NovelToon NovelToon
Kehidupan Baru Sebagai Istri

Kehidupan Baru Sebagai Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.

Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.

Bagaimana kisahnya? Simak yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aneh

Waktu terus berjalan, sore ini Misha melakukan tugasnya yaitu memasak. Tadi di kulkas dia menemukan ikan gurameh. Gegas dia membersihkan ikan gurameh tersebut. Setelah ikan bersih dia pun lanjut menyiapkan dan meracik bumbu yang akan digunakan.

Tak lama Sari dan Arum datang.

"Eh Mbak Misha jam segini udah sibuk aja di dapur." Ucap Sari.

Misha pun menoleh dan tersenyum ke arah Sari.

"Ah iya Ini mau masak takutnya kesorean." Jawab Misha.

Sari pun mengangguk dan mendekati Misha. Sementara Arum hanya memutar bola matanya malas.

"Hallah, lagaknya seperti pemilik rumah aja." Cemooh Arum.

"Arum, kamu kalau gak mau bantu mending diam saja. Gak perlu bicara sinis begitu."

"Dih, siapa juga yang mau bantuin dia. Lagian dia disini bukan siapa-siapa. Cuma orang numpang tidur sama makan enak."

Misha melirik Arum.

"Gue emang bukan pemilik rumah. Gue disini kerja. Jadi, gue gak cuma numpang disini." Jawab Misha dengan ekspresi datar.

"Kerja apaan? Setiap ketemu cuma di dapur doang."

"Sudah, Mbak. Tidak perlu dihiraukan. Lebih baik kita lanjut masak aja."

Misha mengedikkan bahunya.

Arum kesal dengan Sari. Lagi-lagi dia lebih memihak Misha. Akhirnya Arum melengos pergi dengan perasaan kesal. Dia berjalan dengan menggentak-hentakkan kakinya.

'Lihat aja, aku tidak akan tinggal diam. Aku harus bisa membuatnya keluar dari rumah ini.' Kesal Arum dalam hati.

Misha dan Sari benar-benar tidak menghiraukan Arum.

Sari memperhatikan Misha yang sedang meracik bumbu.

"Mbak Misha mau masak apa sore ini?"

"Ini gue mau masak gurameh pedas manis. Apa loe bisa bantu gue?" Tanya Misha menoleh kearah Sari.

Sari mengangguk.

"Tentu. Jadi, apa yang harus aku bantu, Mbak?"

"Loe bisa goreng ikan kan? Kalau bisa tolong gorengin dulu ya."

"Oke siap, Mbak." Jawab Sari.

Sari pun gegas menyiapkan wajan untuk menggoreng dan mengambil ikan yang sudah dibersihkan oleh Misha.

Sementara Misha akan menyiapkan bahan untuk memasak nasi koyor. Nasi koyor adalah makanan khas Jogja.

Setelah beberapa saat masakan pun sudah matang semua.

Aroma masakan terkuar memenuhi ruangan. Begitu harum dan menggoda. Misha memindahkan makanan ke dalam piring besar. Ditata dengan rapi dan dihias dengan tataan mentimun, daun selada, dan tomat. Siapa saja yang melihatnya pasti akan merasa lapar dan ingin memakannya.

"Wah baunya harum sekali, Mbak. Sepertinya enak nih Mbak. Jadi ngiler gini." Ucap Sari. Sari nampak ingin mencicipi masakan Misha. Apalagi nasi koyor yang terlihat begitu menggoda.

"Ini hanya menu sederhana, ini masakan sudah gue bagi menjadi dua. Yang ini buat ditata di meja makan, sementara yang ini buat loe. Makasih ya udah bantuin gue."

Sari mengangguk, begitu sangat antusias ketika mendengar dirinya juga mendapat bagian.

"Wah, serius Mbak? Alhamdulillah, aku juga kebagian. Aku juga terima kasih, Mbak."

Misha tersenyum mengangguk. Dia akan baik dengan orang yang memperlakukannya baik, sebaliknya, dia akan bersikap acuh dengan orang yang tak mau menghargai orang lain.

"Sari, gue mau mandi dulu. Sepertinya Mas Refan juga sudah pulang. Tolong kamu tata makanannya di meja makan ya?"

Sari mengangguk.

"Iya, Mbak. Mbak Misha tidak perlu khawatir."

Misha tersenyum dan meninggalkan Sari.

*****

Tika berjalan gontai, dia merasa sangat lelah dan hatinya juga kesal.

'Si4l banget sih hidupku ini. Sudah mertahanin kandungan biar bisa jadi senjata jadi nyonya dan harta, eh sekarang malah jatuh miskin. Sedang yang aku maki-maki ternyata Sultan. Dan bapak bocah ini, takut istrinya gak mau nikahin aku. Terus kalau sudah begini aku harus gimana? Apa aku gugurin aja ya bocah ini? Lagian sudah tidak ada untungnya. Bikin beban aja.' Gerutu Tika dalam hati.

Tika memasuki halaman kontrakan. Terlihat Dewi sedang duduk santai di teras depan.

"Dari mana saja kamu? Mama kira kamu bakal lupa jalan pulang. Kenapa wajahmu kusut begitu? Apa kamu itu lupa kalau kamu sedang hamil? Ibu hamil kok keluyuran."

