Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meronta ronta
"Kenapa lama sekali?" tanya Kanzo setelah Marya masuk ke dalam ruanganya.
"Menunggu semua karyawan pulang, Pak!" jawab Marya menunduk.
"Kemarilah!" panggil Kanzo lembut supaya Marya datang mendekatinya.
Perlahan Marya melangkahkan kakinya ke arah meja kerja Kanzo, tanpa melihat pria yang terus memandanginya itu.
"Ke sini!." Kanzo menepuk pangkuannya, melihat Marya berdiri di depan mejanya.
Marya melirik tangan Kanzo yang menepuk pangkuannya sendiri sambil menggigit bibir bawahnya. Enggan jika harus duduk di atas panguan pria itu meski sudah pernah.
"Ke sini Marya!" panggil Kanzo lagi dengan suara lembutnya, menepuk pah*nya lagi, melihat Marya masih diam berdiri di tempatnya.
Marya melirik Kanzo kembali, tanpa berniat untuk memenuhi perintah suaminya itu.
Melihat Marya tidak bergerak dari tempatnya berdiri sama sekali.Terpaksa Kanzo berdiri dari kursinya melangkah mendekati istri cantiknya itu. Menarik tangan wanita itu ke arah kursinya. Setelah mendudukkan tubuhnya, baru Kanzo meraih pinggang wanita itu, membawanya duduk di pangkuannya.
"Besok malam aku akan menemanimu tidur" ucap Kanzo merapikan rambut Marya yang berantakan di keningnya. Bisa menabak kenapa istrinya itu membuang muka darinya tadi pagi. Kanzo pun mengecup kening Marya yang menunduk enggan menatapnya.
"Malam ini kamu boleh tidur di rumahmu" ucap Kanzo lagi." Tapi....."
Kanzo mendaratkan satu kecupan lagi di bibir manis Marya, mengecupnya lagi dan lagi. Terakhir menyapunya Perlahan lahan tapi pasti....
Brakk!
Barang barang di atas meja kerja Kanzo berjatuhan, baju baju di lantai pun berserakan. Entah apa yang telah terjadi di ruangan itu.
"Apa itu?" guman Cici.
Cici yang masih di meja kerjanya, terlonjak memegangi dadanya, mendengar suara barang jatuh yang terdengar nyaring ke telinganya.
"Apa yang terjadi di dalam?" gumamnya lagi Membuat jiwa keponya meronta ronta, dan otaknya langsung terkontaminasi dengan pikiran pikiran kotor.
Perlahan Cici melangkahkan kakinya ke arah pintu ruangan Kanzo. Menenpelkan telinganya di daun pintu, penasaran dengan apa yang di lakukan kedua manusia itu di dalam.
'Kok gak ada suara apa apa ya?' tanya Cici dalam hati. Berharap mendengar suara uh ah uh ah dari dalam. Tidak tau aja Cici kalau orang bisa melakukan dengan mode silent.
"Ngapain kamu menguping?."
"Ops! heheheh...Pak Haris" cengir Cici kaget mendengar suara Haris yang datang tiba tiba. Cici langsung menjauhi pintu itu.
"Gak boleh masuk, Pak!. Ada Marya di dalam" ucap Cicik pelan pada Haris yang hendak memutar knop pintu.
Haris langsung menarik tangannya dari knop pintu itu. Dan langsung membalik badannya dengan rahang mengeras, gemas dengan sahabatnya itu yang bertingkah seperti Om om nakal. Meski sama istrinya sendiri sih!, kenapa juga harus di kantor.
Di dalam ruangan bos besar perusahaan itu. Kanzo mendekap tubuh Marya yang tak berdaya ke dalam dekapannya.
"Trimakasih Marya" ucap Kanzo mengecup kepala wanita itu dari belakang.
Marya yang masih sibuk mengatur napasnya yang masih memburu hanya diam saja. Tubuhnya sudah terasa lelah letih lesu, karna hampir setiap hari Kanzo menerkamnya sampai habis. Sepertinya laki laki itu tidak berbohong, kalau dia memiliki libido yang tinggi.
Selesai merapikan pakaian mereka, Kanzo pun membawa Marya keluar dari ruangan itu, dan akan mengantarnya pulang.
"Motorku giamana?" tanya Marya setelah mereka sampai di parkiran.
"Tinggalin aja di sini, besok kamu bisa naik angkot" jawab Kanzo membuka pintu mobilnya untuk Marya.
Marya mengerucutkan sedikit mulutnya, lantas masuk ke dalam mobil Kanzo. Kanzo langsung menyusulnya dan melajukan kenderaannya.
