangan dan
pukulan telak hingga orang-orang itu mundur
sambil memegangi dada dan perut mereka
dengan tatapan tidak percaya. Sherin tampak
mundur, dia harus segera keluar dari ruangan
itu dan kembali pada Devan. Dia berbalik dan
berniat untuk pergi, namun sedetik kemudian
matanya membelalak ketika dari arah belakang
muncul satu sosok yang langsung menancapkan
suntikan ke pangkal lengannya.
Sherin mundur terhuyung memegangi tangan
nya yang tiba-tiba mati rasa. Dan perlahan..dia
kehilangan tenaganya. Kepalanya kini berputar,
lututnya lemas, pendengaran nya semakin lama
semakin melemah. Dia memegangi kepalanya,
samar-samar melihat kedatangan sosok Brian
ke hadapannya, dan sebelum tubuhnya ambruk
ke lantai, Brian sudah terlebih dahulu menahan
dan mengangkat nya ke dalam pangkuannya.
Bibir Brian menyeringai tipis penuh kepuasan.
Di tatapnya lekat wajah Sherin yang kini sudah
ada dalam pangkuannya, dalam keadaan tidak
sadarkan diri.
"Akhirnya kamu jatuh juga dalam pelukanku
Sherin..walau harus susah payah untuk bisa membuatmu lemah seperti ini. "
Desis Brian sambil kemudian melangkah cepat
keluar dari ruangan itu menuju ke dalam lift
khusus yang ada di ujung ruangan.
"Jaga ketat semua sudut ruangan.! Jangan
biarkan siapapun naik. Dan jangan ada yang
berani mengganggu ku.!"
Tegas nya pada para pria bertubuh tinggi kekar
yang bertebaran di sudut ruangan.
"Baik Tuan, laksanakan.!"
Brian masuk ke dalam lift dengan senyum yang
tiada henti tersungging dari bibirnya...
***
Bersambung...
.
.
**Note:
Besok-minggu libur ya zeyeeng... jadi aku
bakal kasih bonus up nanti.. buat nemenin
malam panjang kalian..😁😘**
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