Belum juga sampai di teras rumah, Dewi sudah memberondong banyak pertanyaan.

Tika berhenti sejenak didepan Dewi hanya untuk menghela nafas, dia menoleh Dewi dengan malas.

Setelah itu dia melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam.

Dewi berdiri dan berteriak.

"Heh, kamu itu mendadak menjadi b1su atau gimana? Ditanyai sama orang tua kok malah diam saja. Tidak sopan sekali kamu." Ucap Dewi merasa jengkel dan emosi.

"Dasar menantu gak guna." Gerutunya. Dewi pun kembali duduk.

*****

Matahari telah tenggelam, langit berubah menjadi gelap. Bulan dan bintang mulai menghiasi langit.

Misha sedang melaksanakan kewajibannya.

"Assalamu alaikum warahmatullah." Misha menggerakkan wajahnya kearah kanan.

"Assalamu alaikum warahmatullah." Misha menggerakkan wajahnya kearah kiri.

"Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin." Misha menakup kedua tangannya kewajahnya.

Misha menengadahkan kedua tangannya dan berdo'a.

Sedang Refan baru saja turun dari kamarnya. Dia ingin mengetuk pintu kamar Misha tapi, niatnya dia urungkan. Akhirnya dia melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.

Refan memperhatikan menu masakan untuk malam ini. Dia begitu penasaran dengan nasi yang ada remukan remesan dan abon.

"Nasi apa ini? Nasi uduk bukan sih?"

Refan nampak menerka-nerka. Karena begitu penasaran, Refan menyendok nasi tersebut dan menyuapkannya ke mulutnya.

Refan mengunyah nasi tersebut dengan menerka rasa.

"Bukan nasi uduk, rasanya baru pertama kali aku makan ini, gurih dan-"

Tak lama Misha menyusul.

"Selamat malam, Mas. Sudah dari tadi ya?" Sapa Misha tersenyum lalu duduk di samping kanan depan Refan.

Refan membalas sapaan Misha. "Eh, Malam, Misha. O iya, Sha. Belum, aku juga baru aja turun kok. Oh iya, ini nasi apa?" Tanya Refan yang tidak berhasil menebak. Sehingga dia begitu penasaran.

"Ini namanya nasi koyor, Mas. Gimana rasanya?"

"Enak, aku suka. Aku baru pertama kali makan nasi begini. Kamu memang pandai memasak."

Misha tersipu malu karna sanjungan Refan.

Tapi, tak lama perut Refan berbunyi dan merasa mulas, sehingga tak sengaja dia melepaskan gas berbau tak sedap.

Prutt!! Pruut!!

"Eh, kenapa ini? Maaf, Sha. Tidak sengaja. Tiba-tiba perutku mulas." Ucap Refan dengan ekpresi wajah menahan. Keringat dingin mulai bercucuran.

Misha nampak kebingungan.

"Mas, kenapa?"

Prutt!

Refan tidak dapat menahannya lagi. "Maaf, Sha. Aku harus kebelakang."

Dengan cepat Refan berlari keatas.

Misha menatap Refan bingung. Akhirnya Misha batal makan dan berniat menunggu Refan kembali.

10 menit, 15 menit, hingga 1 jam lebih Misha menunggu Refan, Refan tidak kembali juga. Misha menjadi khawatir dengan Refan.

"Mas Refan kenapa lama sekali? Apa yang terjadi dengannya? Apa aku harus naik untuk memastikan keadaannya?" Ucap Misha sembari memainkan jemari tangannya.

Misha berjalan mondar mandir di depan tangga. Ingin naik tapi takut. Kalau hanya menunggu takutnya Refan kenapa-kenapa.

Misha nampak bimbang tapi, wajahnya nampak begitu khawatir.

Akhirnya Misha tak punya pilihan lain selain naik keatas. Dia ingin mengetahui keadaan Refan.

Sampai di depan pintu kamar Refan.

"Aduh, ketuk gak ya?" Ucap Misha masih dalam keadaan bimbang.

Tok! Tok! Tok!

Misha memberanikan mengetuk pintu kamar Refan.

"Mas, Mas Refan. Apa Mas baik-baik saja?"

Tak ada sahutan sama sekali.

"Mas."

Panggil Misha sekali lagi tapi, tetap saja tak ada jawaban sama sekali.

Karena tak ada jawaban, Misha berniat turun kembali. Tapi, didalam kamar Refan tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh.

Prank!!!

Misha terkejut. "Mas Refan."

Tanpa pikir panjang, Misha membuka pintu kamar dan masuk ke dalam.

Mata Misha langsung menangkap sosok laki-laki yang sedari tadi dia khawatirkan tergeletak dilantai.

"Astaghfirullah, Mas Refan." Misha langsung berlari mendekati Refan yang sudah tergeletak lemas.

Misha mengangkat kepala Refan dan menopangnya diatas pangkuannya. "Mas Refan kenapa? Ya Allah, Mas. Bertahan sebentar ya, Mas. Aku akan mencari pertolongan."

Misha meletakkan Refan dengan sangat hati-hati dan berlari keluar mencari pertolongan.

1
Nyai Suketi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!