"Gak beli makanan buat Ibu dan Adikmu?" tanya Kanzo yang sibuk mengendalikan setirnya, main kejar kejaran dengan pengendara lain di jalan raya.
"Kalau aku setiap hari beli makanan, Ibu dan Adikku bisa curiga dari mana aku mendapat uang setiap hari bisa beli makanan" jawab Marya panjang dengan pandangan lurus ke depan.
kanzo tersenyum, satu tangannya pun terangkat mengusap rambut Marya dari belakang.
"Terserah kamu saja. Seperti yang sudah kita sepakati. Bawalah Ibumu berobat ke rumah sakit. Bilang aja biayanya di tanggung program kesehatan dari pemerintah. Gratis berobat untuk orang orang tidak mampu" ucap Kanzo tanpa melihat ke arah Marya, karna sibuk dengan jalan di depannya." Dan... Sertifikat rumah kalian sudah ada di tanganku, biar aku yang menyimpannya. Takutnya kalau kamu simpan di rumah kalian, Ayahmu datang mencurinya."
Wajah Marya langsung memerah malu, karna Kanzo mengetahui siapa Ayahnya yang sebenarnya. Pria yang hoby judi dan mabuk mabukan. Sungguh Ayah yang memalukan.
Sampai di depan simpang gang sempit ke rumah Marya. Kanzo menghentikan laju kenderaannya. Marya langsung membuka pintu di sampingnya. Saat Akan turun, tiba tiba Kanzo menarik tubuhnya, mencuri cium di bibirnya.
"Selamat istrirahat" ucap Kanzo setelah melepas ciumannya.
Marya tidak menjawab, ia sibuk melap bibisnya yang basah dengan tangannya, membuat Kanzo tertawa kecil.
Setelah bibirnya terasa kering, baru Marya keluar dari dalam mobil Kanzo, dan langsung pergi tanpa mengatakan apa apa. Dan Kanzo juga langsung melajukan kenderaannya.
**
Marya memarkirkan motornya di depan sebuah pasar yang menjual sayuran, ikan, Ayam dan daging. Marya ingin berbelanja karna bahan makanan di apartement sudah habis. Tidak ada lagi bahan yang harus di masaknya besok untuk Ibu dan Adiknya.
Turun dari atas motornya, Marya langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam pasar tradisional itu.
Bruk!
"Aw!" keluh Marya mengusap usap lengannya setelah seseorang yang berlari menabraknya.
"Hei pencopet! kembalikan dompetku!" teriak seorang Ibu ibu berlari dari arah yang sama dengan pria yang menabraknya.
'Pencopet' batin Marya langsung memutar tubuhnya ke arah pria yang di kejar Ibu ibu itu. Marya mengerutkan keningnya melihat pria yang berlari itu seperti di kenalnya.
'Kok seperti Ayah' batin Marya lagi.
'Apa Ayah sekarang menjadi pencopet?.'
Tak ingin memikirkannya lagi, Marya memilih melanjutkan langkahnya untuk berbelanja. Selesai berbelanja, Marya langsung meninggalkan area pasar itu, dengan melajukan motornya ke arah apartement.
Sampai di apartement, Marya langsung membawa belanjaannya ke dapur. Langsung membersihkannya dan menyimpannya sebagian di lemari pendingin, dan memasaknya sebagian untuk makan malamnya bersama Kanzo. Setelah selesai memasak, Marya masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.
Kini Marya sudah terlihat segar dan rapi dengan pakaian santai di tubuhnya. Selagi menunggu Kanzo datang, Marya memilih untuk bermain ponsel di atas kasur.
Namun senja sudah berganti dengan malam, Kanzo yang di tunggu belum juga datang. Jam juga sudah menunjukkan pukul delapan malam. Marya yang sudah merasa lapar pun, memutuskan untuk makan duluan. Lagian, bodohnya Marya, bisa bisanya mengharapkan Kanzo untuk makan malam bersamanya. Kanzo memiliki keluarga kecil, tentu pria itu akan makan malam bersama anak dan istrinya.
'Kenapa juga aku harus menunggunya sampai kelaparan.'
Marya mengunyah makanan di mulutnya sambil membatin. Selesai menghabiskan makanan di piringnya. Marya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Marya yang sudah berada di perjalanan pulang. Terpaksa menghentikan laju motornya karna lampu merah.
"Papa! aku makan nasi goreng yang ada sosisnya ya!" seru anak kecil dari meja angkringan pinggir jalan yang tidak jauh dari jalan.
"Iya sayang."
Sontak Marya menoleh ke arah suara pria yang seperti di kenalnya.
'Pak Kanzo' batin Marya.
*Bersambung